Keesokan harinya Safira sudah lebih baik. Dan Angga mencoba untuk memenuhi keinginan Safira kali ini. Keduanya sudah membuka diri, terutama tentang kehidupan kedepannya nanti. Safira menerima setiap perlakuan Angga kali ini. Dan Safira pun mencoba menerima Angga sebagai suaminya. Kejujuran dari Angga yg diharapkan sudah ia kemukakan dihadapan Safira. Dan Safira pun sudah mengungkapkan siapa dirinya. Namun tidak semuanya. Ia harus ijin dulu ke kakak sepupunya tentang semua ini. Bahkan ketika menikah dengan Angga, Fira belum memberi kabar Daniella kakak sepupunya. Apalagi keponakan keponakannya yg super protektif terhadap dirinya.
Safira yakin jika keponakan keponakannya itu tahu jika dirinya menikah mendadak. Namun sampai saat ini Safira tidak diteror oleh keponakannya itu. Mereka sibuk sekolah pikir Fira saat ini. Putra kembar kakak sepupunya itu selalu mengetahui apa yg dilakukan dan apa yg terjadi dengan Safira. Kemampuannya melebihi ibunda dan ayahnya. Tentu menjadikan Fira merasa diawasi oleh keduanya. Namun dua anak itu selalu melindungi Fira jika dalam keadaan berbahaya. Dan justru keduanya menjadi sandaran keluh kesah Safira selama ini. Dan kedua keponakannya itu sudah berjanji tidak ikut campur masalah pribadi Safira.
"Apakah kalian yakin akan kembali ke Jakarta dengan keadaan seperti ini...?" tanya dokter seusai menyatakan kesehatan Safira sudah lebih baik. Dan keadaan Angga pun demikian.
" Yakin dok, kami akan sering sering istirahat dijalan..." Jawab Angga ketika dokter menanyakan kondisi mereka diperjalanan nantinya. Setelah usai perawatan pagi ini.
Safira pun yakin sesuai pernyataan Angga kali ini. Ia berfikir, jika terlalu lama di tempat ini akan menjadikan beban orang lain. Walaupun Safira maupun Angga sanggup membayarnya. Namun itu akan memperpanjang waktu perjalanan nantinya.
" Baiklah, kalian hati hati dijalan..." kata dokter tersebut dan mempersilahkan Angga dan safira untuk berkemas.
Angga segera membayar biaya perawatan Safira selama satu malam. Setelah memberikan adminitrasi dan berkemas Angga dan Safira pun mengucapkan banyak terimakasih kepada dokter dan perawat yg berjaga. Angga pun mengendarai motornya menuju jalan raya. Beruntung motornya tidak rusak akibat terjatuh tadi malam.
" Hati hati kalau naik motor, sakit tau kalau jauh.." kata Fira sambil menepuk punggung Angga yg berada didepannya.
" Iya sayang..." kata Angga yg masih menatap jalan raya didepannya. Kata sayang yg diucapkan Angga pun didengar oleh Fira dibelakang. Walau Fira mengenakan helm yg cukup ketat. Wajah Safira bersemu merah kali ini.
" entah , dengar kata itu membuat gue berdebar debar, apakah gue mulai menyukainya. Tapi masa iya gue suka ama Angga secepat ini...?" monolog Safira dibelakang Angga. Fira memeluk erat Angga dari belakang. Sementara Angga yg berada didepan pun sebenarnya menahan dirinya. Debaran jantungnya seakan enggan berhenti berpacu. Badannya gemetar ketika mengucapkan kata Sayang kepada Safira. Angga sendiri baru kali ini berdekatan dengan seorang wanita selain mamanya dan kakaknya. Bahkan sangat jarang ia berdekatan dengan mereka. Seringkali ia diledek teman dan sahabatnya karena tidak mau berdekatan dengan cewek. Padahal banyak cewek yg mengejar ngejarnya ketika masih SMA. Bahkan sewaktu kuliah inipun masih banyak yg mengejarnya. Namun Angga selalu menghindar. Angga banyak tahu jika dirinya dikejar karena ia anak orang kaya. Dan tentu banyak yg memanfaatkan dirinya.
Setelah dua jam perjalanan, keduanya sampai di daerah Cilacap. Tadinya Angga ingin mampir ke daerah Batu Raden, sekedar menikmati liburannya. Namun Fira menolak, Fira ingin makanan khas daerah Purwokerto. Dan Fira menunjukkan daerah itu kepada Angga. Diperbatasan Cilacap dan Purwokerto itulah restoran yg menjadi favorit Fira ketika ikut mbak Watik pulang kampung. Dan beberapa kali bersama kakak sepupunya mampir ke tempat itu. Setelah makan makanan kesukaannya Fira mengajaknya ke kedai dawet di sekitar restoran itu. Dan duduk di taman dekat restoran. Tempat yang sejuk, membuat Safira betah berlama lama di tempat itu.
" Ngga, apa rencana mu jika sudah sampai di Jakarta...?" tanya Fira kepada Angga. Mereka sudah sepakat merubah panggilannya itu.
" Aku ingin mengikuti apa kata papa, karena aku tidak ingin menentang orang tua. Walaupun sebenarnya tidak sesuai dengan keinginanku..." jawab Angga atas pertanyaan Safira ini.
Safira yg mendengarnya pun tampak mengerutkan keningnya. Karena menurut cerita Angga sendiri tadi malam. Ia tidak bisa melepas begitu saja kuliah di fakultas kedokteran saat ini.
" Aku akan ambil jurusan bisnis lagi, namun tetap melanjutkan di kedokteran..." lanjut kata Angga kembali.
" Entah mana yg nanti akan cocok kedepannya. Tapi setidaknya aku akan berusaha mempelajari semuanya. Walau itu akan memakan waktu yg lama..." jawab Angga kembali.
" Pilihlah salah satu yg cocok dan fokuslah pada salah satunya. Aku tidak ingin kamu terbebani dengan kehendak yg bukan dari hatimu. Aku akan mendukungmu selama itu masih dalam hal yg positif..." kata Fira yg memberikan dukungan kepada Angga, apapun keputusannya. Angga mengangguk dan tersenyum karena perkataan istrinya itu.
" Lalu kamu sendiri bagaimana...?"
" Bukankah kamu sudah lulus kuliah dan sudah mengirimkan surat lamaran kerja...?" tanya Angga yg kembali mengingat jika istrinya sudah melamar berbagai perusahaan untuk bekerja nantinya.
" Iya, aku sudah mengirimkan beberapa lamaran. Tinggal menunggu panggilan jika diterima..."
Angga menganggu mendengar jawaban dari Safira.
" Nanti kamu tinggal di apartemen ku saja ya. Kita kan sudah suami istri masa tinggal terpisah..." kata Angga, Safira tampak berfikir dan kemudian mengangguk kecil sebagai jawaban.
" Nanti Fira ijin dulu sama kakak sepupu aku, karena saat ini dialah pengganti orang tua aku..."
" Perlu aku temani...?"
Safira hanya menggelengkan kepala. Ia tidak mau menjadi masalah dengan keluarga kakak sepupunya itu. Walau baru saja ia mendapatkan pesan dari putra kakaknya itu. Jika keponakannya sudah mengetahui jika dirinya menikah. Dan mengetahui keberadaanya di puskesmas tadi malam. Serta mereka tahu dimanapun Fira berada saat ini.Fira sebenarnya jengkel juga dengan keponakan keponakannya itu. Karena sikap protektif terhadap dirinya. Namun apa daya Fira sudah menjadi bagian dari keluarganya itu. Walau Fira bisa menjaga diri. Mereka tetap menjaganya dari jauh.
" Aku saja yg ijin kepada kakak, terlebih keponakanku bukanlah orang yg mudah diajak diskusi. Terlebih jika mereka mengetahui siapa dirimu itu. Biarlah nanti Fira yg mengatakan kepada mereka..." kata Fira.
" Keponakan ?, maksudnya...?" tanya Angga.
" Keponakanku cowok dua duanya , ia anak kakak sepupuku, dan mereka sangat protektif terhadapku..."
" Apalagi jika mereka tahu, kalau aku menikah tanpa ia ketahui. Nanti kamu yg di interogasi oleh mereka. Suatu saat saja jika Fira sudah menjelaskan siapa dirimu kepada mereka...?" jawab Safira menjelaskan siapa keponakannya itu. Dan Fira melarang Angga untuk bertemu dengan mereka.
Berulang kali Angga ingin menemui keluarga dari Safira, namun Fira selalu menolak dengan tegas akan hal itu. Karena tidak ingin membuat masalah dalam keluarga besarnya. Walaupun Fira hanya memberi tahu jika yg bersamanya hanya kakak sepupu dan keponakannya saja, tidak lebih. Safira menyadari jika Angga sangat penasaran dengan keluarganya. Namun demi berlangsungnya hubungan dirinya dengan Angga. Fira sementara waktu tidak mengatakan apapun kepada kakak sepupunya, Daniella. Dan Fira yakin jika keponakannya tidak akan memberitahukan hal ini kepada bundanya. Fira percaya kepada keduanya. Namun jika Angga berbuat macam macam terhadap Fira, maka habislah Angga di tangan kedua keponakannya itu.
Karena Angga mendapat penolakan dari Safira, maka ia akan mengikuti setiap perkataan Safira kali ini. Ia akan menunggu waktu yg tepat nantinya untuk memperkenalkan diri sebagai suami Safira.
Setelah beberapa saat istirahat Angga dan Safira kembali berangkat menuju Jakarta. Perlahan lahan Angga melajukan kendaraannya itu menyusuri jalanan di Purwokerto arah ke Cirebon. Mereka akan melalu jalur Utara. Safira enggan melalui Tasikmalaya dan Bandung. Karena akan melewati perkebunan milik ibunya saat ini. Yg mengingatkannya tentang kisah ayah dan ibunya. Menurut cerita ayahnya. Ayah Safira meninggal ketika Fira berusia 10 tahun kala itu. Dan sempat bercerita kisah kisah mereka, dan membuat Safira sedih mendengarnya. Apalagi kakak sepupunya juga memberikan cerita tentang ibunya di masa lalu. Terlebih Almarhum engkong Pi'i juga menceritakan kisah pilu ibunya dahulu. Cerita cerita inilah yg membuat Fira tidak ingin ke tempat perkebunan teh milik mendiang ibunya Leana Anderson.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
piyo lika pelicia
Kata dokter
2024-05-23
0
piyo lika pelicia
Tanya dokter
2024-05-23
1
piyo lika pelicia
"Dan Safira pun mencoba menerima Angga
paragraf ke 2 kak
2024-05-23
1