Last Love
Dipertemukan di kesempatan yang tak terduga membuat tubuh Ghea menegang hebat. Suara bass yang Ghea dengar dari kamar sang kakak membuat matanya nanar. Apalagi, suara itu tengah menyanyikan lirik yang seperti sindiran keras untuknya di tiga tahun lalu.
Sungguh hebat diriku
Menyukai tanpa kata
Sungguh kuat diriku
Mampu memendam rasa
Terus mengagumimu
Sedangkan ku tau
Kita tak akan bersama
Hati Ghea terasa begitu perih. Sikap jahatnya tiga tahun lalu kembali berputar di kepala. Dia sudah salah bersikap. Seharusnya dia tidak seperti itu. Menyiakan lelaki yang begitu tulus dan lebih memilih lelaki alim yang ternyata berengseknya bukan main.
Niatan Ghea pun dia urungkan. Dia memilih untuk kembali ke kamar dengan sebuah penyesalan yang tiba-tiba datang. Memori indah bersama lelaki jangkung itu mulai berputar. Betapa bahagianya dia ketika bersama Reksa yang selalu menjadi happy virus untuknya.
.
Di meja makan, Ghea duduk berhadapan dengan lelaki yang sudah memakai pakaian formal. Di mata Ghea, penampilan Reksa sekarang jauh lebih berkharisma. Tata bicara Reksa pun begitu berbeda. Sungguh sangat berwibawa.
Mencuri pandang itulah yang Ghea lakukan. Sayangnya, lelaki itu bersikap seolah dirinya tak terlihat. Ghea harus terima itu semua. Sikap Reksa seperti itu karena ulahnya.
Ghea berharap itu adalah pertemuan pertama dan terakhir dirinya dengan Reksa. Namun, semesta seakan tidak mengabulkan harapan Ghea. Dia dipertemukan kembali ketika di Sydney. Sikap Reksa masih tetap dingin.
Sebuah kejadian yang tak terduga membuat mereka kembali saling bicara. Wajah pucat Ghea ketika masuk ke ruangan sang kakak ipar membuat Reksa curiga. Sedikit banyak dia tahu sifat Ghea. Tangan Ghea yang sudah memilin ujung bajunya membuat Reksa semakin yakin akan dugaannya.
Tanpa aba dari siapapun Reksa segera mencari tahu apa yang terjadi dengan Ghea. Tak memakan waktu lama, Reksa menemukan jawabannya. Mimik wajahnya seketika berubah. Ghea yang tengah memeluk lengan sang ayah terus menatap gelagat Reksa yang fokus pada layar benda pipih di tangannya. Wajah Reksa teramat serius.
Satu jam berselang, Reksa bangkit dari tempatnya. Dia berpamitan kepada orang yang berada di sana.
"Aku keluar dulu, ya."
Reksa menunjukkan wajah biasa di tengah hatinya yang sudah panas. Dia menatap sekilas Ghea yang juga tengah menatapnya dengan sorot mata sendu. Baru saja beberapa langkah keluar dari ruang perawatan Aleena, suara Ghea menghentikan langkahnya.
"Kak Reksa!"
Lelaki jangkung itu mulai menoleh. Ghea sudah berada tepat di hadapannya. Kepalanya menggeleng dengan pelan.
"Ketika gua sudah melangkah, haram buat gua untuk mundur."
"Tapi, Kak--"
Reksa menatap ke arah lengannya yang dipegang oleh Ghea. Aliran darahnya terasa menghangat. Perlahan, Ghea melepaskan tangannya yang berada di lengan Reksa. Kecanggungan pun kembali hadir.
Reksa menyentuh pipi Ghea. Sontak mata Ghea berair. Jari Reksa mulai turun ke bibir Ghea dan mengusapnya dengan lembut.
"Ini kan yang hampir si berengsek itu nodai."
Ghea tak bisa berkata. Air matanya luruh begitu saja. Bulir bening yang sudah terjun itu seakan tengah mengadukan kesedihan sang pemilik bola mata indah tersebut.
"Selama dia masih membawa nama gua untuk ganggu lu. Gua gak akan pernah bisa tinggal diam."
Reksa mulai membalikkan tubuhnya dan meninggalkan Ghea yang masih mematung dengan bulir bening yang semakin deras mengalir. Dia takut jika lelaki yang hampir menodainya dihabisi oleh Reksa.
Ghea masih setia menunggu Reksa kembali. Dia diam di depan lift menuju kamar perawatan sang kakak ipar. Hatinya sudah berdegup tak karuhan. Dua jam berselang, lelaki jangkung yang ditunggu Ghea keluar. Ghea segera menghampiri lelaki itu dengan wajah sembab.
"Gua keduluan kakak lu. Jadinya kebagian sisa."
Bukannya tertawa Ghea malah menangis. Reksa menghela napas kasar. Dia mendekat ke arah Ghea dan memeluk tubuh mungil itu. Membiarkan Ghea menangis di atas dadanya.
Setelah tangisnya reda, Reksa mengendurkan pelukannya. Dia mengusap lembut rambut Ghea. Kemudian, meninggalkan Ghea sendiri di sana. Hati Ghea tiba-tiba perih. Reksa yang dia kenal seperti orang asing sekarang. Senyum pun terukir tipis di wajah Ghea.
"Jangan berharap lebih, Ghe. Dia udah lu hancurin dan gak akan bisa kembali lagi seperti dulu."
.
Pagi harinya, Ghea yang memang tidur di rumah sang kakak tidak tahu jika Reksa sudah tidak ada di Sydney. Ketika dia mengunjungi Aleena yang masih berada di rumah sakit, dia terkejut akan ucapan sang ayah.
"Reksa udah balik ke Jakarta tengah malam tadi."
Ghea menyunggingkan senyum yang teramat miris. Reksa memang sudah sangat berubah. Dia seakan tengah berusaha tak ingin dekat lagi dengan Ghea.
"Karma ini, Ghe. KARMA!"
.
Ghea dan kedua orang tuanya masih berada di Sydney menemani Aleena dan Rangga. Bayang wajah Reksa mulai menghilang dari ingatannya. Dia harus sudah siap jika sering bertemu dengan Reksa nanti. Toh, pertemuan mereka tidak akan lama. Ghea harus bisa bersikap biasa. Melupakan kenangan-kenangan yang pernah terukir bersama Reksa.
Seminggu berselang, Ghea yang tengah melepas rindu dengan Axel yang baru saja datang membeku ketika melihat siapa yang tiba-tiba datang.
"Akhirnya , lu sampe juga."
Reksa tersenyum dan mulai melangkah menuju Ghea berada. Jantung Ghea sudah berdetak hebat, tapi Axel lah yang Reksa tuju.
Obrolan serius antara Axel dan Reksa serta kakak dan ayahnya membuat Ghea mengerutkan dahi. Tanda tanya besar bersarang di hatinya sekarang.
"Ada apa sebenarnya?"
Dua lelaki jangkung itu segera keluar rumah. Padahal, baru satu setengah jam mereka berada di sana. Rasa penasaran Ghea kini terbayar sudah. Dia tahu apa yang sedang terjadi.
Ghea akui Reksa sangat totalitas dalam bekerja. Tak sampai dua hari permasalahan perusahan sang kakak sudah menemukan titik terang. Ghea nampak bangga ketika ayah dan kakaknya memuji kinerja Reksa yang luar biasa. Akan tetapi, ada sebuah kalimat yang membuat Ghea terdiam.
"Nanti malam aku pamit pulang ke Jogja."
Ada raut kecewa yang Ghea tunjukkan. Semalam Reksa baru saja memberikan kehangatan untuknya. Di mana dia begitu khawatir akan punggung kaki Ghea yang terkena air panas. Tapi, sekarang Reksa seakan kembali menghindari dirinya lagi.
"Kenapa buru-buru?" tanya ibunda Ghea.
"Kasihan Agha nge-handle kerjaan sendirian."
Ghea memilih untuk menjauh dari sana. Dia bergelut dengan pikirannya sendiri. Hingga dia memutuskan untuk menemui Reksa sebelum dia kembali ke Jogja. Ghea ingin meminta maaf atas sikap jahatnya tiga tahun lalu. Juga dia ingin berterima kasih karena Reksa selalu membantunya setiap kali bertemu.
Langkah Ghea terhenti ketika dia mendengar Reksa tengah berbincang dengan seseorang di balik sambungan telepon.
"Malam ini aku terbang dari Sydney. See you di Jogja, Nuna." Kalimat itu terdengar begitu lembut di telinga Ghea.
"Ternyata ini alasannya kenapa kamu menjadi dingin."
...***To Be Continue***...
Tinggalkan komennya, ya. Kalau bisa banyakin biar aku up 2 bab sehari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Nayaka
baru sampe sini,sudah sedih nya bukan main/Whimper/
2024-01-14
0
#ayu.kurniaa_
.
2024-01-13
0
Erna Wati
selalu pantengin karya kak fiie terus /Angry//Angry//Angry//Angry//Angry//Angry/
2023-12-21
0