#Flashback
Mila dan Rehan sedang menunggu pesanan disebuah restoran di Mall. Bu Nadia yang merupakan ibunya Rehan melihat lalu menghampiri mereka.
"Rehan?" Sapa wanita paruh baya itu.
"Mamah?" Rehan terkejut mendapati mamahnya sudah ada dihadapannya.
"Kamu masih berhubungan sama gadis itu? Awet juga," wanita itu menarik bangku kosong yang ada, kemudian duduk, wajahnya menghadap Rehan.
"Ah iya ini Mila mah, yang aku ceritain ke mamah" kata Rehan sambil menunjuk Mila "Dan Mila, ini mamahku"
Mila kemudian memperkenalkan diri, "Malam tante, saya Mila" ucapnya.
Namun bukannya menanggapi, wanita itu kembali bicara, tentu saja berbicara pada Rehan anaknya.
"Mamah kan sudah bilang jangan pernah berhubungan sama wanita yang gak jelas?"
"Gak jelas? emangnya gua makhluk Astral yang tak kasat mata?" gumam Mila dalam hati.
"Mamah kasih tau kamu sekali lagi, bahwa kamu sudah dijodohkan sama anak dari sahabat mamah"
Rehan yang sedari tadi diam saja, melirik Mila. Karna dia tau pasti Mila terkejut mendengarnya.
Mila bingung harus bicara apa dia hanya bisa diam, dalam hatinya ia merasa sedih.
Tak ada tanggapan dari keduanya, membuat Wanita itu berdiri. Sebelum pergi ia berucap "Kalian harus cepat berpisah, sebelum hubungan kalian terlalu jauh" Wanita itu pergi tanpa menoleh sedikitpun pada Mila.
Rehan memegang tangan kekasihnya itu, meyakinkan bahwa dia bisa membujuk Mamahnya untuk merestui hubungan mereka.
#Flasback off
Hans masih setia mendengar curahan hati dari sahabatnya itu.
"Gua gak ngerti sama jalan fikirannya Rehan" Mila diam sejenak, "Dia jarang cerita sama gue, dia tipe yang berusaha mendem masalah sendiri, kalo gue nanya selalu mengalihkan"
"Gue ketemu nyokapnya yaaa sekali itu doang" lanjut Mila.
"Trus elunya gimana?" tanya Hans penasaran.
"Gue sayang sama dia, Lu tau sendiri gue dah pacaran 5 tahun lebih, bayangin aja dari SMA"
"Trus lu bangga?" ledek Hans, diikuti tawa oleh Mila.
"Hemmm...kalo gue kredit motor dah dapet 3 kayaknya"
"Kredit mobil lunas itu" kemudian mereka tertawa bersama.
Malam semakin larut, sudah tidak terdengar lagi obrolan antara kedua sahabat itu. Yang terdengar hanya suara dengkuran saut menyahut.
Ya mereka berkumpul menjadi satu dengan keluarga pasien yang lain, yang dengan sabar menunggu tak lupa berdoa mengharap kesembuhan untuk keluarga mereka yang saat ini terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Mereka berusaha melepas lelah, melupakan kekhawatiran dengan memejamkan mata sejenak. Berharap esok badan kembali segar, agar tetap bisa menyemangati keluarga mereka yang sakit.
Di sudut lorong itu Mila dan Hans duduk dengan bersandar pada dinding yang semakin malam terasa semakin dingin. Mila kemudian tertidur dengan menjadikan bahu kekar Hans sebagai sandaran kepalanya.
Mila terbangun ketika mendengar suara alarm dari handphonenya sendiri, jam menunjukkan pukul 04:30. Masuk waktu sholat subuh.
Mila mengangkat kepalanya mengusap wajahnya pelan kemudian menoleh pada orang yang berada disampingnya.
"Astagfirullah" teriak Mila.
Pemuda yang disebelahnya itupun terperanjat kemudian menegakkan badannya lalu menoleh pada gadis itu.
"Ngapa sih? Emang muka gue segitu seremnya apa? sampai kau begitu terkejut..."
"Tidak roma" Mila malah menirukan salah satu adegan film.
Pemuda itu menghempaskan ponih gadis itu, "Biasa aja kali"
"Gimana gue gak kaget tadi malem disamping gue itu putih bersih, naaaaah pagi ini ngapa berubah jadi keling begini?"
Pemuda itu tertawa, "segitunya,,, orang gini-gini juga"
"Yang bilang aer comberan siapa mas?" jawab gadis itu, "Kok lu bisa disini Jok, kapan datengnya?"
"Bisa lah...tadi Jam 2 pagi"
Yah, pemuda itu Joko, dia datang setelah mengantarkan kekasihnya pulang, menggantikan Hans yang katanya ada urusan mendadak pagi ini.
***
Tidak terasa sudah hampir sepekan Nenek terbaring lemah di rumah sakit, masih berada di ruang ICU.
Mila sesekali masuk ke ruangan itu, tempat sang nenek terbaring, ruangan yang dipenuhi oleh kabel-kabel yang saling terhubung ke layar. Entah kabel untuk apa dia tidak tau yang jelas dia tak tega melihat sang nenek dalam keadaan seperti itu.
Seiring berjalannya hari membuat Mila lambat laun mengikhlaskan apa yang telah terjadi. Dia tidak lagi menangis seperti sebelumnya. Dia hanya meminta kepada Tuhannya untuk memberikan yang terbaik untuk sang Nenek. Bahkan dikemungkinan terburukpun dia akan menerima dan mencoba ikhlas.
Mila meninggalkan semua aktivitasnya, dia tidak datang bekerja. Gilang yang menyuruhnya fokus pada kesehatan neneknya. Membuatnya bisa dengan bebas merawat sang nenek tanpa harus memikirkan masalah pekerjaan.
Orang-orang yang mengenal Mila dan Neneknya bergantian datang untuk menjenguk ke rumah sakit. Walau hanya sekedar memberikan suport, gadis itu sangat bahagia. Karna dengan banyaknya orang yang menjenguk menandakan bahwa banyak juga orang yang menyayanginya. Membuat Mila merasa bahwa dia tidak sendiri.
"Sabar yaaa Mila"
"Kamu harus ikhlas"
"Semangat yaaa"
"Jangan sedih terus"
"Jangan nangis yaaa"
"Banyak berdoa"
Ya kata-kata sederhana itu ternyata memberikan efek yang sangat besar buat Mila, memberikan kekuatan untuknya. Dia bahagia ternyata banyak orang yang peduli padanya, mambuat ia tak berhenti tersenyum.
"Kenapa sih kak senyum-senyum sendiri?" pertanyaan Gladys membuat Mila kaget, Dia menoleh. Ada Bu Riris, Pak Harja, Gilang dan juga Gladys, adik perempuan Gilang, mereka datang saperti biasa.
"aaah,, enggak kenapa-kenapa kok" ucap Mila pada gadis kecil itu, gadis itu duduk di samping Mila. Sedangkan Mila berdiri kemudian menyambut kedua orang tua Gilang dengan mencium punggung tangan mereka. Lalu mempersilahkan mereka duduk.
"Kamu makan dulu ya Mil, Mama sama papah yang tunggu disini" kata Bu riris.
"Iya kamu berdua temani Mila sana" Pak Harja menunjuk kedua anaknya.
"Ayo kak kita duduk dikantin aja, mama masakin makanan kesukaan kakak Loh" ajak Gladys.
"Ayo" ajak Gladys, ia mengaitkan tangannya pada Mila dan juga Gilang, sedikit menyeret mereka berdua.
Mereka tertawa bersama menuju kantin.
Saat di kantin Gladys langsung membuka wadahnya satu persatu memperlihatkan berbagai menu masakan.
"Waaaaaah, kebetulan gua lagi laper" Joko tetiba datang, menyomot telur gulung dari wadah yang baru saja dibuka.
"Enggak ada angin, enggak ada ujan, tau-tau datang si joko" ucap Mila.
"iya nih, jelangkung aja mesti dipanggil dulu mas baru datang" Gladys ikut mengomentari.
"Duh adik kecil kita dah bisa nyaut sekarang" kata Joko sambil mencubit pipi Gladys. Gemas, pikirnya.
Gilang menepak tangan Joko yang mencubit pipi adiknya itu. "Enggak pake pegang-pegang juga kali??"
"Yaelaaaaah pegang doang, halal gue mah" ucap Joko dengan mulutnya yang penuh.
"Tau aja kalau kita lagi disini" kata Gilang
"Mamah Riris yang bilang"ucap joko.
Saat mereka fokus pada makanan, terdengar bunyi nada dering dari Handphone Gilang, Bu Riris menelpon.
Gilang mengelap tangannya pada tisu, kemudian menerima panggilan itu. "Halo mah, kenapa?" jawab Gilang.
Gilang terlihat fokus mendengarkan, kemudian menoleh pada Mila, lalu tersenyum.
Mila yang melihat itu kemudian bertanya, "kenapa?"
Gilang menutup panggilan telepon, "Nenek sadar" kata Gilang membuat raut wajah mereka berubah seketika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
runi nisa
semangat kak...
mampir juga yuk bentar ke novel aku
PACARKU MANTAN TEMANKU
jangan lupa like dan komen ya
mohon dukungannya🤗😘
2020-05-14
1
Ilan Irliana
mila m gilang y thor ending'y..
2020-03-16
1
kirito asuna yui
jadi inget tante aku waktu di rumah sakit mak.
tapi dianya udah pergi buat selamanya, tepat didepan mataku mak, di ruang ICU pula 😭😭😭😭😭
2020-01-16
1