Ghea segera keluar dari ruang ganti. Senyum terukir di wajah Reksa ketika melihat Ghea seperti itu. Tak lama berselang, Reksa pun ikut keluar. Namun, tatapan tajam seseorang berikan kepadanya tepat di depan pintu ruang ganti.
"Bo-kem!"
Abang Er sudah melipat kedua tangannya di depan dada. Sorot matanya pun begitu tajam.
"Punya nyawa berapa lu?"
Remaja tampan itu sepertinya tahu apa yang dilakukan Reksa di dalam. Reksa yang biasanya ketus kepada Abang Er kini malah tak berkutik.
"Apa perlu gua lapor Daddy dan Mas Agha?"
Ancaman Abang Er sama percis dengan ancaman ayahnya, Restu. Reksa hanya bisa menelan ludah ketika mendengar ancaman yang tidak main-main itu.
"Janganlah," balas Reska dengan raut penuh permohonan.
"Lu mau apa? Gua beliin." Reksa sudah menyunggingkan senyum perdamaian.
"Sorry, gua bukan orang yang mudah lu sogok."
Kalimat itu begitu dingin dan serius. Didukung wajah Abang Er yang begitu datar.
"Kalau sampe lu bikin Kak Gege nangis. Gua sendiri yang akan buat lu gak bisa jalan."
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Itulah Erzan yang bisa dibilang duplikat Restu. Reksa masih menatap punggung Abang Er yang kini sudah menjauhinya.
.
Reksa mencari keberadaan Ghea. Perempuan yang baru saja dia kecup itu sedang merangkul lengan Apang. Meletakkan kepalanya di bahu adik sepupunya. Reksa melihat jika Apang memperlakukan Ghea layaknya kekasihnya. Begitu lembut dan penuh perhatian. Tepukan di pindah Reksa membuatnya menoleh.
"Kalau lu pengen sama keponakan gua, sudahkah lu seperti Apang?"
Bukan hanya Abang Er yang seperti cenayang. Aska pun seakan tahu perasaan Reksa kepada Ghea.
Setelah kejadian di ruang ganti, Ghea benar-benar menghindar dari Reksa. Lelaki jangkung itu sangat sulit untuk mendekati adik dari sahabatnya tersebut. Dia masih berharap, ketika di acara pernikahan Agha dia bisa kembali dekat dengan Ghea.
Hari bahagia sang sahabat sudah tiba. Reksa sudah memakai batik yang membuat dirinya terlihat lebih berwibawa. Banyak orang yang memuji ketampanannya.
Namun, dia belum bertemu dengan Ghea. Hanya sekilas melihat perempuan itu. Ketika acara akad tiba, Reksa melihat Ghea tengah duduk di dekat para adik sepupunya. Dia ingin mendekat, tapi kalimat Aska membuatnya sedikit insecure. Lima menit kemudian, dia melihat lelaki jangkung di samping Ghea beranjak. Reksa segera mengambil kesempatan.
Ghea yang tengah mengabadikan momen sang kakak menoleh ketika tempat Apang ada yang menduduki. Seorang lelaki menurunkan maskernya. Ghea bersikap dingin dan kembali fokus pada layar ponselnya yang tengah mengambil video sang kakak yang terlihat gugup.
Acara sudah dimulai. Ghea menatap sang kakak dengan begitu serius. Seketika hatinya melow. Dia ingin sekali menangis. Hingga sebuah kata sah diucapkan para saksi dan bulir bening itupun menetes begitu saja. Genggaman di tangannya membuat Ghea menoleh. Reksa mengusap lembut punggung tangannya dan itu membuat air matanya semakin deras mengalir.
Reksa mengusap lembut wajah Ghea yang sudah basah. Dia tidak bicara apapun, tapi sorot matanya seakan mencoba menenangkan Ghea. Deheman seseorang membuat tangan yang masih berada di pipi Ghea menjauh. Tatapan tajam Abang Er berikan.
.
Malam hari resepsi sudah dimulai. Wajah cantik Ghea masih Reksa pandangi di kejauhan. Apalagi ketika perempuan itu mulai naik ke atas panggung untuk menyumbangkan suara merdunya.
Dia tidak sendiri, melainkan dengan Apang. Lagu yang mereka bawakan seperti menampar keras Reksa.
Tolong yakinkan aku
Perjuangkan atau ku menyerah
Namun bila tak bisa bersama
Lebih baik ku menghilang
Namun bila tak bisa bersama
Ku harap kau bahagia
Reksa seketika terdiam. Apalagi dia melihat Ghea menatapnya dengan tatapan tak terbaca. Reksa memilih pergi dari tempat resepsi.
.
Menikmati alkohol kalengan di minimarket yang tak jauh dari hotel di mana resepsi diadakan. Tepukan di pundaknya membuat Reska menegakkan kepala. Lelaki yang sama tingginya dengan Reksa duduk di hadapannya.
"Galau?"
Reksa berdecak kesal. Axel malah tertawa dan mengambil minuman kaleng mengandung alkohol yang akan Reksa tengguk. Untuk kedua kalinya Reksa berdecak kesal.
"Tinggal masuk ke dalam beli," omelnya.
"Lu mau ngabisin berapa kaleng? Yang ada tuh cewek makin ilfeel sama lu!"
Kalimat Axel begitu tajam dan mampu membuat Reksa menghela napas kasar. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi besi yang ada di depan minimarket.
"Kalau lu sayang, lu bilang. Jangan cuma bisa memandang."
Axel meneguk minuman kaleng berwarna biru tersebut. Tenggorokannya kering melihat wajah Reksa yang seperti pakaian kusut.
Kalimat Axel membuatnya bangkit dari sana. Meninggalkan Axel sendirian dan Kemabli ke resepsi pernikahan. Ghea yang tengah memposting sesuatu di ponselnya sangat terkejut ketika tangannya ditarik oleh seseorang.
"Le--"
Reksa membungkam mulut Ghea, dan membawa Ghea menjauh dari sana. Sekuat apapun Ghea mencoba untuk kabur, tetap saja tenaganya tak bisa mengalahkan tenaga Reksa. Mereka berdua kini ada di di lantai paling atas, di helipad.
"Gua mau bicara sama lu."
Keseriusan Reksa tunjukkan. Tangannya pun masih memegang tangan Ghea. Matanya pun menatap dalam wajah Ghea yang terlihat datar.
"Kenapa lu berubah?"
Dahi Ghea mengkerut mendengar pertanyaan Reksa. Lelaki itupun melanjutkan ucapannya.
"Kenapa sekarang lu sengaja menghindari gua?" Ghea malah tersenyum tipis.
"Apa Kak Reksa gak sadar? Kedekatan kita ini bisa membuat orang lain sakit."
"Orang lain?" Reksa mengerutkan dahinya tak mengerti.
Dia juga mendengar decihan kecil dari mulut Ghea. Apalagi, Ghea sudah berhasil melepaskan tangan Reksa yang mencekal tangannya.
"Kak Reksa tak ubahnya buaya," sinis Ghea.
"Tolong berikan sikap hangat Kak Reksa hanya kepada dia yang spesial," tekan Ghea.
"Jadilah lelaki yang setia. Cukup dengan hanya satu wanita."
Ghea berkata dengan berapi-api. Malam ini dia mengeluarkan apa yang selama ini dia pendam. Ghea meluapkan semuanya. Meskipun, ada rasa sakit di hatinya.
"Jangan mengumbar harapan palsu. Cukuplah cintai dia yang memang Kak Reksa sayangi."
Ghea menyunggingkan senyum dengan mata yang nanar. Mencoba untuk bersikap baik-baik saja. Padahal, hatinya ingin menjerit sekencang-kencangnya. Ghea pun membalikkan tubuhnya. Mulai melangkah menjauhi Reksa. Tak terasa air matanya menetes.
"Sudah lega kan, Ghe?"
Seketika langkah Ghea terhenti ketika Reksa berteriak dengan begitu keras.
"Wa
"WANITA YANG SPESIAL ITU MASIH TETAP ELU, GHE. ELU!"
Tubuh Ghea menegang. Dia membeku untuk sesaat hingga pelukan erat dari belakang membuatnya tersentak.
"Tiga tahun tidak merubah perasaan gua sama lu, Ghe. Gua masih sayang sama lu."
"Sudahi perasaan Kak Reksa yang salah itu. Kasihan Kak Nuna." Ghea membalas dengan suara lirih.
Reksa membalikkan tubuh Ghea. Menatap wajah Ghea yang sudah sembab.
"Siapa yang lu sebut tadi?"
"Kak Nuna," jawab Ghea pelan.
Reksa tersenyum mendengar nama itu. Reksa malah mengeluarkan ponselnya. Menghubungi seseorang yang kemudian dia tunjukkan kepada Ghea. Mata Ghea pun melebar.
Nuna.
"Iya, Titan."
Deg. Jantung Ghea terasa berhenti berdetak. Suara perempuan itu begitu lembut.
"Nuna, calon adik ipar pengen ngobrol katanya."
...***To Be Continue***...
Boleh dibanyakin komennya gak? GRATIS kok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Yus Nita
kesalah ahaman Ghea
2024-08-23
0
Gentha Aby
nuna panggilan adik laki2 kepada KK perempuan, klo Hyung bwt KK cowok
2024-06-29
0
Tanti Retno Wati
ya ampun nuna teh si titan
2023-12-23
0