"Tak kenal maka tak sayang." ~Pepatah Lama.
.
.
.
Tante Luna menyambut kedatangan Bram malam itu dengan senyuman yang terpancar jelas di wajah cantiknya. Bram terlihat sangat tampan dengan kemeja biru muda dipadu dengan celana jeans berwarna gelap.
Sungguh lelaki itu tampak jauh lebih muda dari perkiraan usianya. Rambutnya ditata agak berantakan dan menampakkan sisi maskulin dari pria itu. Dia melebarkan senyuman, yang memperlihatkan gigi-giginya yang rapi, ketika Tante Luna menyapanya di ambang pintu.
"Masuk, Bram. Diandra masih di atas, sebentar ya..," sumringah Tante Luna menyambut Bram sembari membukakan pintu lebih lebar.
Bram mengangguk, tersenyum seraya melangkah pelan memasuki rumah kediaman keluarga Lee. Pria itu duduk di sofa panjang, dan Tante Luna duduk di sofa tepat di hadapan Bram.
"Bram, Tante to the point ya. Mohon bantu Diandra melanjutkan perusahaan. Hanya dia yang Tante punya di Indonesia. Setelah pernikahan kalian, Tante akan kembali ke Spanyol," ungkap Tante Luna lugas.
Bram mengernyitkan dahi.
"Tante mau kembali ke Spanyol? Terus Diandra bagaimana?" tiba-tiba saja Bram berkata demikian, tidak sadar.
"Kan ada kamu yang bisa jagain Diandra, nanti kalau senggang boleh main ke Spanyol ke tempat Tante, ya," balas Tante Luna lagi, tersenyum bahagia.
Bram tidak berkata-kata lagi, dia hanya tersenyum tipis. Belum apa-apa, Tante Luna sudah menitipkan dan berpesan padanya untuk menjaga Diandra, sedangkan dia saja tidak tahu bagaimana watak dan kepribadian gadis itu. Apakah dia akan bertahan? Atau dia akan menyesali kedatangannya kali ini?
Saat masih bergelut dengan rumitnya hal di fikirannya, mata Bram menangkap sosok seorang gadis yang turun dari lantai dua rumah itu, berjalan pelan dan hati-hati menuju sofa tempat dimana Bram dan Tante Luna duduk.
Itu pasti Diandra.
Bram memperhatikan dengan seksama perempuan yang baru pertama kali ini dilihatnya. Diandra menggerai rambut panjangnya, dengan make up tipis dan lipstik berwarna merah muda. Gadis itu mengenakan dress selutut dan Bram dengan jelas melihat bahunya yang terekspos. Senyum gadis itu merekah saat dia telah berdiri tak berapa jauh dari tempat duduk Bram.
"Ini pasti Bram, ayo Bram!" ujar Diandra di hadapan Bram, tanpa basa-basi.
Bram masih terdiam memperhatikan gadis itu, namun langsung tersadar begitu Diandra memiringkan kepalanya melihat Bram lebih dekat.
"Eh.. Ayo!" balasnya. Dia dengan sigap bangkit, diikuti Tante Luna yang juga bangkit dari kursinya.
"Tante, kami pergi dulu ya. Gak akan lama, kok," ucap Diandra memeluk tantenya itu.
"Lama juga tidak apa-apa, sayang," balas Tante Luna menggoda. Ia menyunggingkan senyum kepada Bram. Bram langsung salah tingkah.
"Permisi dulu, Tante," pamit Bram, diikuti dengan anggukan Tante Luna.
Diandra berjalan menuju pintu, dengan Bram di sampingnya. Lalu mereka berjalan menuju mobil Bram dan tidak membuang waktu lama, mobil itu telah menjauh meninggalkan kediaman Lee.
"Kamu mau makan apa, Diandra?" tanya Bram, sambil menyetir mobilnya yang belum tahu arah tujuan.
Diandra sedari tadi diam di sampingnya, hanya melihat keluar jendela, menatap pada pemandangan di luar sana, yang didominasi dengan lampu warna-warni.
"Ayo ke tempat makan kesukaanmu saja, Bram. Aku tidak rewel untuk makan," jawab Diandra.
Bram melirik perempuan itu sekilas. Namun Diandra tetap melihat keluar jendela.
"Baiklah, ada restoran Jepang di dekat sini, kita kesana saja. Bagaimana?" usul Bram lagi.
Diandra mengangguk.
"Okay. Aku suka makanan Jepang," jawab Diandra, kali ini melihat Bram sekilas.
Bram tersipu. Entah kenapa gadis ini sangat tenang. Gadis ini menarik, untuk beberapa hal. Dia tidak mudah terintimidasi dan tidak mudah gugup, batin Bram dalam hati.
Setelah beberapa lama memacu mobilnya, Bram lalu memarkirkan mobilnya di salah satu restoran Jepang langganannya. Mereka turun dan memesan makanan, sambil sama-sama terdiam, tanpa ada yang berbicara.
"Diandra," panggil Bram memecah keheningan.
Gadis itu sedari tadi melihat pemandangan sekitar, lalu menoleh kearah Bram.
"Hmm?" jawabnya singkat. Kali ini manik mereka saling beradu.
Bram tidak tahu harus mulai darimana. Dia sangat ingin membahas tentang perjodohan mereka, tapi masih ragu. Dan dia juga khawatir dia tidak siap dengan reaksi Diandra nanti. Dia takut gadis itu tersinggung.
"Soal perjodohan...," ucap Bram pelan, tertahan. Dia tidak dapat menemukan kata yang pas untuk melanjutkan kalimatnya.
Diandra melihat Bram dalam.
"Kamu pasti keberatan, kan? Karna mustahil pria sukses sepertimu tidak punya pacar, hmm?" tanyanya.
Bram menghela napas. Belum sempat dia menjawab.
"Bram, aku paham. Dengan pernikahan ini, ajari aku mengelola perusahaan, dan akan kubantu perusahaanmu. Simbiosis mutualisme, bukan? Kelak ketika sudah stabil, kita akan hitung persentasi keuntungan dan membaginya, lalu bisa berpisah. Berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk mengajariku?", celoteh Diandra panjang lebar.
Bram terkesima sesaat dengan gadis ini. Umurnya masih muda dan masih anak kemarin sore, tapi kata-katanya langsung menohok ke dalam hati Bram.
"Hmm.. mungkin enam bulan? Atau bisa lebih cepat jika kamu cerdas," jawab Bram lantang.
Diandra memutar bola matanya.
"Baiklah. Kurasa enam bulan akan cukup, jika memungkinkan bisa lebih cepat daripada itu," ujar Diandra percaya diri.
Bram membisu seketika. Dia tidak pernah menyangka Diandra akan setenang ini, tidak goyah dan bicaranya pun tegas penuh percaya diri. Lelaki itu mengangguk.
"Aku yakin kamu akan cepat belajar," katanya kemudian, memiliki keyakinan dalam nada suaranya.
Diandra tersenyum kecil pada lelaki itu. Kemudian dia mengangguk tanda dia setuju.
Kuharap juga demikian, Bram. Aku tidak siap meninggalkan duniaku. Kuharap semuanya akan berjalan dengan baik.
.
.
.
🌾Bersambung🌾
~Dukung dengan like, komen dan vote ya, Readers. Makasih sudah mampir 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Erna Yunita
masih dibuat dagdigdurser bacanya 😉😉😉😉😉
2023-10-02
0
dyz_be
Go to the next 😁
2022-07-10
0
EndRu
Diandra ...
2022-06-20
0