Aku Al-Segaf, hanya mampu menghela nafas panjang untuk meredam kecamuk dalam jiwaku.
Tadi selepas aku pulang kerja, ku sempat diri untuk datang ke rumah Olivia. Berharap mendapatkan penjelasan akan kado pernikahan yang ia berikan kepada ku.
Namun sayang nya, aku hanya bertemu dengan Ibunya.
" Oliv nggak ada " Jawab Ibu Olivia dengan ketus sebelum aku mengucapkan salam.
" Kemana Oliv Bu?" Tanyaku lembut.
" Kau tidak perlu tahu dia kemana ? Karena itu bukan urusanmu lagi "
Aku jadi serba salah, tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya aku putuskan untuk pamit saja.
Disepanjang perjalanan aku bertanya dalam diri ini, kemana Oliv pergi ? Tapi, rasanya tidak mungkin Oliv pergi. Mungkin saja dia sengaja bersembunyi dari ku.
Kalau pun dia pergi ? Dia bisa pergi kemana ? Aku jadi geram sendiri.
Di tambah lagi ketika sampai di rumah, Saras membuat aku semakin jengkel. Dia berbohong di depan Ibuku bahwa semua masakan yang disajikan adalah buatan nya.
Padahal aku tahu itu adalah masakan di restoran favorit ku. Saras tahu sebab kami sering makan disana dan aku selalu pesan makanan yang sama persis dengan makanan yang ia sajikan malam ini.
Karena saking jengkelnya aku sama Saras, ku bandingkan masakan itu dengan masakan Olivia. Sudah tentu Saras pasti akan murka. Biarlah, salah siapa dia berani berbohong didepan ku?
" Mas, Mas .. Bangun! Nggak usah pura-pura tidur deh! Aku tahu kamu belum tidur kan?"
Saras menggoyang-goyang tubuh ku yang sengaja tidak ku dengar kan.
" Apa maksud mu Mas dengan mengatakan bahwa masakan Olivia lebih enak ? Kamu kangen sama dia, hah!??? Kalau kangen sana pergi temui dia, rujuk aja sekalian dan nggak usah perduli kan aku"
Tak tahan, ku buka mataku perlahan lalu beranjak bangun.
" Kamu sadar nggak sih kesalahan kamu apa?" Balas ku, Saras terpaku kening nya mengerut.
" Kalau mau bohong setidaknya aku nggak tahu" Usai berkata demikian, aku bangkit lalu masuk ke kamar mandi.
Sementara Saras terus menerus memanggil sambil mengetuk pintu.
" Mas... Maafkan aku, aku, aku nggak bermaksud membohongi kamu. Aku.. Aku cuma malu sama Ibu kalau dia tahu aku tidak bisa masak "
Cih... Muak rasanya aku mendengar pengakuan Saras . Entah kenapa hati ini dilanda penyesalan ? Kenapa aku bisa sebodoh ini? Kalau saja Saras tidak hamil, mungkin saat ini Olivia masih berada di sisiku. Memanjakan aku dengan semua pelayanan nya.
Kamu dimana sayang ? Bisik ku lirih, dadaku sesak sekali.
Lama aku berdiam diri di kamar mandi, tidak melakukan apapun hanya duduk di atas toilet. Merenung memikirkan Olivia .
Tok tok tok tok
" Mas... "
Suara Saras mengganggu ketenangan ku, kesal rasanya tapi terpaksa aku beranjak jua.
" Ada apa?" Ku tanya dia dengan ketus.
Saras merengut menahan tumpah nya air mata. Pandangannya perlahan merunduk. Melihat nya demikian aku jadi Iba. Namun rasa kesal ini tetap ada.
Aku menyingkir dari ambang pintu kamar mandi, naik ke atas tempat tidur lalu ku pejamkan mataku.
Entah berapa lama aku berpura-pura tidur sampai aku benar-benar tidur.
Paginya, aku bangun karena hidung ku menangkap aroma makanan yang sangat enak. Saat mataku sudah bisa melihat dengan jelas, Wajah Saras tersenyum manis menatap ku.
Ia sudah duduk di samping tempat tidur dengan sebuah piring di tangan.
" Ayo Mas, sarapan dulu. Kali ini aku benar-benar masak sendiri, nggak COD Goo food "
Aku tersenyum tipis sembari beringsut bangun, Saras menyuapi ku makan. Hemm rasanya lumayan, tapi kalau dibandingkan dengan masakan Olivia , masih kurang sedikit.
Tapi tidak mengapa, sudah berusaha menyenangkan ku.
Hari ini aku pergi ke kantor dengan semangat baru, meskipun masih memikirkan Olivia .
Baru saja aku meletakkan tas kerja ku di atas meja, terdengar suara ketukan pintu. Aku pikir Nana, ternyata setelah pintu terbuka Septy yang muncul.
" Septy??"
Septy menggerakkan kepala nya sebagai tanda hormat, ia berdiri sopan di depan ku.
" Ada apa ?" Perasaan ku langsung tidak tenang, Apakah maksud kedatangan Septy ?
" Maafkan saya Pak, saya ingin memberi tahu jika sebenarnya Olivia hamil "
Degh!! Benar dugaan ku, pasti Septy memiliki kepentingan yang cukup mendesak.
" Da darimana kau tahu?" Aku gugup sekali, dadaku bergemuruh hebat.
" Semalam saya bertemu Olivia Pak "
" Dimana ?" Perasaan ku semakin campur aduk.
" Di rumah sakit, seperti nya terjadi sesuatu pada nya"
" Terjadi apa?" Lutut ku gemetar, dadaku seakan menyimpan bom atom yang siap meledak.
Septy menggeleng lemah. Kepala ku berdengung seakan bertambah besar.
" Tanpa sengaja dia menjatuhkan hasil pemeriksaan Dokter yang menyatakan bahwa dia harus banyak istirahat dan minum suplemen ibu hamil "
Septy menyodorkan sebuah surat yang masih tersimpan di dalam amplop. Tapi segel amplop nya sudah terbuka.
Tangan ku bergetar, bibir ku pun tak bisa terkatup rapat. Saat ku baca setiap kata dalam rangkuman kalimat di atas secarik kertas putih, tubuh ini langsung terduduk.
Aku sudah tidak bisa berpura-pura untuk kuat lagi, Olivia sungguh hamil. Kenapa ? Kenapa disaat seperti ini? Dadaku berdenyut sakit, sangat sakit hingga ku rasakan alam berputar menjadi gelap gulita.
Saat ku buka mata, samar-samar terdengar suara wanita memanggil. Hatiku yang hancur seakan menemukan secercah semangat. Karena wanita itu adalah Olivia .
" Oliv... Sayang "
Ku genggam tangan nya erat, tidak mau aku kehilangan dia lagi. Cinta pertamaku, cinta abadiku.. Olivia .
" Mas, aku Saras "
DEGH!
Pegangan tangan ini terlepas perlahan, ternyata itu bukan Olivia . Melainkan Saras , Istri ku sekarang.
" Al, kamu kenapa ?" Menyusul suara Ibuku, rupanya beliau juga datang.
" Bapak kemana Bu?" Pertanyaan yang sama dengan jawaban yang sama. Bapak ku ada acara, itu yang selalu ibu jawab.
Entah apa yang Bapakku lakukan sehingga dia selalu sibuk meskipun hari sudah malam. Dan Ibuku selalu nya tidak tahu acara apa yang dihadiri oleh Bapak.
Tiba-tiba dua orang wanita masuk berpakaian almamater yang sama. Mereka bertindak memeriksa kondisi ku.
" Alhamdulillah, Bapak udah bisa pulang. Jadi nggak perlu opname " Ucap salah satu dari kedua wanita itu.
" Jaga kesehatan ya Pak, istirahat yang cukup serta banyak-banyak minum air putih "
Ku iyakan saja semua wejangan dari wanita itu.
Tiga puluh menit kemudian, aku sudah bersiap untuk pulang. Kami bertiga menaiki taxi online, karena mobil ku katanya ada di kantor.
Saras tidak banyak bicara saat ini, entah apa yang dia pikirkan. Pandangannya jauh menerawang ke luar mobil.
" Ibu boleh nggak nginep di rumah mu Al?" Tanya Ibuku memecah keheningan.
" Apa Bapak nanti nggak nyariin Bu?" Tanyaku, Ibu menggeleng.
" Bapak mu acaranya keluar kota, jadi dia pasti nginep "
" Ohhhh"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
neng ade
penyesalan yang tak ada guna nya
2024-10-17
0
Soraya
katanya Olivia ke Surabaya
2024-02-13
0
Nnek Titin
pasti bpknya punya istri LG
tuman luuh Buu rasain karma nyakitin istri anak mu
2024-01-10
2