Author POV
"Kyaaaaaaa Dasar Cabul"tanpa di sangka bibir Arsen tertarik ke atas terukir seulas senyum.
"Eh, lu ngapain senyum gitu"tanya aldo saat melihat arsen senyum sambil duduk di rumput tepat di bawa pohon.
"Enggak. Rio mana?"tanya Arsen langsung saat bersandar di batang pohon.
"Noh sama siswa baru, sama kelompoknya juga"Balas Aldo nunjuk Rio disana yang mengatur kelompoknya, karena siswa baru sedah berpencar mencari senior yang memimpin kelompok mereka.
"Di Harapkan seluruh siswa Baru segera berkumpul di Lapangan kembali"suara speker itu, wakil ketua osis.
"Yuukk"ajak Arsen bernajak dari duduknya, Aldo menatap heran ke arah Arsen.
Tumben banget Arsen ikut Apel dilapangan, Biasanya Ogah sampai Mos selesai, Arsen hanya datang tapi enggak nampakin wajahnya di depan siswa baru.
"Tumben lu ikut"tanya aldo heran menatap Arsen.
Tanpa menjawab pertanyaan aldo, Arsen langsung pergi gitu aja.
Tanpa buang waktu, Aldo menyusul Arsen.
….
Dilapangan...
"tumben Lu kesini? Ada angin apa bawa Lu kesini?"ejek Rio saat melihat arsen disana, diruang panetia.
"Arsen akhirnya lu datang juga, Ini daftar siswa yang sering telat"Wakil ketua osis itu memberikan sebuah Map isi nama-nama anak baru yang setiap hari telat bagi dirinya.
"Thanks"balas Arsen singkat mengambil map itu dan menaruh begitu saja di atas Kursi tempat duduknya tadi.
"Kemarin Lu kema--"
"Semuanya naik ke panggung"Sahut arsen cepat menyuruh anggotanya naik keatas panggung.
"Gua temanin lu Arsen"balas cepat wakil ketua osis itu membuat semua anggota cowok hanya menggeleng.
Vina anatasya, wakil ketua osis sekaligus ketus eskul Volli Wanita dan ketua Eskul karate wanita. Paras canti dan Tajir membuat semua Cowok mengidolakan dirinya.
"Temanin gua aja Sya"goda seorang anggoda Ke vina, Vina menatap Orang itu kesal dan langsung naik ke apnggung menyusul Arsen, diikuti sama anggota yang lain.
Arsen naik ke panggung dan ngambil mic yg di sediakan.
Arsen mendengar suara bising dari anak baru, yang tadi ribut sekarang menjadi tenang namun mereka saling bisik-bisik satu sama lain.
Arsen terus maju di depan hingga di ujung panggung agar lebih dekat melihat anak baru.
Arsen masih diam melihat mereka, anak baru yang mereka terima tahun ini 675 siswa.
"Enggak ada yang mau diam?"suara Arsen membuat anak Baru diam menatap kearah panggung.
"Wah ganteng banget ya, itu Ketos pasti"
"Ya semalem gua mimpi apa? hari ini gua ketemu cogan, itu Ketos kita"
"Pangeran men"
"Dia harus jadi pacar gua"
"Gebetan gua woy, jangan ada yg dekatin"
Suara brisik masih terganggu di kedua kuping Arsen.
"Yang masih bersuara silahkan Maju kedepan"Kalimat datar dan penekanana di setiap itu langsung membuat suara ribut itu hilang menjadi sunyi.
Anggota yang lain bagian belakang hanya tersenyum.
"Masih ingin ngobrol? Silahkan Ngobrol dulu"Ucap Arsen lagi tapi enggak ada suara bisik-bisik kayak tadi lagi, sekarang sunyi dan semuanya diam.
"Assalamualaikum, and selamat siang"teriak arsen saat melihat semua nya diam.
"Walaikumsalam, siang juga ka"teriak anak Baru penuh antusias.
"Baiklah perkenalkan Gua Arsen--- Adelardo Arsenio Raymond, gua disini selaku Ketua Osis yang memimpin Mos kalian sampai selesai, dan kemarin gua sengaja enggak ikut hadir di depan"ucap Arsen terus terang, membuat anak baru kembali bisik-bisik.
"Wah ketos, cakep banget, gua gk nyesel masuk disini"
"Keren ketos kita cakep"
"Cakep + ketos pula makin klepek-klepek gua"
"Kan benar kata gua, Ketos kita tu cakep banget"
"Gua bakaan betah masuk sekolah"
"Gua yakin kali ini nilai gua enggak bakalan error karena bolos"
"Gua enggaka akan oernah bolos kalau kayak gini"
Masih saja suara riuh berbicara tentang Arsen. Ada yang hanya bengong menatap Ketos di deoan, ada yang diam-diam memotret Ketos itu.
"Sebelumnya saya minta maaf karena baru bisa berbicara di depan kalian, itu saja yan...."sebelum Arsen lanjut ada suara seseorang yang menghentikan ucapannya.
"Bos ini ada yang terlambat"ucap Rian datang membawa 2 cewek, Arsen langsung menatap kearah Rian. Tatapan arsen enggak lepas dan tersenyum tipis.
Karena disana salah satu cewek itu Arsen kenal, Barusan Arsen menolong Cewek itu, tapi bukannya berterimakasih malah dirinya di juluki nama baru oleh cewek itu.
Fio dan bersama temannya.
"Bawa kesini Rian"Rian maju sambil membawa mereka tepat di samping Arsen.
Fio yang melihat Arsen langsung jengah dan sedikit jengkel.
"Maaf ka tadi kita ke toilet dulu"jelas Lala ke mereka, namun bukan jawaban Lala yang membuat Arsen diam, Justru Arsen hanya melirik Fio yang hanya santai dan diam. Terlihat bodo amat.
"Banyak alasan Lu, Kalau telat harus tanggung jawab, Sen biar Gua yang hukum mer---"
"Enggak perlu Tasya"sahut Arsen cepat, tatapnnya enggak lepas dari fio.
"Cih"cibir Fio saat mendapatkan pembelaan itu.
"Baiklah silahkan ikut masuk di barisan"Balas Arsen datar tanpa menatap kearah fio sama lala lagi.
"Tapi sen, Mereka haru di beri hukuma---"
"Gua ketosnya, Bukan lu"sahut Arsen menatap dingin kearah Tasya. Tasya langsung diam menunduk kepalanya.
Dirinya merasa malu di hadapan adik kelasnya, karena Arsen sama sekali enggak berada di pihaknya. Arsen selalu membela anak baru itu.
"Lihat aja, gua bakalan kasih lu pelajaran setelah ini"Batin Tasya.
Arsen hanya enggak mau membuat masalah lebih panjang di depan anak baru saat ini. Maka dari itu Arsen langsung menyuruh mereka ikut dalam barisan.
"Gua harap besok jam 10 pagi kalian harus serahkan hasil ttd itu ke ketua kelompok kalianmasing-masing, dan apa bila ada yang tidak melengkapinya dia akan mendapatkan hukuman dari gua"jelas arsen masih bernada datar dan tanpa ekspresi.
"Dan jangan pernah remehin hukuman dari gua, jadi berusaha lah, baik itu saja. selahkan bubar, sampai ketemu besok"lanjutnya tegas dan turun dari panggung
Arsen berjalan di lobby menuju parkirannya, dia harus cepat-cepat balik karena adiknya sendiri di rumah tidak ada yang meneminya hanya pembantu dan sopir saja.
"Gua duluan guys"teriak arsen langsung menghilang dari gerbang sekolah.
10 menit arsen sudah sampai di rumahnya, waktu sekarang sudah menunjukan pukul 15:08.
Arsen buru-buru masuk ke dalam rumahnya, sepi itulah yang tergambar.
Ayah dan ibunya belum balik, ini hari kedua saat mereka berangkat, ada rasa kangen itu mulai mumcul namun arsen jarang menelpon ibunya.
"Arlen kamu dimana?"teriak Arsen naik anak tangga mencari adiknya.
"Arlen"teriak Arsen setengah panik karena enggak ada sahutan.
Arsen membuang begitu saja tasnya di sofa dan melangkah mendekati kamar adiknya.
"Arlen, apa kamu di dalam?"teriak arsen depan pintu kamar adiknya.
Tidak ada sahutan dari dalam, arsen langsung masuk gitu saja karena pintu kamar adiknya tidak di kunci.
"Nathania"teriaknya sambil matanya melihat sana sini, namun di kasurnya juga kosong tidak ada siapapun disana.
Arsen menuju balkon akamr adiknya, namun, tenggak ada orang hanya gitar kesayangan adiknya yang ada di atas kursi.
"Kak Arsen"panggil seseorang dari belakang Arsen.
Arsen melangkah lebar langsung memeluk adiknya yang masih menggunakan baju handuknya. dan kepalanya masih terbungkus handuk juga.
"Kaka"panggil arlen namun membalas pelukan kakanya dengan perasaan heran sekaligus kaget.
"Ada apa?"tanya arlen dengan perasaan bingung.
"Kamu buat kaka panik.."arsen dengan mengucapkan kata Kaka. ya arsen kalau sedang panik dan khawatir sama adiknya dia akan menggunakan kata itu, namun setelah itu dia enggak akan menggunakannya lagi.
Arlen menatap lekat mata kakanya langsung tersenyum.
Arlen sangat tau, walaupun kakanya yang memiliki sikap dingin dan berwajah datar ini berbeda dengan ekspresi yang lagi panik membuat Arlen tersenyum. Baginya sangat lucu, itulah ekspresi pertama yang Arlen lihat. Sejak kecil sampai mereka dewasa seperti ini.
Sejak dulu arsen selalu panik saat enggak melihat adiknya dirumah maupun di luar rumah. Bagi arsen Adiknya harus ada saat di panggil dan cepat datang, kalau enggak, Arsen bakalan panik dan sangat khawatir.
walaupun kakanya jarang mengungkapkan sayangnya dengan kata, tapi kakanya mengungkapkan kasih sayangnya dengan tindakannya..mengacak rambut dan memeluk, itu sudah membuat arlen senang dan merasa memiliki seorang kakak yang hebat.
Dan Arlen kali ini bersyukur mempunyai kaka seperti Arsen yang sangat melindunginya, walaupun dibilang sangat over tapi itu adalah rasa sayang kaka kepada dirinya.
"Dari mana kamu? Aku Teriak berkali-kali tapi enggak ada sahutan dari kamu"galak arsen yg sudah duduk di kasur Arlen.
"Aku lagi mandi, mana aku dengar suara kakak"Balas arlen santai menatap kakanya, beruntung baju mandinya yang panjang menutupi kedua kakinya dan juga kedua tangannya.
Mommynya sengaja membelikan itu karema dirinya memiliki saudara laki-laki.
"Apa kaka ada masalah?"tanya arlen duduk salah satu sofa kosong sambil mengeringkan rambutnya.
Sedangkan arsen sudah mulai membuka headset dan ingin mendengarkan lagu.
"Enggak. tadi aku hanya panik karena kamu enggak menjawab panggilan Tlpon aku"Balas arsen santai dan beranjak dari duduknya.
"Aku akan ganti baju dulu, kamu udah makan?"tanya arsen sebelum menutup pintu kamar adiknya.
Arsen menatap adiknya yang mengangguk.
"sudah, kaka ganti sana, dan lebih baik kaka mandi, badan kaka bau, tadi aku seperti memeluk baju yg enggak di cuci berhari-hari jadi bau banget"balas arlen mengejek Arsen, Arlen suka sekali menjaili kakanya. Karena hanya itu yang membuat mereka saling memahami satu sama lain.
Arsen menatap tajam adiknya sebentar namun tersenyum tipis dan munutup pintu menuju kamarnya.
Memang benar, seluruh badannya penuh keringan saat perjalanan tadi.
"Aneh banget tu orang. Jangan-jangan kakak gua udah jatuh cinta sama seseorang lagi?, sumpah---Semoga aja benar Ya allah---Biar Gua enggak Jomblo lagi--biar gua bisa dapat gebetan gua"Arlen heboh sendiri di dalam kamar sambil melompat, imajinasinya tentang gebetan berputar di kepalanya.
Selesai mengganti pakaiannya arlen keluar menuruni anak tangga, hanya butuh waktu 20 menit arlen mengganti baju dan mengeringkan rambutnya. Yang memakan waktu lama adalah mengeringkan rambutnya.
"Kak Arsen"panggil Arlen saat enggak melihat kakanya di ruang TV.
"Aku di meja makan"Suara teriakan Arsen, Arlen langsung melangkah menuju ke ruang meja makan.
Arlen sedikit mendegus sebal, sekarang kakaknya berbicara lembut dengan 'aku-kamu' tapi kalau suasana hati kakaknya gak baik, pasti omongannya enggak ada baiknya, seperti kata kasar 'gua-lu'.
"Apa di sekolah baik-baik saja?"tanya arlen sekilas menatap kakaknya.
"Hmm"gumam arsen menuangkan jus lemon di gelasnya sedangkan di depannya banyak menu makanan.
Arlen menuju ke kulkas mengambil es cream yang tadi siang enggak di habiskan dan duduk di hadapan kaka nya.
"Apa kaka sedang jatuh cinta?"tanya Arlen menyantap es creamnya menatap lekat kakanya yang sedang makan.
Arsen mendengar itu langsung berhenti dan menatap adiknya.
"Maksud arlen apa ada seseorang yang kakak suka?"tanya arlen lagi tanpa pedulikan tatapan tajam kakanya karena dia sudah terbiasa akan hal itu
"Enggak"balas arsen Cepat melanjutkan makannya.
"Baiklah, tadi momi tlpon 2 hari lagi dady sama momi balik, mereka mempercepat kepulangan mereka, akhirnya enggak seminggu., gua kangen banget sama mom"ucap arlen tersenyum senang.
Arsen yg mendengar kata kangen langsung menatap adiknya, ya dia juga merasakan hal sama, begitu kangen sama dady dan mominya walapun mereka terus melakukan vc dan menukar kabar tapi tidak sama dengan mereka berada dirumahnya.
Saat mereka pergi rumah terasa sepih tanpa pertengjaran kecil mereka. Adanya mereka rumah selalu rame karena perdebatan kecil yang memenuhi isi rumah ini.
"Bersiaplah kita akan ke CAFE biasa, Aku ada janji disana"ucap arsen langsung beranjak dari duduknya.
Arlen mendengar itu berhenti saat mau memakan ice creamnya, dengan senyum sangat lebar Arlen menatap kembarannya.
"Siap Bos"teriak antusias saat melihat kakanya menaiki anak tangga.
Arsen tersenyum senang mendengar nada antusias adiknya.
Hanya dengan ini arsen mengalihkan agar adiknya enggak terlalu merindukan kedua irang tuanya yang jauh, karena baru pertama kali momi meninggalkan mereka sendirian dirumah.
Mommy mereka kalau pergi nemani Daddy mereka hanya sehari langsung balik, enggak kayak sekarang yang berhari-hari di luar rumah.
Jujur saja arsen juga merindukan mominya.
Mungkin dengan mengajak adiknya ke CAFE itu, kembarannya enggak terlalu memikirkan kedua orang tuanya, lagian sudah lama mereka enggak jalan bareng kayak gini.
"Kaka aku tunggu di bawa ya, aku udah selesai"teriak arlen dari luar dekat tangganya.
Arlen langsung menuruni anak tangga sambil bernyanyi.
Arsen beranjak mengambil kunci mobil dan dompet di atas mejanya dan keluar dari kamar saat mendengar suara teriakan adiknya.
"Ayoo"ucap arsen langsung melangkah duluan sedangkan arlen yang udah duduk langsung beranjak menyusul kakanya.
Arlen langsung naik ke mobil saat kakanya sudah naik ke mobil.
"Pake sabuknya"peringatan Arsen, Arlen mengangguk dan langsung memakainnya.
"Pak jojo jagain rumah ya, aku sama Arlen mau keluar bentar"ucap arsen ke satpam yang sudah membuka gerbang untuknya.
"Baik den, siap"balas pak jojo tersenyum ramah kearah mereka, Arlen ikut tersenyum.
★★★
Part 3 finaly🎉🎉🎉
Maaf ya karena menghilang sehari, dan baru update😂😂
Ceritanya kemarin lagi ada kegiatan bukber sama teman-teman dari sore hingga larut malem jadi gk sempat ketik😢😢
Dan rencana pagi tadi mau ketik, eh ternyata di panggil ke kampus lagi😧😧
Jadi sekarang baru deh di ketik😆😆
Semoga suka dengan jalan cerita di part ini😊😊
Vote + Coment nya😊😊
Karena dengan ini author akan semangat ngetiknya😊😊
See You......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Soesan
Hay kk
salam manis dari karyaku
2020-07-22
1
Habibah Bula
lanjut thor....
2019-11-20
3