Sudah seharusnya aku bersyukur atas semua waktu yang aku dan Tefan lewati. Berjalan-jalan, menghabiskan waktu bersama. Melupakan status diantara kami dan hanya ada hati yang dipernuhi rasa cinta. Definisi cinta bagi kami selalulah sederhana, seperti moment nonton atau makan ice cream mengenang masa kecil dulu. Waktu-waktu seperti itu sangatlah berharga buat aku dan Tefan.
Baru saja mau masuk ke dalam kamar, Nina muncul dengan wajahnya yang membuat aku hampir kena serangan jantung karena kaget. Suasananya remang-remang, sebagian besar lampu sudah dimatikan lalu tiba-tiba muncul sosok hitam dengan wajah putih rambut panjang seperti anaknya kuntil. Eh kunitilanak. Aku merasa saat itu juga aku akan pingsan, untung saja sosok hitam berwajah putih itu lekas ketawa yang khas sekali kukenal sebagai ketawanya Nina. Nina nyengir ke arahku memperlihatkan gigi-giginya yang putih dan teratur. Puas karena tidak sengaja mengerjaiku dengan wajahnya.
“Oh My God Kare!!!”
“APA???” Jawabnya
“Apanya gimana? Wajah kamu ngagetin aku tahu gak. Kirain anaknya kuntil atau temannya pocong.”
“Yeelahh, cantik begini masa dibilang kayak pocong atau kuntil sih. Kamu dari mana? Malam begini baru pulang?”
“Kalau gelap begini trus pake masker, itu gak cantik loh Kare. Aku habis jalan sama teman, nonton gitulah soalnya suntuk kalau harus di rumah terus.”
“Oh...! Ya udah aku duluan yah. Sudah waktunya Tefan telpon sebelum tidur.”
“Okey deh. Good Night Kare.”
“You Too dahling...!”
Seharian di luaran ternyata membuat capek sekaligus menyenangkan. Kalau bersama Tefan tak ada hal yang berlalu tanpa makna, semuanya pantas untuk dikenang, diingat-ingat dan membuat senyum senyum sendiri menjelang tidur. Aku tahu sekarang Tefan sedang mengucapkan selamat tidur pada Nina dan tidak lama berselang setelah itu, dia juga akan mengucapkan hal yang sama padaku. Terdengar aneh memang, tapi itulah kenyataan yang sedang kita jalani sekarang.
Aku menghempaskan tubuh ke atas kasur. Menatap langit-langit kamar, menghembuskan nafas dengan teratur sembari mengingat-ingat senyum seseorang yang juga membuatku tersenyum sendiri pada akhirnya. Orang yang ada di dalam pikiranku lalu menjelma di dalam layar Gadgetku. Tefan. Segera kuangkat dan di seberang sana terdengarlah suara seksi milik Tefan.
“Selamat malam, selamat tidur Lady Riana. Kamu pasti capek dan lelah kan?”
Suara Tefan selalu menenangkan.
“Iyah my lord Tefan. Hahaha...” balasku.
Akhirnya aku mendapatkan julukan yang pantas buat dia. Kita tidak ngobrol lama, karena aku yakin dia juga ingin istirahat setelah urusan kantor dan urusan nonton menyita waktunya hari ini.
***
Aku ingat dulu... dulu sekali, jauh sebelum Karenina kenal dengan Tefan. Keluargaku dan keluarga Tefan adalah bertetangga, hidup rukun seperti tetangga-tetangga yang lainnya. Mamaku, mama Tefan, Papaku dan Papa Tefan semuanya berteman baik. Sudah seperti keluarga sendiri meski tak ada hubungan keluarga. Papaku dan Papa Tefan membangun sebuah bisnis dari nol. Sebuah bisnis yang bergerak di bidang jasa, yakni bisnis Travel Bandung – Jakarta, Jakarta – Bandung. Pada awalnya bisnis tersebut berjalan sangat lancar. Bahkan meraup keuntungan yang luar biasa, mereka sampai menambah armada Travel sampai sepuluh armada.
Bisnis tersebut semakin berkembang pesat, lalu akhirnya sebuah petaka terjadi. Papa dituduh tidak transparan dalam mengelolah keuangan. Aku dan Tefan tidak tahu apa-apa, kami hanya anak kecil yang beranjak remaja. Tetap bersahabat seperti tidak terjadi sesuatu apapun. Papa Tefan menuntut Papa ke pengadilan atas tuduhan korupsi dana keuntungan bisnis Travel tersebut. Papa menerima saja tuduhan itu dan berusaha membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Entah apa motif dari Papa Tefan, hanya saja Papa bukanlah orang yang maruk harta. Aku percaya itu.
Papa menyewa pengacara seperti yang dilakukan oleh Papa Tefan. Semua dibicarakan di pengadilan lalu akhirnya Papa Tefan tidak mampu membuktikan apa-apa atas tuduhannya terhadap Papa. Papa memaafkan perbuatan Papa Tefan, tapi Papa Tefan justru tidak terima dan menganggap bahwa dirinya telah dipermalukan oleh Papa. Beliau marah dan memilih agar aset dari bisnis tersebut dibagi rata, papa tak dapat berbuat banyak dan mengabulkan permintaan Papa Tefan. Semua berlangsung begitu saja, Papa Tefan berbalik membenci Papa dan keluarga kami, termasuk membenciku juga tentunya.
Aku tahu mereka membenciku karena dia juga telah melarang Tefan bergaul denganku lagi. Setiap kali kami berdua ketahuan bermain bersama, maka orang tua Tefan tidak akan segan-segan untuk memukul Tefan dan memarahiku habis-habisan. Aku mengadu pada Papa dan Mama tapi mereka hanya mengelus kepalaku lalu berkata, “tidak apa-apa”. Tidak lama setelah peristiwa tersebut terjadi, keluarga Tefan pindah keluar negeri. Begitulah yang kudengar. Tefan menitipkan surat untukku lewat Mama. Dia memang berani menemui Mama karena sesungguhnya orang tua aku tidak pernah marah apalagi membenci mereka.
Tefan menjelaskan di dalam surat, bahwa dia meminta maaf atas perlakuan orang tuanya pada keluargaku. Dia juga mengatakan bahwa dia tidak akan pernah melupakan aku, akan tetap menjadi sahabatnya dan orang yang paling dekat dengannya sampai kapanpun. Dia juga meninggalkan alamat barunya untukku.
Walau Tefan meninggalkan sebuah alamat dan aku mengirimkan surat padanya, tapi Tefan tidak pernah membalas surat yang aku kirimkan. Aku sedih atas hal itu, selama bertahun-tahun aku menunggu kabar dari dia tapi tidak pernah ada kabar dan balasan dari suratku. Pada akhirnya aku tahu setelah bertemu Tefan, ternyata surat itu tidak pernah sampai padanya. Alamat itu memang benar, tapi hanya alamat sementara lalu Tefan pindah lagi dan tinggal di sebuah apartemen. Itulah sebabnya, surat-suratku tidak pernah diterima olehnya.
Sedikitpun aku tidak marah pada Tefan, karena sebenarnya memang aku tidak akan pernah bisa marah padanya. Bertahun-tahun berpisah lalu bertemu lagi ketika keluarganya memutuskan kembali ke Indonesia. Awalnya aku tidak percaya kalau Tefan sampai mencari jejakku, sebab aku dan keluarga juga pindah tidak lama setelah kepindahan Tefan. Bisnis papa maju pesat dan memutuskan untuk tinggal di tempat yang lebih baik. Tefan menemukanku entah bagaimana caranya.
Aku senang begitu tahu kalau pria tampan, tinggi dan otot yang berisi di depanku adalah Tefan yang dulu. Tefan yang cungkring dan suka berambut gondrong sudah tidak ada lagi. Pertama kali bertemu dengannya aku langsung memeluknya tanpa melihat kondisi bahwa saat itu aku tengah berada di pusat perbelanjaan. Saat itu aku tidak peduli lagi dengan sekitar, dadaku terlalu disesaki rasa rindu dan rasa tak percaya bahwa orang yang tengah berdiri menatapku saat itu adalah Tefan.
Pertemuan demi pertemuan terus berlangsung, hingga pada satu kesempatan aku terkejut dan merasa duniaku terbalik seketika. Karenina yang juga sahabatku memperkenalkan Tefan sebagai tunangannya. Tefan tidak tahu kalau orang yang akan diperkenalkan Karenina padanya adalah aku, Riana sahabatnya. Kami menjelaskan pada Karenina bahwa kita berdua sudah saling kenal dari kecil dan bersahabat. Sejak pengumuman status hubungan mereka, aku ingin sekali merasa tidak terganggu hal itu. Namun aku semakin memikirkan Tefan tiada henti. Lalu aku ceritakan perasaan gelisah itu pada Tefan dan dia juga merasakannya. Kami sampai pada kesimpulan bahwa kita berdua tidak hanya merasa sebagai sahabat saja, tapi lebih dari itu.
Walau sama-sama sudah tahu perasaan masing-masing, baik aku dan juga Tefan tidak berusaha untuk bisa bersama selayaknya sepasang kekasih. Tefan menjelaskan padaku bahwa dia dan Karenina sudah dijodohkan bahkan sebelum mereka lahir. Kedua orang tua mereka juga bersahabat sejak kecil. Oleh karena itu, ingin kelak anak keturunannya ada yang berjodoh dan menjalin sebuah keluarga. Aku paham, bahwa posisiku memang serba sulit. Di satu sisi, mereka sudah ditakdirkan untuk bersama, di sisi yang lainnya aku dan keluargaku dibenci oleh orang tua Tefan.
Tefan tidak bisa melakukan sikap frontal pada keluarganya, sebab dia sendiri telah menyetujui perihal perjodohan itu. Di luar negeri sana, Tefan bahkan dilarang menjalin hubungan dengan gadis-gadis bule hanya karena Tefan sudah dijodohkan di Indonesia dengan Karenina. Apa yang bisa dia lakukan selain menerima saja? Akupun paham dengan semua situasi dan kondisi yang menghimpit kami. Satu-satunya cara agar aku bisa terus berada di sekitar Tefan adalah ikut merestui hubungan dia dengan Karenina. Bagaimanapun Karenina adalah sahabatku dan aku juga tidak mau melihat dia sampai hancur hanya karena hubungan dia dan Tefan berantakan karena aku.
Sedikitnya begitulah cerita yang melatarbelakangi mengapa kisah ini begitu pelik untuk diurai. Namun aku dan Tefan punya cara tersendiri untuk memahami dan menikmati segala situasi dan kondisi yang serba sulit ini. Selagi mereka hanya bertunangan dan Karenina tidak tahu apa yang sedang berkecamuk di dalam hatiku dan Tefan, maka semua akan berjalan baik-baik saja. Walau cepat atau lambat, mereka pasti akan menikah pada akhirnya.
Segala apapun di dunia ini, tergantung bagaimana cara kita memandang dan menunjukkannya. Dan aku memilih memandang kondisi ini dengan cara yang sederhana, juga menunjukkannya dengan cara yang sederhana, aku hanya perlu mencintainya tidak lebih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
mom chimohay
nih pelakor pemeran utama ya...deh bisa ku hujat habis nih pe klo bnr
2020-08-26
0
Hasnawati Kusi
lanjut
2020-07-02
1
✧ᴠɪᴠɪᴀɴ ᴡʜᴇᴇʟᴇʀ✧
syuka
2020-06-28
1