Flashback
Beberapa hari yg lalu setelah akad nikah keduanya. Angga dan Safira pun pergi meninggalkan kediaman mbak Watik, mantan pengasuh dari Safira. Safira enggan menceritakan siapa sebenarnya mbak Watik kepada Angga. Safira lebih banyak berdiam diri. Sementara Angga yg memang pendiam lebih banyak berbicara seperlunya kepada Safira. Ia tahu Safira tidak banyak mengeluh maupun protes ketika di ajak untuk meninggalkan tempat bibinya. Angga terus melakukan motornya yg dibawa dari Jakarta berkeliling Jogja. Beruntung motor sport milik Angga bisa untuk berboncengan. Dan Safira tidak mempermasalahkan itu. Angga berkeliling hingga pantai Parang Tritis dan kemudian menuju pantai Glagah. Keduanya jarang sekali bicara untuk mendekatkan diri maupun mengakrabkan diri.
Angga hanya mampu memandang Safira ketika berjauhan. Tidak berani jika sedang berdekatan untuk memandangnya. Ia tahu jika Safira lebih tua darinya. Sehingga sedikit ada rasa minder ketika bersama Safira. Namun karena petuah dari suami mbak Watik , yg juga seorang ustad disana. Membuat Angga menurunkan egonya. Ia mencoba menanyakan setiap kemauan dari Safira. Namun hanya jawaban singkat yg ia dapatkan, tidak lebih. Bahkan beberapa kali Angga menawarkan berbagai makanan kepada Safira, namun hanya gelengan kepala yg ia dapatkan. " Wanita memang sulit dimengerti" batin Angga setiap kali tidak mendapatkan jawaban.
Hingga Angga memutuskan menghubungi sahabatnya, jika ia kembali ke Jakarta karena diminta papanya untuk pulang. Rendy tidak tahu jika Angga menikah mendadak dengan orang asing di daerahnya. Dan tidak mengetahui jika sahabatnya salah masuk wilayah kontrakan. Angga masuk ke kontrakan seberang tempatnya tinggal Rendy.
Rendy mengetahui jika Angga menikah mendadak ketika Angga sudah pamit pergi. Rendy mendapat informasi dari kakaknya Winda. Winda di beritahu oleh mbak Watik jika sahabat adiknya menikah mendadak dengan saudaranya yg dari Jakarta. Karena tidur dikamar Fira. Rendy pun segera menghubungi Angga. Namun tidak diangkat. Tak berselang beberapa lama Rendy mendapat telepon dari Angga. Dan Rendy pun menginterogasinya. Angga pun menceritakan kejadian itu kepada Rendy. Dan meminta Rendy merahasiakannya terlebih dahulu. Terutama kepada keluarga besarnya. Namun diperbolehkan memberitahu orang tua Rendy yg masih ada di Jakarta saat ini. Angga memutuskan membawa istrinya ke Jakarta kembali dengan menggunakan motornya. Sambil menikmati wisata yg ada di Jawa bagian tengah hingga ke Jakarta nanti.
Namun naas ketika perjalanan mereka baru sampai di daerah Purworejo. Ia terperosok dan jatuh ketika hujan melanda di malam hari. Dan Safira pun pingsan karenanya.
Flashback end
----------------------
Malam begitu dingin. Angga masih menunggui Safira yg terbaring di ranjang puskesmas itu. Tampak perawat menyelimuti Safira dan Angga. Angga sempat terbangun dan mengucapakan terima kasih. Angga melihat Safira yg masih terlelap saat ini. Setelah perawat perempuan itu pergi Angga bangun dan menuju ke kamar kecil di ruangan itu. Waktu masih pukul 11 malam. Angga sebenarnya lelah. Namun melihat kondisi Safira saat ini, membuat dirinya tidak bisa memejamkan matanya. Ia merasa bersalah kepada Safira yg ia paksa untuk mengikutinya, sesuai perkataan dari suami dari mbak Watik.
Sebenarnya mbak Watik serta suami tidak tega melihat Angga dan Safira menggunakan motornya untuk kembali ke Jakarta. Namun Safira menjawabnya tidak mempermasalahkan hal itu. Safira lebih khawatir terhadap keluarga mbak Watik yg mendapat gunjingan dari orang orang disekitarnya. Safira saat itu menutupi jika dia saudara atau kerabat dari mbak Watik. Mbak Watik pun mau tidak mau mengikuti perkataan Safira. Karena memang untuk menjaga nama baik dari keluarga Anderson nantinya. Dan Safira menutupi semua dari Angga. Angga hanya tahunya jika mbak Watik adalah bibi dari Safira, tidak lebih. Karena memang tidak diberitahu.
Angga menatap Safira yg masih tertidur. Wajah cantik Safira yg alami itu membuat Angga terkesima. Angga hanya mampu berkata kata jika Safira sedang tertidur seperti ini. Namun tidak jika Safira saat sadar nanti.
" Sebenarnya dirimu sangatlah cantik, siapa yg tidak mau jika dipaksa menikah denganmu Ra..."
Angga sambil membenahi selimut Safira, mengucapkan kata itu lirih. Ia enggan untuk berbicara di depan langsung Safira.
" Selama ini, gue tidak pernah dekat dengan wanita. Kecuali nyokap dan kakak gue..."
Angga kembali duduk dibangku sebelah Safira terbaring.
" Dan selama ini gue selalu menghindar jika ada cewek yg deket dengan gue. Tapi elu justru menghindar setiap gue ajak bicara. Dan selalu menghindar jika gue deket dengan elu.."
Angga masih berkata sangat lirih. Dan menurut Angga hanya dirinya lah yg mendengar keluh kesah ya itu.
" Gue sendiri bingung jika meminta pendapat elu. Karena jawabanmu selalu singkat dan tidak mau mengutarakan kemauan elu.."
" Gue sadar, gue bukan siapa siapa bagi elu. Tapi saat ini gue suami elu. Walaupun masih nikah siri. Tapi setidaknya itu sah dimata agama. Dan gue ingin ini pertama dan terakhir dari janji pernikahan itu..."
" Gue ingin mempertahankan pernikahan ini, dan meresmikan secara hukum nantinya..."
" Gue merasa sudah nyaman bersama elu, walau mendadak seperti ini. Gue coba memahami tentang elu. Dan gue berharap elu juga memahami gue nantinya..."
Kata kata Angga dan keluh kesah Angga didengarkan oleh Safira yg masih memejamkan matanya. Safira juga menyadari jika sejak tadi Angga mengucapkan kata kata itu secara lirih. Namun Safira bisa mendengarnya. Safira masih belum membuka kata dan hatinya. Ia hanya mengikuti alur yg sudah ia jalani saat ini.
" Gue sebenarnya pergi dari rumah, karena dipaksa oleh papa untuk meneruskan perusahaan. Namun gue bercita cita menjadi dokter. Yg berbanding terbalik dengan kemauan papa..."
Safira membuka matanya dan kini memandang Angga yg menunduk dan belum melanjutkan kata katanya. Angga yg meneteskan air mata itu pun dilihat oleh Safira yg terbaring. Angga tidak menyadari jika Safira membuka matanya. Angga mengusapnya menggunakan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya menggenggam tangan Safira di balai puskemas itu. Safira menyadari satu hal tentang Angga saat ini. Angga dalam dilema tentang kemauan papanya atau cita citanya saat ini. Namun Safira masih ingin mendengarkan ucapan dari Angga selanjutnya. Safira pun kembali menutup matanya, sebelum Angga menyadari jika dirinya terbangun karena ucapan ucapan Angga itu.
" Papa ingin gue menjadi penerusnya di perusahaan , sementara kakak gue yg bernama Anggi lebih memilih menjadi perancang busana dan mendirikan butik. Padahal dia juga sudah membantu papa di perusahaan itu..."
" Namun karena tidak sesuai dengan bidangnya, kakak sering mengeluh dan menyerah. Dan itu di bebankan kepada gue yg juga tidak sesuai dengan kemauan gue saat ini..."
Angga masih terus berbicara dan tidak menyadari jika Safira sempat membuka matanya. Keluh kesah Angga didengarkan oleh Safira yg pura pura tidur saat ini.
" Namun saat ini gue punya tekad, untuk mengikuti kemauan papa. Karena gue punya tanggung jawab saat ini. Tanggung jawab gue terhadap elu Ra, tanggung jawab suami kepada istri..."
" Ra..!, entah mengapa gue ingin mempertahankan elu sebagai istri gue. Gue merasa nyaman bersama elu. Walaupun gue sering elu cuekin selama ini. Dan kita juga belum mengenal satu sama lain. Namun kebersamaan ini menyadarkan ku akan satu hal..."
" Takdir kita untuk bersama , dan gue akan mempertahankan itu..."
Tangan Angga menggenggam erat tangan Safira ketika mengucapakan kata kata itu. Safira yg matanya terpejam pun turut mengeratkan genggaman tangan Angga.
" Ra...!, maukah bersama sama mempertahankan pernikahan ini Ra, dalam keadaan apapun nantinya...?"
Tanya Angga ke Safira sambil mengangkat kepalanya. Angga memandang Safira yg masih terbaring, dan anggukan kepala Safira dilihat oleh Angga. Walau mata Safira masih terpejam. Di pipi Safira terdapat butiran air mata menetes dari sela sela matanya yg terpejam. Angga menggenggam erat tangan Safira dan mendekatkan ke arah wajah Angga. Angga mengecup tangan Safira berulang kali.
" Terima kasih, elu mendengar semuanya...?"
Safira mengangguk mendengar pertanyaan Angga kali ini. Kemudian Safira membuka matanya dan mengusap air matanya yg menetes menggunakan tangan kirinya. Walau masih ada jarum infus, Safira tetap menggunakan untuk menyeka air matanya.
" Apakah elu juga mau menerimaku apa adanya...?" kali ini Safira bergantian bertanya kepada Angga. Dan dijawab anggukan kepala oleh Angga.
" Lebih baik kita saling mengenal terlebih dahulu sebelum kita ke jenjang selanjutnya. Kita mengenal satu sama lain. Saling mengingatkan dan saling melengkapi. Ceritakan siapa diri elu sebenarnya. Nanti gue juga cerita tentang gue..." kata Safira dan Angga pun menyetujuinya.
Keduanya pun saling berbagi cerita tentang siapa dirinya. Namun Safira masih banyak rahasia yg ia sembunyikan terutama tentang keluarga besarnya. Ia hanya mengatakan jika dirinya sudah tidak bersama orang tuannya. Ia hanya anak yatim piatu. Dan tinggal bersama kakak sepupunya serta keluarganya disana. Dan Safira tidak menjelaskan secara detail keluarga dari ibunya itu. Ia hanya menceritakan tentang ayahnya yg dulu pernah menjadi sopir di kalimantan dan kemudian menikah dengan ibunya ketika di Jakarta. Dan berkumpul dengan saudara sepupunya disana setelah ibu dan ayahnya meninggal. Ia bercerita jika bibi Watik yg di Jogja adalah orang lain yg di anggap Safira keluarga sendiri. Bukan pengasuhnya dahulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
piyo lika pelicia
semangat ☺️
2024-05-23
0
piyo lika pelicia
"Beruntung motor sport
paragraf 3 kak
2024-05-23
0
piyo lika pelicia
"Ia tahu Safira tidak banyak mengeluh
paragraf 2 nya kak
itu cuman saran saya kak supaya lebih enak di lihat
2024-05-23
0