"Selamat, Nyonya Sofia anda tengah hamil 2 Minggu."
Kabar kehamilan Sofia datang tiba-tiba, tidak lama setelah Sofia tahu tentang kebohongan Evan.
Sejujurnya, walaupun Sofia bilang sudah memaafkan suaminya Evan, namun dalam hatinya, Sofia masih di liputi keraguan.
Terutama karena awal hubungan mereka adalah sebuah kebohongan.
Apakah Evan benar-benar mencintainya?
Ataukah itu hanya trik?
Namun kabar kehamilan yang tiba-tiba ini membuat pikiran Sofia menjadi buyar.
"Hamil Dok?"
"Benar, Nyonya. Hanya saja keadaan Kandungan Nyonya Sofia belum terlalu stabil jadi mohon untuk Istirahat lebih banyak, dan jaga kondisi emosi Nyonya, jangan sampai tertekan."
"Baik Dok, saya akan menjaga Istri saya baik-baik."
Sofia diam-diam menatap kearah Evan suaminya yang saat ini menemaninya periksa yang berada di sampingnya.
Dan ekspresi apa yang Sofia lihat?
Itu adalah wajah pucat Evan, walaupun Evan menagagapi ucapan Dokter dengan cukup ramah.
Apakah dia tidak senang dengan kehamilannya ini?
Sofia sendiri yang awalnya ingin bahagia mendengar kabar itu, sekarang tidak tahu harus berekspresi seperti apa.
Sampai di luar ruangan periksa, karena Sofia merasa tidak tahan dengan kediaman Evan, dia segera bertanya,
"Evan, jawab aku sejujurnya Apakah kamu tidak senang dengan kehamilanku ini?"
Evan menatap Sofia, wajahnya sedikit memiliki keraguan.
"Evan! Jawab! Kamu bilang padaku tidak akan pernah berbohong padaku lagi!"
Evan akhirnya menarik nafas, akhirnya menenangkan emosinya.
"Sejujurnya, bukannya Aku tidak senang tapi..."
"Tapi? Jadi dari Awal kamu memang tidak ingin memiliki anak denganku?"
"Sofia, bukan begitu hanya saja bukankah kita ini masih muda? Tidakkah menurutmu masih terlalu cepat untuk kita memiliki seorang anak?"
Sofia yang mendengar itu mau tidak mau menjadi kecewa sekali lagi.
"Apakah sebenarnya kamu menikah denganku hanya untuk bermain-main? Jadi kamu tidak ingin memiliki anak denganku?"
"Sofia, bukan begitu... Aku hanya masih ingin menikmati masa hanya berdua denganmu lebih lama, masa bulan madu yang lebih lama denganmu... Karena Aku sangat mencintaimu... Dan Aku juga cemas tentang kondisimu."
"Kamu cemas tentang kondisiku atau itu hanya keinginan egosimu saja? Kamu hanya menginginkan tubuhku?"
"Sofia!!?"
Sofia segera memalingkan wajahnya tidak ingin terlihat bertengkar di depan umum terutama karena mereka sekarang menjadi pusat pandangan orang-orang setelah Evan berteriak padanya barusan.
Jujur, Sofia masih ragu untuk menerima Evan yang dalam kondisinya sekarang.
Namun memikirkan anak yang ada di kandungannya, Sofia akhirnya mengalah dan tidak lagi berdebat dengan Evan. Kali ini dia akan mencoba percaya lagi pada Evan yang selama ini telah membohonginya.
*****
Tentu di kondisi awal kehamilannya ini, Sofia menjadi lebih sensitif. Dan mudah lelah.
Saat ini, Sofia sedang duduk sebentar di ruang tamu setelah menyapu sebentar, namun baru saja duduk dia sudah mendapatkan omelan dari Ibu Mertuanya.
"Kamu ini ya, mentang-mentang sedang hamil malah bermalas-malasan? Aku dulu ketika Hamil dua Putraku tidak menjadi pemalas sepertimu!"
"Tapi Ma... Aku hanya duduk sebentar, tadi juga sudah beres-beres, dan menyapu sebagaian."
"Beres-beres apa? Kamu tidak lihat Ruang Tamu masih berantakan seperti itu?"
Ibu Mertua, Sofia, Diana Wiyata memang terkenal cukup perfeksionis dan suka memerintah, hanya kesalahan kecil saja tidak bisa ditolerir.
Seperti bagaimana pernikahan Sofia dan Putranya Evan yang membuatnya kecewa. Karena Sofia walaupun dari Keluarga yang cukup mampu, namun masih jauh dari kriteria menantu yang dia inginkan.
Diana sakrang mulai menyeret paksa Sofia ke Ruang Tamu. Tentu tempat itu sudah cukup rapi, hanya saja memang masih ada beberapa debu yang ada di meja.
"Lihat? Beres apa? Masih banyak Debu disana sini! Kamu ini gimana sih? Cepat bereskan!"
Sofia mau tidak mau hanya bisa berdiri, walaupun tubuhnya lelah, memenuhi permintaan Nyonya Besar itu.
Ketika Diana pergi, salah satu Pelayan terlihat cukup kasihan melihat Sofia yang beres-beres seperti orang mau pingsan itu.
"Nyonya Sofia, bagaimana jika saya bantu Saja? Sebaiknya Nyonya Sofia Istirahat saja,"
Sofia rasanya ingin menerima tawaran itu namun jika dia menerimanya pasti akan kena omel lagi.
"Ini tinggal sebentar kok, jika kamu memang ingin membantuku, bagaimana jika mengambilkan ku minum?"
Itu adalah adegan sehari-hari Sofia, jadi walaupun Sofia hamil itu tidak membuat Ibu Mertuanya perhatian padanya sedikitpun.
Di sore hari ketika akhirnya Sofia bisa bernafas lega, Suaminya Evan datang, wajah Evan terlihat lelah. Dia menatap Sofia yang diam saja di tempat tidur itu.
"Kamu tidak membuatkanku minum? Aku benar-benar sangat lelah sekarang, ingin segera mandi dan makan,"
"Aku sedikit lelah, Mas, sebentar-sebentar lagi ya."
"Kamu kan cuman di Rumah saja? Lelah, apa? Ini hanya menyiapkan mimun apa susahnya dari pada kerja di luar seperti ku?"
Sofia yang melihat wajah Evan yang marah itu, hanya bisa mengaguk dan perg, sepertinya Mood Suaminya sedang buruk, mungkin ada hal buruk di kantor?
Sofia sedikit mengerti sifat suaminya setelah tinggal lama, ketika suaminya seperti ini dia tidak bisa memprovokasinya. Jadi walaupun tabuhnya lelah dan sedikit tidak nyaman, Sofia tetap ke Dapur yang mengikuti Instruksi Suaminya itu.
"Sebentar-sebentar, Mas."
Ketika mau memberikan minuman itu pada Evan, tiba-tiba saja dia merasa mual.
"Huweerkk..."
Sofia menjadi tidak tahan, dan muntah di depan Evan.
Evan cukup khawatir, namun juga enggan ketika melihat muntahan Sofia.
"Ukhhh, kamu kalua mau muntah bilang dong, jangan di depanku seperti ini, membuatku jadi kehilangan selera saja."
"Maaf, Mas ini hanya Aku memang tidak sehat."
"Harusnya kamu bilang jika tidak sehat, kan bisa menyuruh pelayan!"
Sofia ingin megeluh, bukannya dia sudah bilang tadi?
Sofia yang tidak tahan itu, tiba-tiba saja menangis.
"Astaga, Sofia sayang, kamu kenapa? Ukhh, kenapa kamu jadi cegeng gini sih?"
Sofia tentu tidak mengharapkan perlakuan itu dari Evan. Evan kadang memang suka seperti ini padanya.
Membuat Sofia kadang bertanya-tanya apakah benar Evan mencintainya?
Sofia segera berbaring di tempat tidur tanpa mengatakan apa-apa.
"Sofia kenapa kamu jadi ngambek gitu sih? Sofia?"
"Aku panggilkan Dokter ya?" bujuk Evan lagi.
"Aku ingin tidur!"
Dan begitulah awal kehamilan pertama Sofia yang penuh dengan masalah dimulai.
Di hari berikutnya, masalah morning sickness Sofia menjadi lebih parah. Kali ini, saat sarapan bersama Keluarga, tiba-tiba saja Sofia mual dan muntah, tidak tahan dengan aroma masakan sarapan pagi itu.
"Ih, Astaga! Sofia! Kamu jangan merusak selara makan orang dong! Kamu sengaja ya?" Kata Diana marah-marah.
Dan disini, Evan yang paling dekat dengan Sofia itu masih menutup mulut dan hidungnya dengan kain tidak tahan juga dengan mundahan Sofia.
"Astaga, harusnya kamu bilang sih Sofia dari tadi, biar sarapan di kamar saja."
Sofia yang tiba-tiba dimarahi lagi itupun jelas memiliki perasaan yang buruk. Ini tidak seperti dia ingin muntah disini. Dia tadi juga merasa baik-baik saja hanya tiba-tiba saja, sangat mual dan tidak tahan....
Kenapa tidak ada yang mengerti?
Sofia menatap Evan yang masih menatapnya dengan ekspresi jijik.
Dan dari sini, Sofia ingat, sejak kehamilannya itu, Evan tidak seperhatian itu padanya. Perlakuannya juga terbilang biasa saja.
Walaupun Evan pernah bilang, tidak ingin cepat-cepat punya anak...
Apakah benar ini tidak apa-apa?
Sofia tidak tahu, jika saja orang tuanya masih hidup, dan jika bukan karena Evan...
Sofia sekali lagi diliputi dalam dilema yang besar tentang bagaimana hidupnya nanti di masa depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Sri Peni
mudah2an tdk lama
2023-12-22
1