Sofia yang cemas dan kepikiran tentang ucapan Ibu Mertuanya itu segera mengatakan kekhawatiran pada Suaminya Evan.
"Mas, Apa Mas gak khawatir kita belum juga punya anak sampai sekarang?"
Evan yang sedang bersiap tidur itu segera menahan Istrinya dan berkata,
"Kita masih muda. Tidak ada yang perlu di khawatirkan oke?"
"Tapi Mas... Gimana kalau..."
"Sofia sayang, apa yang kamu takutkan hmm? Apakah kamu benar-benar sangat menginginkan bayiku didalam sini?"
Evan mulai menggoda Istrinya itu dengan memegang perutnya yang rata itu, membuat Sofia memerah, dan menjawab dengan malu-malu,
"A--Aku selalu ingin memiliki seorang anak laki-laki denganmu, dia pasti akan setampan Ayahnya,"
"Owh, Aku jadi sedikit cemburu nantinya, apakah Suamimu ini masih belum cukup Tampan untukmu hmm? Sampai menginginkan Putra setampan Aku?"
"Bukan... Itu hanya karena Mas sangat Tampan...."
"Kamu sepertinya sedang merayuku dengan membahas soal anak ini bukan? Apa kah kamu ingin melakukannya?"
Sofia tidak menolak, dan itu menjadi salah satu malam indah untuk keduanya. Namun justru itu yang membuat Sofia cemas.
Dalam dua tahun, keduanya masih memiliki hubungan yang cukup baik, dan sering menghabiskan malam bersama seperti itu.
Jadi kenapa dia tidak kunjung hamil?
Atau memang bukan saatnya saja?
"Sofia apa yang kamu pikirkan?"
"Ahh... Bu--bukan..."
"Aku tidak suka kamu memikirkan hal lain saat bersamaku..."
"Hanya masalah yang tadi..."
"Soal anak? Kamu ingin memilikinya?"
"Kenapa Mas mengatakan hal yang sudah jelas?"
"Ah, berati malam ini, Aku harus bekerja lebih keras bukan?"
"Ah, Mas Evan~"
Setidaknya, Sofia senang Suaminya berpikir positif pada hal ini, dan mengginkan hal yang sama.
Sofia berharap dirinya bisa segera hamil, mungkin saja nanti Ibu Mertuanya juga jadi lebih menyukainya?
####
Di pagi hari, Sofia bangun dalam keadaan lemah, namun dia sudah disambut dengan sebuah senyuman hangat dan sebuah ciuman.
"Ternyata Cintaku sudah bangun? Apakah kamu baik-baik saja?"
"Iya, hanya sedikit lelah."
"Ini Aku sudah menyiapkan Sarapan untukmu, dan jangan lupa mimun Vitamin seperti biasanya untuk menambah energimu."
"Eh? Tapi Aku harus menyiapkan Sarapan juga untuk Keluarga yang lain,"
"Sudahlah, Aku sudah bilang pada Ibu tentang kamu yang sedang tidak enak badan. Jadi Istirahatlah oke?"
Mendapatkan perhatian dipagi hari, Sofia tentu sangat senang. Dia memakan sarapannya, lalu juga tidak lupa mengambil pil ungu yang sudah di siapkan di meja.
"Ukh, Pil Vitamin ini sangat tidak enak. Ah, tapi ini semua demi kesehatan."
Sofia tidak pernah curiga pada vitamin yang diberikan suaminya, dan meminumnya.
Sayangnya, kedamaian Sofia tidak lama karena di siang hari, Ibu Mertuanya sudah marah-marah ketika melihat Sofia keluar dari kamar.
"Enak ya, malas-malasan terus dari pagi."
"Ma--Maaf Ma, Saya sedang tidak enak badan."
"Hah, kamu pikir Aku tidak tahu apa yang kamu dan Suamimu lakukan semalam? Aku lihat kalian sering melakukannya, tapi kamu tidak hamil-hamil juga, jangan-jangan kamu mandul?"
Deg
"Ti--Tidak mungkin, Ma! Ini pasti hanya belum saatnya saja."
"Orang lain, setahun menikah sudah tuh pada Punya anak, lah kalian? Sudah mau dua tahun, namun tanda-tanda hamil saja tidak!"
Kakak Ipar Perempuan yang kebetulan lewat mendengar percakapan itu dan mulai menambahkan,
"Mama tidak lihat tubuh Sofia? Dengan tubuh sekecil itu mana bisa dia hamil? Mungkin memang dia mandul, Ma. Kasihan juga Evan menikah dengan wanita seperti dia."
"Memang dari awal, Evan itu bodoh. Bisa-bisanya tergoda dengan wanita seperti ini yang tidak ada bagusnya sama sekali kecuali wajahnya saja yang sedikit cantik."
"Tapi apa gunanya Ma, kalau cantik tapi mandul? Nanti juga di ceraikan."
Dua wanita itu tertawa dan mengejek Sofia yang hanya diam saja sambil mengigit bibirnya. Dan ketakutan semakin dalam memasuki hatinya.
Dan di sore harinya, ketika Evan pulang, Sofia kembali mengeluh soal ini.
"Mas Evan, bagaimana jika kita berdua ke Dokter saja?"
"Omong kosong apa yang baru saja kamu katakan?"
"Tapi Mas, jika ingin punya anak kita harus lebih serius dan konsultasi ke Dokter."
"Jadi kamu memang masih membahas ini lagi? Bukankah Aku sudah bilang? Kita ini masih muda, kenapa buru-buru punya anak pula? Kamu dan Aku baik-baik saja, hanya belum waktunya saja."
"Tapi---"
"Sofia! Kenapa kamu tidak mendengarkanku sih?"
Setelah itu, Sofia tidak lagi membahas soal anak dengan Evan. Dia hanya bersabar ketika mendengarkan hinaan dari Ipar ataupun Mertuanya setiap hari soal dia yang mandul. Kadang bahasan itu juga sampai pada Evan, namun Evan hanya mengagapi dengan santai omong Ibunya itu.
"Ini hanya belum saatnya, Aku dan Sofia memiliki anak, hal itu kan di atas sama yang diatas, nanti juga ada saatnya."
Sofia juga jadi terus percaya, jika nanti pasti ada saatnya dirinya akan hamil, hanya bukan sekarang, dan dirinya baik-baik saja.
Hanya saja sebuah fakta tidak terduga terungkap beberapa hari setelahnya. Ketika Sofia membereskan ruang tamu, dia melihat kepingan-kepingan obat yang familiar.
"Huh? Milik siapa ini?"
Pil itu segera diambil oleh Kakak Ipar Sofia, Olivia.
"Ini milikku. Jangan ambil obat orang sembarangan deh."
"Ah, jadi itu Vitamin milik Kak Olivia, apakah karena Kak Olivia serang kelelahan juga?"
Olivia yang mendengar itu segera tertawa mengejek seperti biasanya, dan berkata,
"Kamu itu bodoh ya. Vitamin apa? Ini adalah Pil KB. Aku dan Suamiku sih sudah punya anak jadi wajar mengunakan hal-hal seperti ini, berbeda denganmu yang mandul, tanpa obatpun kamu tidak hamil, hah entah itu bencana atau berkah, benar-benar lucu."
"Pil KB?"
"Sudah, kamu tidak perlu tahu pula."
Olivia juga segera pergi dari sana, meninggalkan Sofia yang binggung.
Tapi Sofia masih ingat dengan benar bahwa obat itu sama dengan yang suaminya suka berikan padanya. Dengan ragu, Sofia mengambil obat yang ada di kamarnya.
Sebuah pil yang dia kira vitamin, ternyata Pil KB?
Jadi selama ini alasan kenapa dia tidak hamil karena obat ini?
"Kenapa Mas Evan berbohong padaku?"
Sofia diam-diam menangis memikirkan tentang semua ini begitu banyak ketakutan menghampirinya.
Takut bahwa ternyata Suaminya hanya bermain-main dengannya dan akan menceraikannya nanti seperti kata Ibu Mertuanya.
Ketika Evan pulang, Sofia segera bertanya ini padanya sambil marah,
"Mas Evan!! Kenapa selama ini Mas memberikanku Pil KB?"
Evan yang beru meletakkan Tasnya itu segera kaget,
"Dengar dari siapa kamu omong kosong itu?"
Sofia menujukan obat yang biasa Evan berikan padanya.
"Ini! Ini obat yang sama seperti yang Kakak Ipar miliki! Ini adalah Pil KB! Jadi selama ini kamu menipuku? Jawab Mas!"
Sofia mulai menangis memikirkan semua itu.
Namun Evan segera memeluk Istrinya itu dan berkata,
"Aku tidak bermaksud berbohong padamu. Hanya saja, Aku melakukannya karena Khawatir padamu."
"Khawatir apa? Kamu tidak pernah membelaku di depan Ibumu saat di bilang Aku mandul, padahal jelas karena obat ini Aku belum hamil!"
"Sofia, dengarkan Aku, bukan begitu. Aku hanya takut terjadi sesuatu padamu jika kamu hamil, bukankah kamu masih begitu muda? Aku hanya takut bisa kehilangan kamu... Aku melakukannya karena Aku sangat mencintaimu, Sofia...."
"Apa? Aku tidak mengerti!"
"Sofia, tubuh seorang wanita lebih rapuh dari pada yang kamu kira, kamu juga baru 19 tahun, jika kamu sudah lebih tua, kita bisa merencanakan anak nanti, jadi jangan marah oke? Ini semua demi kamu, karena Aku sangat mencintaimu...."
Mendapatkan pelukan hangat dan ciuman itu, membuat Sofia menghilangkan keraguannya.
Karena dia sangat mencintai Pria itu, jadi dia percaya padanya.
Namun itu hanya awal dari semuanya, dari kebohongan yang suaminya miliki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Uthie
menarik 👍
2024-01-21
1
Melatie Patie
lanjut lagi ya/Smile/
2023-12-26
0
Sri Peni
lanjut
2023-12-22
2