SETELAH AKU BERCERAI

SETELAH AKU BERCERAI

SETELAH AKU BERCERAI 1

Aku Olivia, Baru saja menerima surat cerai dari pengadilan. Mengesahkan status ku sebagai janda sekaligus calon single mommy.

Karena saat ini aku tengah mengandung, masuk Minggu ke delapan. Dan suami ku tidak tahu mengenai kehamilan ku.

Aku diceraikan sebab aku yang tak kunjung memberikan keturunan kepada Mas Al, (Al Segaf). Tanpa ku sadari saat itu aku sebenarnya tengah berbadan dua.

Kehadiran calon bayiku baru dirasakan seminggu yang lalu. Aku sering muntah dan tubuh ku lemas sekali. Setelah cek ke Dokter, ternyata aku sedang mengandung.

Mengingat perasaan ku saat itu, antara sedih dan bahagia. Ingin ku sampaikan berita bahagia ini, namun Ibuku menahan.

" Jangan kau berharap lagi untuk kembali kepada pria yang sudah membuang mu Nak "

Benar kata Ibuku, untuk apa Mas Al tahu. Toh dia sudah bahagia dengan perempuan lain, yang konon sudah berbadan dua. Berarti selama ini Mas Al sudah berselingkuh dari ku, tidak mungkin kan baru tiga Minggu pisah ranjang dengan ku calon istrinya sudah hamil. Dan besok adalah hari pernikahan mereka.

Septy, sahabat ku yang bekerja di perusahaan yang sama dengan Mas Al , memberi tahu bahwa besok Mas Al akan menikah.

Ku remukkan kertas yang menjelaskan status baru tentang diriku. Sakit? Iya! Dendam, itu sudah pasti. Tapi mungkin ini sudah takdir ku, meskipun sakit tetap ku telan jua.

" Kau jadi pindah ke Surabaya Ndok?" Tanya Ibuku, wanita single parent yang telah membesarkan ku. Bedanya, Ibu ditinggal mati oleh Ayah.

Ku iyakan pertanyaan Ibuku, Aku memilih pergi jauh supaya lebih mudah melupakan kenangan bersama Mas Al.

Lima tahun bersama dengan serentetan kisah tentang kita takkan mudah bagiku untuk dilupakan.

Aku dan Mas Al menikah atas dasar cinta, meskipun sedikit memiliki kendala restu dari orang tua. Tapi pada akhirnya kami bersatu jua dengan ikrar suci di sebuah masjid megah di Jakarta.

Kebahagiaan menyelimuti hubungan kami diselingi bumbu-bumbu pertengkaran yang memicu pada semakin mesra nya hubungan kami.

Akan tetapi lambat laun, orang tua Mas Al terutama Ibunya mulai jenuh dengan ku yang tidak kunjung memberikan nya cucu.

Kendala restu pun sering disindir kan kepada ku sebab kekurangan ku ini. Dibanding-bandingkan dengan pernikahan saudara Mas Al, sepupu Mas Al, sudah biasa disaat ada acara keluarga.

Tapi aku berusaha sabar, sebab Mas Al masih memberikan dukungan dan pembelaan terhadap diriku.

Puncaknya, malam itu. Tiba-tiba Mas Al meminta ijin untuk menikah lagi. Aku yang pantang di madu menolak keras kemauan Mas Al.

Sehingga malam itu kami cek Cok besar, paginya Ibunya Mas Al memberikan dukungan atas keinginan putranya.

Disini aku seperti dikeroyok, dan hingga Mas Al menjatuhkan talak kepada ku.

Pagi itu juga aku angkat kaki dari rumah Mas Al yang merupakan rumah yang dibeli dari duitku dan juga uang Mas Al.

Sayang nya sertifikat rumah ini atas nama dia, butuh proses yang lama jika aku ingin menuntut nya.

" Sudah lah Ndok, anggap saja bukan rejeki mu. Yang penting kamu sudah tidak punya urusan dengan dia dan keluarga nya" Itu saran dari Ibuku.

Ku iyakan saja, karena sudah malas rasanya mengurus hal yang akan menambah luka di hati.

**

" Loh? Kamu mau kemana Liv? Kok sudah rapi?" Tanya Ibu saat melihat ku baru saja keluar dari kamar.

" Mau keluar sebentar Bu " Jawab ku menutupi tujuan ku yang sebenarnya. Karena aku ingin menyempatkan diri untuk mengucapkan selamat kepada pengantin baru.

Ibu mengernyitkan keningnya, mungkin dia tidak percaya padaku. Karena insting seorang Ibu sangat lah kuat. Sama halnya saat pertama kali bertemu dengan Mas Al.

Beliau menilai Mas Al orang nya bisa disetir oleh Ibunya, tapi pada saat itu aku tak begitu menghiraukan sebab saking sayangnya kepada laki-laki itu.

" Jangan lama-lama, katanya mau berangkat sekarang. Nanti ketinggalan kereta "

Aku tersenyum sambil mengangguk, setelah ku cium punggung tangan perempuan spesial aku ini. Aku pun beranjak pergi dengan menaiki mobil milik almarhum Bapak.

Setibanya di lokasi resepsi pernikahan, ku lihat suasananya nampak sakral dan meriah. Aku keluar seraya melangkah dengan dagu terangkat.

Banyak mata yang menatap ku aneh serta shock, tapi tidak ku hiraukan. Tujuan ku adalah ke atas pelaminan, disana pasangan pengantin baru terlihat bahagia. Meskipun tubuh pengantin perempuan terlihat lebih berisi karena berbadan dua.

Namun saat kakiku menginjak altar, wajah keduanya langsung tegang. Begitu juga dengan kedua orang tua Mas Al, mereka gugup menyambut uluran tanganku yang menyalami nya.

Ku selipkan amplop kepada kedua orang tua Mas Al, dan juga kepada Mas Al beserta istrinya. Aku tidak mengucapkan apapun kecuali secarik senyuman getir.

Ini rencana ku, ini jalan ku untuk membuat hidup mereka tidak tenang. Sebelum aku pergi, akan ku buat perceraian ini seperti hantu bagi kalian semua.

Usai bersalaman, aku langsung pergi. Karena aku harus segera pindah ke Surabaya. Di sana aku akan tinggal di rumah peninggalan nenek ku , Ibu dari Bapak.

Rumah yang sangat sederhana, dikelilingi oleh pematang sawah yang luas peninggalan Bapak.

Aku akan mengurus sawah itu sambil lalu melupakan semua kenangan yang menyakitkan hati.

Kepergian ku diantar oleh Ibu dan Kak Yogi, Dia menyempatkan diri untuk mengantar ku disela waktu kerjanya.

" Baik-baik disana ya Ndok, sering-sering kabari Ibu " Pesan Ibuku dengan mata berkaca-kaca.

Ku peluk wanita idaman ku ini, sembari mengecup pipinya.

" Nitip Ibu ya Mas " Pintaku kepada Mas Yogi, karena setelah aku pergi Ibu akan tinggal sendirian di Rumah. Karena Mas Yogi sudah memiliki rumah sendiri meskipun hanya rumah KPR.

" Iya, kamu jangan khawatir " Jawab Mas Yogi menepuk pundak ku.

Aku percaya dengan nya, sebab Kak Stella juga baik orang nya. Sangat sayang sama Ibu, sebenarnya Mas Al juga sayang sama ibu. Hanya saja ??? Ah hati ku kembali sakit.

Cepat aku masuk ke dalam gerbong kereta setelah melambaikan tangan. Ku lihat Ibu ku menyeka pipi nya, aku tak tahan.

Helaan nafas berat menyertai kepergian ku ke Surabaya. Selamat tinggal Jakarta, kota yang menemani ku sejak kecil hingga mengecapi sakit nya dikhianati.

Ku Raup wajah ini supaya air mata berhenti menetes. Aku berjanji, ini terakhir kalinya aku menangis. Tak akan ku ijinkan hatiku disakiti untuk kesekian kalinya.

Pengkhianat serta penghinaan yang dilakukan oleh Mas Al serta Ibunya cukup membunuh hati ini. Tak bisa lagi aku percaya pada cinta, bagiku itu hanya cara laki-laki untuk merendahkan wanita.

Terpopuler

Comments

Roro Suprihatin

Roro Suprihatin

mampir lagi...dicerita baru

2024-03-30

0

Uthie

Uthie

mampir 👍

2024-02-13

0

caca

caca

lanjut

2024-02-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!