Author POV
Cuaca pagi hari ini cukup cerah mewarnai suasa hati seseorang yang sedang Baik, seseorang yang penuh antusias ingin secapatnya berangkat ke sekolah.
Arsen yang baru keluar dari kamar mandi, jari kokohnya itu mengacak pelan rambutnya yang basah, handuk kecil itu iya gunakan untuk mengeringkan rambutnya.
Merasa sudah agak kering, handuk kecil itu Arsen menggantungnya di leher untuk menghalangi air agar tidak membadahi tubuhnya lagi, karena dirinya harus menggunakan bajunya.
Arsen melangkah membuka lemari pakainnya, mengambil Kaos Polos berwarna hitam. Tak lupa ia menarik Celana Jeans panjang berwarna senada dengan bajunya.
Entah kenapa dirinya mengoleksi banyak kaos yang berwarna hitam.
Arsen menutup kembali lemarinya dan memakai bajunya.
Butuh waktu 10 menit Arsen menghabiskan waktu itu untuk bersiap-siap. Setelah selesai Dirinya enggak Lupa mengambil ponsel, buku, Kunci motor, dan headsetnya. Lalu menaruhnya ke dalam Tas, sisa kunci motor dan headset yang berada di tangannya.
Arsen langsung melangkah keluar dari kamarnya.
"Len---ARLEN--"teriak Arsen saat keluar dari kamarnya. Mencari keberadaan Adiknya.
"Apa dia belum bangun?"gumam Arsen menatap pintu kamar adiknya.
"Arlen"panggil Arsen lagi saat di depan kamar adiknya.
"Arlen ada di kamar kak"teriak Arlen dari dalam kamarnya.
"Aku masuk ya!"ucap arsen saat memegang gang pintu.
"Iyaaa, Arlen main gitar aja ko"Balas Arlen membuat Arsen langsung membuka kamar Arlen.
Arsen langsung melangkah kearah balkon karena disana adiknya duduk sambil memeluk gitar.
"Aku mau berangkat, kamu enggak apa-apa kan di rumah sendiri?"tanya Arsen melangkah mendekati adiknya.
Arlen menatap diam kearah Arsen sebentar.
"Sebenarnya Arlen bosen di rumah ka, tapi gimana lagi"melas Arlen menatap kakanya.
Arsen mengerut dahinya dan kasihan melihat adiknya, disatu sisi Arsen juga enggak bisa ninggalin adiknya dirumah sendiri.
"Mau ikut ke sekolah!"tawar Arsen, Arlen langsung mengangguk antusias menatap kakanya.
"Boleh boleh, arlen ganti dulu"arlen beranjak meletakan gitarnya kembali ke kursi dan langsung masuk mencari baju gantinya.
"Yaudah aku tunggu di bawa ya"arsen langsung menutup pintu dan meneruni anak tangga, membiarkan adiknya siap-siap lebih dulu.
Selang 10 menit akhirnya Arlen sudah selesai dan baru saja keluar dari kamar. Sedangkan Arsen dibawa hanya diam mendengar lagu di ponselnya, Headset itu sudah bergantung rapi di kedua kupingnya.
"Ayo kak aku sudah siap"ucap Arlen. Arlen menggeleng kepalanya saat melihat kakaknya yang enggak mendengar suaranya, disana lah kakanya sedang mendengarkan lagu menggunakan headset.
Arlen melangkah mendekati Arsen. Arsen yang sadar adiknya sudah di depannya langsung mendongak sebentar sebelum beranjak dari duduknya.
"Ayooo"Ajak Arsen langsung melangkah lebih duku, Arlen tersenyum dan mengikuti kakanya.
Akhirnya dia bisa keluar juga, walaupun dirinya hanya di sekolah menemani kakaknya.
"Naik motor yes"batin Arlen bahagia, sangking bahagiannya Arlen melangkah dan sedikit melompat menggoyakan badannya.
"Loh ko bawa mobil!"protes arlen saat melihat kakanya mengeluarkan mobil digarasi.
Arlen cemberut menatap kakaknya. Padahal dirinya tadi antusias di gonceng kakanya naik motor.
"Iya, kan ada km jadi aku gak bawa Motor"Balas arsen santai Menunggu adiknya naik ke dalam mobil.
"Naik motor aja ya, arlen pengen naik motor"bujuk Arlen dengan wajah melas, Arsen langsung menggeleng menolakan rayuan adiknya.
"Ck gak bakalan, ayo naik atau enggak aku tinggal nih!"tegas arsen dan mengancam adiknya.
Arlen pun dengan ogahan melangkah mendekati mobil. Arlen langsung naik ke mobil tapi enggak di samping pengemudi. Karena Arlen ingin menjaili kakanya lagi.
"Maju di depan Len, aku bukan sopir kamu"geram Arsen saat arlen duduk di jok belakang. Arlen menahan senyumnya.
"Emang kaka kan sopir!"Balas arlen santai sambil terkekeh. Arsen langsung berbalik menatap tajam kearah adiknya.
"Ck maju cepat Nathania"suara peringatan Arsen, Arlen langsung maju di depan.
Jika arsen memanggilnya dengan nama tengahnya, itu sebagai tanda bahaya baginya.
Arlen langsung membungkuk badannya melangkah maju di jok depan dan langsung duduk, begitu sudah duduk dan memasang sabuknya arsen Langsung menyalakan mesin mobilnya dan keluar dari halaman rumahnya.
"Ada cowok ganteng enggak kak di sekolah? Siswa baru gitu!"Tanya arlen membuat Arsen langsung menatao adiknya.
"Jangan macam-macam Len, kamu sekolah bukan cari Cowok ganteng atau apalah, Kamu sekolah nuntut ilmu bukan hal lain, ingat itu"Arlen hanya mengangguk. Takut kakaknya lebih panjang lebar mengomelinya.
"Kakak mah enggak asik"Sahut Arlen langsung menatap di luar jendela dalam diam.
….
Disekolah…..
"Eh ketos sama siapa tu? Cantik banget"
"Wah serasi banget yg satu cantik dan ganteng"
"Tumben ketos bawa mobil"
"Wah istimewah banget tu cewek, sampe ketos bawa mobil gitu"
"Wah pata hati gua hikz"
"Wajah mereka mirip, jodoh pasti mereka berdua"
"Yaaaahh harapan gua, udah punya pacar"
"Astagaaa hati gua sakit lihat mereka"
"Perasaan gua kayak diremes, dicincang terus di buang ke laut"
"Lebay lu parah Cong"
Semua Siswa baru yang sudah datang menatap kearah mereka, Arsen yang memarkirkan mobilnya.
semuanya berbisik dan merhatikan mereka, saat mereka berdua turun dari mobil.
"Kaka! Apa aku salah Stayle Hari ini?, kenapa mereka menatap aku kayak gitu"Arlen memeluk lengah Arsen dan berbisik.
Tindahakn kecil Arlen memeluk lengah Arsen membuat semua ikut melotot tak percaya, mereka ingin menjadi Arlen sebentar saja.
Arsen mengangkat kedua bahunya tak acuh, arsen terus melangkah membawa adiknya melewati lobby. Arsen harus membawa adiknya sarapan lebih dulu sebelum kegiatannya dimulai.
"Wah fans km kak, bisa-bisa aku di makan hidup-hidup nih"bisik arlen lagi saat mereka berjalan melewati Lobby, tatapan sinis itu juga yang arlen dapatkan selama melewati lobby itu.
Arsen hanya diam dan membiarkan adiknya yang terus bermanja di lengahnya.
"Mau kemana kak?"tanya arlen lagi karena sedari tadi mereka hanya berjalan.
"Kantin"balas gumam arsen, arlen hanya mengangguk mungkin kakaknya lagi laper, karena mereka pagi tadi belum sarapan.
Arlen tersenyum lebar saat masuk kedalam kantin. Arlen masih memeluk lengah kakanya.
"Gua suka jadi pusat perhatian"Gumam Arlen tersenyum lebar.
Pletak
"Awwsss Sakit kak"keluh arlen mengusap jidatnya.
"Jaga sikap kamu arlen, kalau enggak, aku suru pak joni jemput kamu sekarang juga"ucap arsen membuat arlen mengangguk terus mengusap jidatnya dan mengekori arsen mencari tempat duduk.
"Duduk diam disitu"ucap arsen tegas menarik salah satu kursi untuk Arlen.
Arlen langsung duduk dikursi itu. Arlen menatap punggung kakaknya semakin menjauh. Arlen yakin kalau kakanya sedang membeli makanan.
"Ngeri sendiri gua lihat mereka natap gua kayak gitu"gumam arlen melihat sekelilingnya yang banyak orang menatapnya.
Karena semua siswa baru belum mengenalnya sebegai kembarannya ketos.
"Salah gua sendiri sih gak masuk anggota osisi, coba kalau gua ikut, gua pasti populer juga di sekolah, Eskul aja kembaran gua enggak izinin gua masu"Gumam Arlen sambil mengotak-atik ponselnya.
"Mana sih lama banget si tu anak"arlen melihat kakanya disana yang belum juga balik.
"Nih makan dulu, km belum sarapan tadi"arsen duduk dengan Nasi goreng sepiring dengan Susu coklat hangat di depan Arlen.
"Loh ko aku, kakak kan belum sarapan tadi"Arlen mendongak melihat kakanya, Arsen langsung menatap tajam kearah arlen.
"Makan Bareng ya!"Arlen menaruh pitring itu ditengah agar kakanya juga bisa makan.
"Bentar arlen ambil Send--"
"Enggak usah, kamu makan aja duluan, ntar enggak habis aku makan"sahut arsen cepat, Arlen kembali menggeleng.
"Kayak enggak ada uang jajan aja, aku enggak mau kayak gitu, kalau makan yaudah makan bareng, kalau enggak mai sepiring berdua yaudah kakak mesan lagi biar aku makan ada temannya, enggak enak makan sendiri"oceh Arlen memijat Arsen memijat pangkal hidungnya.
"Makan Nathania, aku masih kenyang"Balas arsen dingin membuat Arlen ngeri sendiri, arlen langsung menarik piring lebih dekat dengannya.
"Bilang dari tadi kak, biar aku enggak terusan ngoceh"gumam Arlen, arsen hanya diam dan hanya sibuk sama ponselnya.
"Kaka benaran masih kenyang! Pagi tadi enggak sarapan loh"tanya Arlen lagi. Arlen takut-takut menatap Kakaknya.
"MASIH"jawaban arsen singkat dan padat itu membuat arlen kembali mengangguk diam..
"Banyak siswi cantik-cantik ya"Arlen melirik kakanya, enggak ada reaksi dari kakaknya.
"Nah kan aku aja iri lihat mereka yang cantik-cantik, kakak enggak tertari sama mer---"
"Makan aja. gk usah banyak ngomong"tegas Arsen dan mengambil headsetnya memasang di kedua kupingnya. Arlen langsung cemberut mendengar itu.
"Kenapa dari kemarin gk gini aja, kan gua bisa lihat cogan-cogan heheh"gumam Arlen, untung kakaknya make headset jadi enggak dengar, kalau enggak! Arlen yakin pasti langsung di pulangin.
Enak punya saudara cowok cogan plus bisa ngelindungi kita, tapi sisi yang enggak enaknya mereka suka ngelarang apa yang kita suka. Arlen hanya mampu menggeleng menatap kakaknya hanya santai.
"Hay Cab*l gua minta Ttd lu, ini hari terakhir"teriak seseorang
"Uhuuk uhuk"Arlen langsung kesedek makanan saat mendengar teriakan itu, bukan dari jauh tapi orang itu tepat di samping Arsen.
Arsen yg melihat adiknya kesedek langsung memberikan susu coklat ke adiknya.
"Kalau makan hati-hati"ucap Arsen pelan tapi headsetnya masih melekat di telinganya.
Arlen memberi kode kakanya kalau ada cewek bar-bar di sampingnya.. Namun arsen tidak mengerti kode itu.. Dengan cuek arsen kembali memakai ponselnya.
"Gua.bilang.gua.minta.tanda.tangan.lu"Fio menarik headset di telinga Arsen dan bicara penuh penekanan disetiap katanya.
"Lu nyebut dia apa tadi?"Arlen mendongak menatap orang itu dengan tatapan tajam.
Orang itu ikut menatap kearah Arlen dengan tampang jengah karena enggak mau berurusan sama orang lain lagi.
"Bukan urusan lu"balas orang itu jutek. Arlen melotot tak percaya.
"Urusan gua juga kalau lu nyebut dia Cab*l, karena dia--"
"Pacar lu gitu! Gua enggak nanya ke lu"sahut orang itu cepat. Arlen syok sekaligus kagum dengan orang di depannha ini.
Arsen menatap datar Ke fio, Arlen hanya syok karena perlakuan cewek itu kepada kakanya.
"Ternyata ada yg enggak takut sama kaka gua"batin arlen
Arlen memakan makannya pelan sambil merhatikan kakanya dan cewek entah siapa itu, tapi kayaknya murid baru karena menggunakan papan nama terbuat dari kardus.
Arsen masih menatap Fio dengan datar tanpa mengeluarkan suara, Fio juga makin geram karena Arsen tidak mengucap sepata kata pun.
Fio menatap tak kala tajam ke Arsen dan berucap kembali..
"Gua.bilang.gua.minta.tanda.tang...."ucap Fio terpotong karena tiba-tiba sesuatu menempel pipinya.
"Yaaaakkk---WOW"Teriak Arlen heboh melihat itu. Arlen menyembunyikan ekspresi syoknya.
Arsen tersenyum tipis, dan kembali memasang headsetnya. Arlen melihat itu senyum manis.
Seluruh kantin riu melihat kejadian itu.
"yaaaakkk Dasar Cab*l "teriak Fio langsung menjambak rambut Arsen.
Mukut arlen terbuka karena kaget melihat pemandangan di depannya saat ini.
"Gua B3,ci sama lu si*lan, mati lu--mati Lu"fio terus menjambak Rambut Arsen.
"Woe lu--singkirin tangan kotor lu s*alan"Teriak Arsen berusaha melepakan tangan Fio dari tambutnya.
Arlen beranjak menarik fio menjauh dari kakaknya.
"LU--"fio menunjuk kearah Arlen membuat arlen kaget.
"Ajari pacar lu ini supaya enggak kurang ajar sama orang lain, semua gara-gara lu--Yaaakkkk Sialan lu semua"Teriak Fio sambil menunjuk Arlen, Arlen terkekeh dan menatap tajam kearah Fio, karena dirinya membenci orang yang menunjuknya seperti itu.
Arlen mendorong bahu fio pelan.
"Lu disini yang bersikap kanak-kanakan, Bocah, itukah cara lu minta sesuatu ke orang?"Ucap Arlen membuat fio yang kaget dan maju mendekati arlen.
"Kalau dia baik gua enggak mungkin paksa minta tanda tangannya, Seharusnya lu sebagai pacar, ajari dia hargai usaha orang bukan kurang ajar sama orang"Omel Fio membuat Arlen diam.
"Dia ngira gua pacarnya kak arsen? Menarik sekali"Batin Arlen.
"Seharusnya lu juga sopan dong sama sunior lu sendiri, bukan dengan cara kasar dan paksa kayak gini minta tanda tangan"Arlen mendorong bahu fio pelan lagi, Fio mendegus sebal ingin menggapai Baju arlen, Tapi seseorang menahan tangannya.
"Singkirin tangan kotor lu"Arlen menarik tangan fio menjauh dari Adiknya.
"Br*ngsek lu"Fio menatap dingin kearah arsen sambil mengucapkan itu, fio menghentakan tangannya hingga genggaman arsen lepas dari pergelangan tangannya.
"Gua enggak takut sama lu, gua tau lu ketos di sekolah ini, gua bukan cewek murah*n yang senang di cium sama cowok sial*n kayak lu. Gua benci sama lu si*lan"Teriak Fio di depan wajah Arsen. Arlen hanya diam melihat itu.
Fio langsung melangkah keluar dari kantin, Fio tak lupa menarik tangan temannya.
"Wow amazing"Gumam Arlen takjub melihat Fio menjauh.
Arsen menatap adiknya tanpa mengeluarkan suara. Arlen langsung menatap kakaknya meminta penjelasan. Penjelasan gimana bisa cewek tadi menyebutnya sebagai cowok jelek.
"Apa Kaka menyukainnya?"tanya Arlen langsung, Arsen kembali duduk, mengambil headset dan memasangnya kembali.
"Enggak"balas Arsen singkat dan langsung memutar lagu di ponselnya. Selanjutnya Arsen enggak mendengar coletan adiknya lagi.
Arlen kesal melihat arsen sudah memakai headset itu. Arlen menarik satu headset Arsen.
Arlen enggak peduli di tatap dingin seperti itu.
"Tapi kenapa kaka menciumnya"tanya arlen syok dengan jawaban kakanya.
Arsen mengangkat kedua bahunya tak acuh.
"Astaga kaka, bagaimana kalau itu ciuman pertama di pipinya" arlen masih kaget dengan tindakan kakanya saat inj.
"Enggak juga. itu yg kedua kalinya"Balas Arsen santai yang masih sibuk sama buku di tangannya.
"WHAT?"teriak Arlen tanpa sadar kursi kebelakang hingga menjadi pusat perhatian.
Semua yg di kantin melihat ke arah mereka.
Arlen menunduk dan langsung duduk semula.
Ada yang menatap iri dengan Arlen karena duduk dengan KETOS mereka yg Super dingin itu, tapi itu yang membuatnya cool. Dan daya tarik tersendiri. Pesana dia sendiri.
"Ja-jadi ma-maksud kaka, kaka Sudah pernah mencium dia sebelumnya"tanya Arlen lagi masih penasaran.
Arsen hanya mengangguk tak acuh.
Dan anggukan dari Arsen itu semakin membuat Arlen syok.
"OMG kaka, akhirnya kaka aku suka sama cewek juga, apa sekarang arlen juga bisa mencari gebetan"antusia arlen menatap kakanya, namun hadiah yang arlen dapat adalah tatapan tajam dari kakaknya.
"Sudah kan ayo"arsen beranjak dari duduknya dan langsung melangkah meninggalkan Arlen. Arlen langsung menyusul kakanya.
Arlen sedikit berlari mengimbangi langkah kakanya, saat sudah di smaping arsen, arlen langsung melemoar pertanyaan ke arsen.
"Kak akui aja kalau kakak benaran suka sama dia!"ucap arlen lagi, lebih tepatnya ingin menggoda kakanya.
"Kalau kaka suka sama dia, engak apa-apa, lumayan cantik juga kan, Arlen suka sikapnya tadi"ucap jujur arlen yg berjalan mundur, arlen sengaja melihat wajah kakanya.
"Diam Arlen"tegas arsen menatap Tajam keadiknya. Arlen langsung maju dan berjalan di smaping Arsen.
"Ah kaka gk seru ih, jujur aja kak sama aku, kalau kaka suka sama dia. Arlen bakalan jaga rahasia kakak"ucap arlen lagi, karena jawaban yang arsen kasih membuat Arlen enggak puas.
"Kalau kaka enggak suka, mana mungkin kakak berani kasih kecupan di pipinya"lanjut arlen yang ingin terus meminta penjelasan dari kakanya.
"Kaka suka sama dia kan? Momi sama dady pasti senang dengar kabar ini"lanjut Arlen lagi karena melihat Arsen hanya diam sambil terus melangkah.
Arsen tersenyum tipis mendengar coletak adiknya itu.
Adiknya begitu antusias menanyakannya dan ingin mendengar penjelasannya.
Bukan tentangnya. Tapi Tentang adiknya yg ingin PDKT, karena adiknya tau kalau dia sudah memiliki kekasih pasti adiknya juga akan ikutan memiliki kekasih juga.
Karena begitu penasaran, sepanjang mereka melangkah, Arlen terus memanyakan pertanyaan yang sama.
"Sen--Arsen"Arsen berbalik dan melihat orang itu, Rio sama aldo disana.
"Kemana aja lu baru nongol, gua kirain lu enggak masuk"sahut Aldo lagi. Arsen menatap tajam kearah aldo yang mencoba mendekati Arlen.
Aldo menyadari tatapan itu langsung pindah di samping Rio, Rio terkekeh melohat itu.
"Kamu apa Kabar Len?"tanya basa-basi Aldo. Arlen langsung tersenyum dan mengangguk.
"Baik kak, kak Al juga pasti sehat kan, buktinya sekarang sehat"balas Arlen membuat Aldo terkekeh.
"Tentu, seperti yang lu lihat sekarang"Tanpa sadar Aldo sudah berdiri di smaping Arlen.
"Menjauh dari adik gua"Arsen menarik kemeja Aldo menjauh dari Arlen. Arlen langsung tertawa melihat itu.
Arlen cukup tau kedua sahabat kembarannya ini, Karena merwka selalu ada dirumah.
Mereka berdua juga bisa dijadikan teman sekaligus seorang kakak. Jujur arlen lebih suka bercanda dengan kedua sahabt kakanya ini.
Karena kalau mereka berdua, Arlen selalu aja, ada tawa karena kekocakan mereka.
"Kak Rio gimana kabarnya?"tanya Arlen ke Rio, Rio tersenyum.
"Gua baik Len, senin besok udah aktif sekolah, Minggu jalan Yuk"Arlen yang antusias ingin meniyakan, Arsen langsung menyela ucapan Rio.
"Enggak boleh"sahut arsen cepat.
"Gimana? Kelompok siswa lu udah lu urus belum?"tanya Arsen duduk di kursi kosong.
"Udah dong, disana mereka lagi istirahat, bentar lagi bakalan kumpul mereka"balas Aldo cepat.
Aldo langsung duduk di rumput itu bersama yang lain.
"Lu berdua pasti tau kan, kalau kakak gua suka sama seseorang?"Aldo sama Rio langsung melihat kearah Arsen dan arlen bergantian.
"Suka sama orang? Siapa? Gua enggak pernah lihat dia dekat sama cewek?"balas Aldo menatap lekat wajah Arsen, sedangkan yang di tatap hanya santai sambil memainkan ponselnya.
"Tadi ada cewek ngamuk di kant--"
"Lu hamilin anak orang?"Sahut Aldo cepat menggeleng menatap Arsen, Arsen mendengar itu langsung menatap tajam kearah aldo.
Buuuk
"Awww sakit bodoh"Aldo mengelus kepalanya saat Rio memuku belakang kepalnya menggunakan buku lipat.
Sedangkan arlen hanya tertawa lepas mendnegar itu.
"Bukan hamilin anak orang lagi tapi di jambak langsung---tuh lihat rambutnya kak arsen"Arsen otomatis langsung memperbaiki rambutnya membuat Aldo sama Rio curiga.
"Lu dijambak? Astagaa.. gua salut banget sama orang yang ngejambak lu Hahahaha"Tawa rio karena ini pertama kalianya mendengar seseorang yang menjambak Arsen.
Selama ini mereka hanya dengan kalau mereka ketakutan kalau lihat arsen, apalagi tatapan dingin dan tajam itu membuat mereka semakin menjaub saat melihat arsen.
"Sumpah? Lu di Jambak Hahahahah"Aldo semakin tertawa lepas guling-guling di atas rumput hijau itu.
Arlen juga ikut tertawa.
Arlen merasa Males karena terus di Goda. Arsen langsung beranjak dari duduknya meninggalkan mereka.
Arsen masih mendengar suara tawa kedua sahabatnya dan adiknya. Padahal dirinya udah lumayan jauh.
Arsen menghentikan langkahnya saat melihat bayangannya di Kaca.
"Enggak berantakan"batinnya saat melihat bayangan rambutnya enggak acak-acakan.
★★★★★★★
Maaf pendek😊😊
Semoga kalian suka😆😆
Vote + Coment ya...
See You....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Ftl03
Bom Like dari LITTLE RAINBOW 😆😆 semangat Thor.. jangan lupa mampir...
2020-12-17
1