Hari terus berganti, waktu terus berlalu.
Mila disibukkan dengan rutinitas seperti biasa di pagi hari ini. Menyapu, mengepel, mencuci, memasak sudah menjadi kebiasaan sehari-harinya sebelum berangkat kerja.
Tak lupa dia memberi makan neneknya terlebih dahulu, menyuapinya dengan penuh kelembutan dan juga kesabaran.
Sang nenek memang sudah 4 tahun ini jatuh sakit, dan 2 tahun belakangan sakitnya bertambah parah. Dia mengalami kesulitan untuk berjalan. Kakinya tak mampu lagi menopang berat badannya sendiri. Untuk berjalan keluar rumah saja harus dengan susah payah.
Selama ini sang nenek rutin memeriksakan kesehatan setiap satu bulan sekali di sebuah rumah sakit. Pengobatannya hanya untuk mengurangi rasa sakitnya saja, karna walau bagaimanapun semua sakitnya dikarenakan faktor usia.
Mila sangat telaten mengurusi sang nenek, tidak pernah sekalipun dia merasa keberatan. Karna hanya sang nenek lah yang menjadi keluarganya saat ini. Hanya itu yang bisa Mila lakukan sebagai bakti kepada sang nenek yang sudah mengurusi dan menafkahinya sepeninggal orang tuanya.
Mila bahkan memutuskan untuk tidak kuliah. Dia hanya berharap bisa meluangkan lebih banyak waktu untuk sang nenek, menemani disisa hidupnya.
"Nek, Mila berangkat kerja dulu yaa!!!" Izin Mila sambil mencium punggung tangan sang nenek.
"Iya, hati-hati yaaa !!"
Mila yang hendak melangkah keluar kamar kemudian kakinya terhenti seketika lalu menoleh kembali pada sang nenek.
"Tapi nenek enggak apa apa kan? Ada yang dirasa enggak nek? apa ada yang sakit?" Tanya Mila tanpa jeda, Entah kenapa pagi ini terasa berat untuk Mila meninggalkan sang nenek sendirian. Sang nenek terlihat pucat lain dari biasanya. Membuat Mila merasa sangat khawatir.
Sang nenek hanya menanggapi kekhawatiran cucu satu-satunya itu dengan tersenyum "Nenek enggak apa2... Sana berangkat nanti kamu kesiangan!!" Pinta Nenek pada sang cucu.
"ya udah kalo gitu nanti kalo ada apa2 telpon aku ya nek" dengan berat hati akhirnya Mila berangkat. "Assalamu 'alaikum" lanjutnya.
"Wa 'alaikum salam" balas sang nenek.
Mila bekerja sebagai Admin yang mengurusi pengeluaran dan pemasukan keuangan di sebuah Cafe sederhana yang dirintis oleh Gilang dan teman sekampus yang bernama Rendi.
Gilang tidak terjun langsung, operasional cafe diserahkan ke Rendi. Gilang hanya sebagai penyedia dana saja. Karena Gilang diminta ayahnya untuk ikut mengurus perusahaan keluarganya.
Gilang sengaja menyuruh Mila bekerja disana. Selain untuk membantu Mila, juga sebagai orang kepercayaan untuk ikut mengawasi cafe tersebut yang semakin berjalannya waktu cafe itu semakin ramai, karna letaknya yang strategis.
Setelah sampai di cafe, Mila yang berjalan ke arah ruangannya disambut ramah oleh para karyawan yang bekerja disana. Ya Mila memang sangat disukai.
"Pagi mba Mila !!" sapa salah satu karyawan.
" Pagi " balas Mila "aku langsung masuk yaaa !!" lanjut mila lagi.
Pada saat Mila sibuk dengan laptop yang ada di meja kerjanya, tiba-tiba entah dari kapan Rendi sudah duduk disampingnya, merangkul pundak Mila, Membuat Mila terkejut seketika.
"Ya ampun Ren, jantungan nih gua" Mila yang risih menyingkirkan tangan Rendi dan menggeser bangkunya agar menjauh. "Bisa g sih enggak usah deket2 !!"
Rendi dengan tidak tau malunya malah ikut menggeser bangkunya mendekati Mila.
" Yah " teriak Mila "gue kan dah bilang jangan asal pegang2, ini namanya pelecehan seksual tau g sih?" Mila beranjak berdiri hendak pergi keluar.
"Kok pelecehan sih? ini kan sama aja kayak lu sama Gilang dan sahabat cowo lu yang laen, kayaknya lu biasa aja kalo sama mereka" Rendi membela dirinya.
" Beda tampang lu tuh tampang mesum, gua
peringatin yaaa !! gue enggak segan-segan bilang ama Gilang" ancam Mila, kemudian dia mengambil HP lalu melangkah pergi setelah di depan pintu dia berbalik "atau lu mau gue lapor polisi atas tindakan kurang menyenangkan?"
Rendi hanya bisa diam kemudian meminta maaf namun dilihat dari raut wajahnya tak menunjukan rasa menyesal. "Huh dasar munafik" pikirnya dalam hati.
Mila membuka pintu dan menutupnya dengan keras. Sebenarnya bukan kali ini saja Rendi bersikap seperti itu. Bukan hanya kepada Mila bahkan pada hampir karyawan wanita disana.
Rendi sudah pernah diperingatkan oleh Gilang, hanya saja dia berkilah tidak ada maksud apa-apa dan berjanji tidak akan mengulanginya.
Mila saat ini berada di luar cafe dia duduk di sebuah bangku kayu yang terletak di taman dekat lahan parkir. Pikirannya kacau saat itu, tak lama terdengar suara musik menandakan panggilan masuk dari hapenya.
"Gilang? tumben nelpon" gumam Mila sesaat setelah melihat nama yang tampil di layar depan HPnya.
"Halo assalamu 'alaikum ! kenapa Gil?" tanya Mila.
"Lu dimana?"
"Di cafe lah gue, kenapa sih kayak panik gitu?"
"Lu siap-siap yaaa, gue jemput sekarang !!
"Kan belum jam pulang?"
"Udah jangan cerewet !! 15 menit lagi gue nyampe"
tut tut tut...
Gilang menutup sambungan telponnya, sedangkan Mila mematung, dia merasa heran. "Kenapa sih ?" tanyanya dalam hati.
Setelah kembali kesadarannya, Mila
langsung masuk kembali, dia pergi keruangannya yang baru saja dia tinggalkan.
Ketika membuka pintu, Mila merasa terkejut mendapati Rendi yang masih berada di ruangannya. "Ngapain??" Tanyanya.
"Oh nga dem gue ... ruangan gue ACnya mati soalnya" jawab Rendi dengan terbata.
"Ya udah w keluar yah, biasa aja tuh muka"
kata Rendi lagi sambil hendak menyentuh dagu Mila namun Mila mengelak.
"Enggak usah macem-macem deh"
Mila segera membereskan meja, mematikan Laptopnya kemudian mengambil tas dan berjalan keluar. Lalu pamit pada salah satu penanggung jawab cafe tersebut.
Setelah 10 menit menunggu akhirnya mobil Gilang muncul, tanpa basa basi dia langsung membuka pintu mobil kemudian duduk di jok depan.
" Ada apa sih?" tanya Mila ketika iya baru saja duduk. Namun yang ditanya sepertinya enggan untuk memberi jawaban.
Gilang langsung memutar arah mobilnya dan kembali menginjak pedal gasnya. Melaju dengan kecepatan sedang. Sesekali mengebut ketika dirasa jalanan melenggang.
" Kenapa sih gak jelas deh, bikin gua takut" tanya Mila lagi.
"Nenek Mil" Akhirnya Gilang membuka mulutnya.
" Kenapa Nenek gua?" tanyanya panik.
" Lu gak usah panik dulu" mencoba untuk menenangkan Mila yang sudah berkaca-kaca.
Gilang kemudian melanjutkan "Tadi si mamah mampir ke rumah Lu trus liyat Nenek udah g sadar di depan pintu kamar" ucapnya dengan pelan pelan.
"Sekarang beliau ada di rumah sakit, mama yang jagain di sana " katanya lagi berusaha untuk membuat Mila tenang.
Mila histeris, dia menangis keras setelah mendengar itu. Tubuhnya gemetar, air matanya sudah tak bisa dia bendung. Tubuhnya melemas, dia ketakutan. Takut sesuatu yang buruk akan terjadi, sesuatu yang bahkan tidak mau iya bayangkan.
Pikirannya melayang mengingat kembali peristiwa 14 tahun silam yang merenggut kebahagian karna meninggalnya sang ibu, dan mengingat kembali bagaimana ayahnya menderita sepeninggal ibunya. Lalu setelah satu tahun Mila harus kembali merasa kehilangan atas kepergian sang ayah.
Mila belum siap jika harus kembali ditinggalkan oleh orang yang dia sayang, nenek yang menjadi satu-satunya keluarga yang dia miliki saat ini, satu-satunya orang yang akan selalu berada disampingnya. Membelanya, dan menyayanginya tanpa pamrih.
"Harusnya tadi gua gak usah berangkat kerja" Mila kembali menangis, menyesali sikapnya sendiri karna mengabaikan firasat buruknya tadi pagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Siska Feranika
Masih betah baca sampe sini....
2020-09-27
1
xiao bo
aq mampir nih....sorry bru komen abisnya seru jd klewat dah komennya...
2020-02-14
1
kirito asuna yui
jadi ingat nenekku mak
2020-01-16
1