Niat hati ingin melupakan dan menjauh, tapi malah terus didekatkan. Itulah Ghea sekarang.
"Rasa ini salah, Ya Allah. Kenapa harus didekatkan lagi dengan dia?"
Sebuah ajakan sang calon kakak ipar membuat Ghea terdiam. Salju mengajak Ghea jalan-jalan keliling Kota Jogja malam ini. Ghea tidak mungkin menolak karena tujuan dia ke Jogja memang ingin menikmati Kota Jogja di malam hari.
"Lu juga ikut," ujar sang kakak kepada Reksa yang tengah sibuk sendiri.
Lelaki jangkung itu hanya berdehem. Sedangkan Ghea hanya dapat menghela napas berat. Namun, dia juga tidak bisa protes. Dia tidak ingin kakaknya menaruh curiga.
Reksa meletakkan roti tawar tanpa pinggiran yang sudah diolesi selai cokelat ke atas piring Ghea. Perempuan yang duduk berhadapan dengam Reksa sangat terkejut. Dia menatap cukup lama ke arah roti yang ada di depannya. Tak lama berselang, dia menatap ke arah Reksa yang tengah mengoleskan selai strawberry ke atas roti yang hendak dia makan.
"Kenapa dia masih ingat?"
Pagi yang membuat Ghea harus kuat iman. Dia tidak boleh goyang hanya karena sikap Reksa yang mulai menghangat. Ghea tidak ingin merusak hubungan Reksa dengan Nuna.
Setelah sang kakak dan Reksa berangkat ke kantor, Ghea merapalkan doa dengan begitu serius.
"Semoga dia gak ikut."
Sayangnya, doa Ghea tidak terkabul. Reksa ikut serta keliling Kota Jogja sambil menikmati kulineran khas Kota gudeg. Tibanya di salah satu tempat nongkrong anak muda, suasana di sana sudah sangat ramai. Padahal, Agha dan tiga orang lainnya datang masih sore.
Suasana yang cukup padat membuat Agha menggenggam erat tangan Salju dan Ghea tidak boleh jauh darinya. Ghea berada di belakang sang kakak dengan memegang ujung baju Agha bagian belakang layaknya anak kecil. Namun, telapak tangan yang begitu lebar menggenggam erat tangannya. Ghea terdiam sejenak. Dia menatap ke arah tangannya. Kemudian, menatap ke arah lelaki yang memiliki telapak tangan lebar tersebut.
Reksa bersikap biasa dan masih melanjutkan langkahnya dengan menatap lurus ke depan. Ujung mata Reksa dapat melihat keterkejutan Ghea.
"Bukan hanya Mas lu yang harus gua jagain. Lu juga sama. Harus gua jaga."
Ghea dapat merasakan kehangatan walaupun nada bicara Reksa begitu dingin.
"Dek, jangan jauh-jauh dari Mas."
Agha menoleh ke arah Ghea yang berada di belakangnya bersama Reksa. Ghea hanya mengangguk dengan hati yang berdegup. Dia takut sang kakak melihat tangannya yang digenggam oleh Reksa.
Setiap kali pejalan kaki mulai padat, genggaman tangan itu semakin erat Reksa berikan. Sesekali dia juga merengkuh pinggang Ghea untuk semakin dekat kepadanya.
Keringat mulai bercucuran di wajah Ghea karena panas berdesakkan. Reksa mengeluarkan sapu tangan miliknya untuk mengelap keringat Ghea. Sontak tubuh Ghea mematung. Ghea menatap wajah Reksa dengan begitu dalam. Lelaki jangkung itu sungguh begitu tampan jika dilihat dari dekat. Wajah Reksa begitu serius.
Reksa sama sekali tak melepaskan genggaman tangan Ghea tersebut. Sampai di mana mereka berhenti di sebuah tempat makan yang kata Salju enaknya bukan main. Wajah Ghea terlihat memerah bagai kepiting rebus karena efek keringat yang bercucuran.
"Muka lu perih gak?"
Ghea menoleh ke arah Reksa. Tangan Reksa mengusap lembut pipi Ghea seraya berkata, "merah."
Tangan itu masa hangat seperti tiga tahun lalu. Perhatiannya tidak berubah meskipun sikapnya dingin.
Wajah Reksa terlihat begitu cemas. Dia masih memperhatikan Ghea ketika mereka sudah mendapat tempat di kedai makanan tersebut.
"Dek, muka kamu kenapa merah?"
Salju terlihat bingung dengan kondisi wajah Ghea. Sang calon adik ipar hanya tersenyum.
"Kalau kepanasan terus keringetan begini," sahut Ghea.
"Tapi, gak apa-apa kan?" Salju pun khawatir.
"Enggak, Kak."
Seulas senyum Ghea berikan. Tak lama berselang, dua botol air mineral merk ternama, tapi sedikit langka dibawakan oleh seseorang dari arah luar.
"Mas, ini air yang Mas pesan."
Lelaki muda itu memberikannya kepada Reksa. Agha mengerutkan dahi. Apalagi dia melihat Reksa memberikan dua botol air mineral itu kepada sang adik. Ghea pun menerimanya.
"Adek ke toilet dulu, ya."
"Aku antar," balas Salju dengan cepat.
Dua perempuan itu menuju toilet. Sedangkan Agha menatap tajam Reksa yang terlihat biasa saja.
"Jelasin!"
"Cuci muka pake air mineral merk itu bisa mengurangi kemerahan di muka adik lu."
Kedua alis Agha menukik tajam mendengar penjelasan Reksa. Dia masih menatap tajam ke arah sahabatnya itu.
"Apa lu lupa? Empat tahun gua jagain adik lu."
Agha pun terdiam. Reksa mampu menutup rapat semuanya. Kemampuan Agha meretas sesuatu masih kurang dibandingkan kemampuan Reksa. Dua wanita itu sudah kembali. Agha menelisik wajah Ghea yang memang terlihat sedikit membaik. Tidak Semerah tadi. Reksa tersenyum tipis melihat reaksi Agha.
Menikmati makanan dengan gelak tawa membuat Ghea tidak canggung lagi terhadap Reksa. Mereka nampak sangat menikmati malam itu. Ghea yang dapat tertawa lepas membuat Reksa tak melepaskan pandangannya pada pemilik tawa yang begitu cantik.
Ponsel Reksa yang berada di atas meja menyala. Nama seseorang muncul di sana. Seketika Reksa membalikkan ponselnya.
Tengah malam mereka berempat baru meninggalkan tempat tersebut. Namun, masih ramai pengunjung. Reksa menggenggam tangan Ghea kembali. Kali ini Ghea tak berbicara apapun. Apalagi tangan Ghea Agha masukkan ke dalam saku Hoodie yang Reksa gunakan.
"Jangan bangunkan aku dari mimpi indah ini."
Tiba di rumah pun, Reksa mengetuk pintu kamar Ghea. Sudah satu jam lalu dia masuk ke kamarnya. Ghea keluar dengan wajah polos dan hanya memakai piyama.
"Susu cokelat dulu sebelum tidur."
Segelas susu cokelat hangat Reksa berikan kepada Ghea. Ternyata lelaki itu tidak lupa akan rutinitas rutin Ghea sebelum tidur.
"Makasih."
Reksa hanya mengangguk. Sebelum dia pergi dia mengucapkan kalimat selamat malam, "mimpi yang indah."
Ghea masih berdiri di ambang pintu. Menatap punggung Reksa yang mulai membuka pintu kamar yang dia tempati. Dia sudah menekan gagang pintu, tapi sebelum dia masuk, dia menoleh ke arah Ghea yang masih berdiri di sana. Lengkungan senyum manis Reksa berikan.
"Amankan hatiku, Ya Allah."
Saking manisnya senyuman itu membuat Ghea tak bisa berkutik. Dia menjelma menjadi cewek gila tak tahu diri sekarang. Ghea menatap ke arah telapak tangannya yang digenggam oleh Reksa selama mereka jalan malam tadi.
"Rasanya masih sama, tapi status kamu sudah berbeda."
Ghea menghela napas begitu kasar ketika dia teringat akan kenyataan yang harus dia terima. Ghea mulai merebahkan tubuhnya. Memeluk guling sambil menatap langit kamar.
"Boleh gak sih aku jadi perebut pacar orang?"
.
Ghea yang baru saja keluar di pagi hari, harus menghentikan langkahnya ketika mendengar sesuatu dari kamar Reksa.
"Semalam aku udah tidur. Maaf, ya."
"Sadar, Ghe! Dia udah punya yang spesial."
...***To Be Continue***...
Boleh minta komennya? Kencengin atuh biar aku tetap up rutin setiap hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Nayaka
sakit nyaa bukan main si ghea
2024-01-14
0
Tanti Retno Wati
duh Bru BCA lgi q
2023-12-23
0
Rahmawati Abdillah
duch kok jadi kepo dengan hati reksa😂
2023-12-20
0