Batas Akhir Dari Cintaku
"Saya Terima Nikahnya, Hanna Arabella Binti Saiful dengan Mas Kawin, Kalung Emas 30 gram dan sebuah Mobil Sport di bayar Tunai."
"Saksi Sah?"
"Sah!"
"Alhamdulillah, mulai sekarang kalian sudah menjadi sepasang Suami Istri."
Baru saja Akad Nikah di langsungkan dalam sebuah ruangan sederhana. Itu harusnya menjadi sebuah kabar yang bahagia karena dua orang baru saja memiliki ikatan pernikahan.
Sayangnya, adegan itu menjadi sebuah mimpi buruk bagi Sofia. Yang merupakan Istri dari Pria yang baru saja menikah itu.
Sofia yang diam-diam menyaksikan acara akad nikah itu hatinya begitu sakit. Tidak pernah dalam hidupnya memikirkan bahwa pria yang begitu dia cintai selama delapan tahun itu akan berkhianat dan bahkan menikah dengan wanita lain di belakangnya.
Tujuh tahun mereka menikah, dirinya selalu menjaga diri dan berusaha menjadi Istri yang baik, mengabdi pada Suami dan Keluarga Suaminya. Menjadi sosok Istri yang suaminya inginkan.
Suaminya Evan yang sangat berarti dan dia cintai, yang dulu selalu ada untuknya bahkan disaat-saat paling berat dalam hidupnya. Khususnya sejak kematian kedua orang tuanya dalam kecelakaan.
Dirinya kehilangan segalanya, dan jatuh pada keputusaasan. Paman dan Bibi nya yang hanya mengincar peninggalan orang tuanya, namun enggan untuk merawatnya.
"Sofia, tidak apa-apa. Aku akan selalu bersamamu oke?"
"Sekarang Aku sendirian, dan tidak memiliki siapa-siapa lagi...."
"Sofia, mari menikah denganku, jadi kamu tidak akan sendirian, Akan ada Aku yang akan menjadi Keluargamu."
Lalu Evan datang, dia yang bagai cahaya satu-satunya penopangnya, melamarnya dan menjadikannya Istrinya terlepas dari Keluarganya tidak merestui Pernikahan mereka.
Itu karena mereka menikah di usia yang cukup muda, saat itu dia baru saja Lulus SMA, dan Evan yang baru di Universitas tahun ke dua. Namun dengan Pernikahan itu juga, dirinya terbebas Keluarganya yang lain yang hanya memiliki niat buruk padanya.
Evan yang dua tahun lebih tua itu, sebagai Suaminya bisa menjadi walinya, dan penanggung jawabnya sepenuhnya.
Tentu saja itu adalah sebuah pernikahan yang bahagia walaupun tidak mendapatkan restu dari semua orang, dan hanya Kakek Evan yang setuju.
Sofia memikirkan awal pernikahan mereka yang bahagia. Dimana mereka saling mencintai satu sama lain dan berbagi kasih bersama, dan berjanji akan selalu bersama selamanya apapun yang terjadi.
"Dari mana semuanya salah?"
Sofia mengigat lagi hubungan dirinya dan Evan. Namun ternyata ingatan buruk sudah dimulai jauh lebih awal daripada yang dia kira.
Itu sejak hari mereka berdua pindah dari Apartemen ke Rumah Keluarga Evan. Hal itu karena Evan harus membantu Ayahnya di Cabang Perusahaan di Luar Kota, jadi dia di tinggalkan sendiri di Rumah Keluarga Evan.
Terlepas dari Kakek Evan satu-satunya yang baik padanya, Sofia menerima semua perlakuan dari Keluarga Evan yang lain.
"Sofia! Masak aja kamu gak bisa? Biasanya kamu kasih makan Apa Putraku Evan?"
"Bu-- Bukanya ada Bibi Pelayan Ma..."
"Kamu itu jadi Istri manja banget! Walaupun ada Pelayan di Rumah harusnya kamu tetep masakin Suamimu! Lihat, Kakak Iparmu itu yang pandai menenangkan Suaminya dengan masakannya!"
"Ta--Tapi Mas Evan enggak pernah nyuruh Ma..."
Sofia tentu hanya gadis muda yang belum terlalu mengerti tentang banyak hal di dunia, masih berumur 19 tahun dan terbiasa hidup nyaman saat bersama orang tuanya.
"Gak usah tunggu di Suruh! Mulai sekarang kamu yang harus masak buat Keluarga!"
"I--Iya, Ma...."
Sofia mencoba menurut Ibu Mertuanya itu, mulai belajar memasak bersama Pelayan di Dapur. Namun permintaan Ibu Mertuanya tidak hanya itu.
"Sofia! Mulai sekarang kamu yang tangguh jawab ngepel dan membereskan Ruang Tamu dan Ruang Keluarga!"
"Ta--Tapi bukannya sudah ada Bibi Pelayan?"
Lagi-lagi Sofia dimarahi lagi, dan berakhir mengikuti kata-kata Ibu Mertuanya itu.
Namun masalah tidak sampai disana, terutama karena Ruang Keluarga yang selalu berantakan akibat ulah Keponakan Suaminya yang masih kecil. Siang sampai malam, Sofia sibuk mengurus ini dan itu belum lagi kadang suruh jagain keponakan Suaminya yang nakal itu.
"Dek! Jangan lari-lari!"
"Biarin aja!"
Lantai kotor penuh jejak kaki anak itu yang baru saja main di hujan-hujanan diluar. Padahal Sofia baru saja mengepelnya.
"Apa-apaan ini? Kenapa masih kotor gini? Bukannya sudah Mama suruh untuk ngepel semuanya?"
"U--Udah Ma... Ta--Tapi..."
"Kamu itu pemalas!" Kata Ibu Mertuanya itu sambil menampar Sofia.
"Ma--Maaf Ma..."
Sofia yang takut itu segera kembali mengepel ulang Ruang Tamu secepatnya. Dia mencoba sabar untuk setidaknya sambil menunggu Suaminya Evan pulang dari Luar Kota.
Hari-hari berikutnya, masih sama dimana Ibu Evan masih menyuruh ini itu pada Sofia, membuatnya tidak nyaman.
Sampai Evan akhirnya pulang dari Luar Kota, disinilah harapan baru Sofia terbebas dari semua itu.
"Kamu turuti saja dulu, kemauan Mama. Kamu juga tahu, sudah satu tahun lebih sejak kita menikah, dan hubungan kalian masih belum terlalu baik karena jarang bertemu. Aku harap kamu bisa mengambil kesempatan ini untuk dekat dengan Mama dan Keluargaku yang lain. Aku tahu kamu akan bisa melakukannya kan?"
"Itu...."
"Sofia, kamu mencintai ku kan?"
"Iya Mas, tentu saja."
"Jadi belajarlah menerima Keluarga ku juga?"
Dengan senyuman manis dan ciuman lembut itu, Sofia tidak lagi mengeluh. Apa yang di katakan Suaminya mungkin benar, dia harus belajar dan mencoba dekat dengan Keluarga Suaminya itu.
Dari sana, Sofia benar-benar memulai hidupnya mencoba menjadi Menantu yang baik.
"Mama, Saya baru saja membuat Kue, ini Khusus untuk Mama."
"Cih, Kue apaan itu? Buang saja! Aku tidak suka Kue semacam itu!"
Sofia awalnya bersemangat memasak Kue Brownies karena tahu Ibu Mertuanya menyukainya. Namun bahkan mencobanya saja tidak, Kue yang susah payah dia buat itu malah di buang.
Itu hanya awalnya saja dari perjuangan Sofia di Rumah itu. Hingga tahun berganti, namun masih tidak ada yang berubah.
Bahkan yang lebih parah lagi, di Acara Sosialita Ibu Mertuanya dan teman-temannya, Sofia malah di Permalukan.
"Dia Menantumu? Istri dari Evan Putra Kedua mu itu? Kenapa penampilannya malah seperti Pelayan seperti itu?"
Dengan geram, Ibu Mertuanya itu mendatangi Sofia yang mengusirnya.
"Kenapa sih kamu pakai keluar segala? Sana masuk saja! Bikin malu saja!"
Setelah mengusir Sofia dia bilang ke teman-temannya,
"Hah, Dia Bukan Menantuku dari Awal, hanya gadis murahan yang merayu Putraku. Lihatlah, Putraku masih muda, nanti juga dia akan di ceraikan. Lagipula, dia belum memiliki anak dengan Putraku padahal sudah dua tahun menikah, mungkin dia mandul."
Sofia yang mendengar itu diam-diam tentu saja sakit hati. Sofia juga mulai memikirkannya, memang sudah dua tahun sejak dia dan Evan menikah, namun kenapa dia belum hamil juga?
Sofia yang memikirkan fakta itu tiba-tiba saja menjadi takut, tentang ucapan Ibu Mertuanya.
Jangan bilang....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Soraya
mampir thor
2024-02-25
0
Uthie
mampir 👍
2024-01-21
1
Melatie Patie
cerita ini sangat best
2023-12-26
1