Gara-Gara Harta Warisan (Arwah Gentayangan)
Nama nya Robert. Ia mempunyai seorang adik perempuan yang sangat cantik yang bernama Melisa. Gadis cantik itu baru berusia 25 tahun. Dan Robert berusia 35 tahun. Kedua orang tua mereka sudah tiada dan meninggalkan banyak harta warisan untuk kedua kakak beradik itu.
Robert tega menghabisi nyawa adik kandung nya sendiri, hanya demi menguasai seluruh harta warisan milik sang adik. Ia begitu mudah terpengaruh oleh bujukan sang istri yang bernama Caroline, yang selalu saja mendesak nya agar mau menuruti segala keinginan nya.
Visual : Melisa
Usia : 25 tahun
Visual : Caroline
Usia : 29 tahun
Visual : Robert
Usia : 35 tahun
Kring kring kring...
Suara dering ponsel terdengar nyaring di atas meja. Melisa membuka mata dengan malas. Ia menutup kedua telinga dengan bantal, karena merasa terganggu dengan suara berisik dari ponsel nya.
"Aduuuhhh, siapa sih pagi-pagi buta begini menghubungi ku? Mengganggu saja," Melisa menggerutu kesal.
Tidak tahan dengan suara ponsel yang terus memekakkan telinga, Melisa akhirnya pasrah dan turun dari atas ranjang dengan langkah sempoyongan.
Ia mengambil ponsel itu lalu menempelkan nya ke telinga. Masih dengan keadaan mengantuk dan mata kunang-kunang, Melisa pun menerima panggilan itu tanpa melihat nama si penelepon.
"Halo, siapa ini?" tanya Melisa dengan suara serak.
"Ini kakak, Melisa." Robert membalas dari seberang sana.
"Oh, kak Robert. Ada apa perlu apa, kak? Tumben kakak menghubungi ku sepagi ini?" tanya Melisa sembari mengucek-ngucek mata.
"Nanti siang kamu datang ke rumah kakak ya. Ada yang ingin kakak bicarakan dengan mu," jawab Robert.
"Soal apa?" tanya Melisa penasaran.
"Soal harta warisan kita," balas Robert.
"Oh, oke lah. Nanti aku kesana," ucap Melisa.
"Ya sudah, kakak tutup telpon nya ya, bye!" ucap Robert mengakhiri panggilan.
"Oke, bye."
Setelah panggilan berakhir, Melisa menguap lebar, dan meletakkan ponsel nya kembali ke tempat semula.
"Hoaam... Bobok lagi, ah. Mumpung masih ada waktu."
Melisa kembali menjatuhkan diri ke atas ranjang dan melanjutkan mimpi indah yang sempat tertunda.
🌼 Di Kediaman Robert 🌼
"Gimana, Mas? Apakah dia mau datang kesini?" tanya Caroline sambil menyeruput teh hangat di tangan nya.
"Iya, dia mau, Caroline." Robert mengangguk, lalu mengambil sepotong roti tawar dan mengoleskan coklat di atas nya.
"Bagus lah kalau begitu, biar masalah ini cepat selesai." Caroline tersenyum miring.
"Iya, kamu bener, Caroline. Mas juga sudah capek harus banting tulang terus. Mas ingin cepat-cepat membagi harta warisan itu, agar kita bisa hidup enak tanpa harus capek-capek bekerja." Robert mendukung perkataan sang istri.
Pasangan suami istri itu menyantap sarapan yang ada di atas meja sambil terus berbincang-bincang. Setelah selesai, mereka berdua pun berpindah tempat ke ruang tamu. Robert dan Caroline duduk bersebelahan di atas sofa empuk sambil menonton tv.
"Kalau seandainya Melisa tidak mau membagi harta warisan itu sekarang. Gimana dong, Mas?" tanya Caroline membuka percakapan kembali.
"Kamu tidak usah khawatir, Caroline. Melisa pasti mau kok, percaya lah!" balas Robert meyakinkan sang istri.
"Ck, kamu ini gimana sih, Mas? Tadi kan sudah aku bilang, kalau seandainya Melisa tidak mau, gimana?" ucap Caroline mengulang pertanyaan dengan nada kesal.
Caroline memanyunkan bibir dan memasang wajah masam. Ia berpura-pura marah kepada sang suami untuk mengambil perhatian nya. Alhasil, usaha nya pun tidak sia-sia. Robert langsung membawa tubuh Caroline ke dalam pelukan nya, saat melihat wajah merajuk sang istri.
"Jangan marah dong, sayang! Mas janji, mas akan membujuk Melisa dengan berbagai cara agar dia mau menuruti keinginan mas," tutur Robert kembali meyakinkan sang istri.
"Janji ya, Mas!" ucap Caroline sembari mengangkat jari kelingking nya kepada Robert.
"Iya, Caroline sayang. Mas janji," balas Robert mengaitkan jari nya ke jari Caroline.
Wanita itu tersenyum puas. Wajah nya tampak begitu bahagia karena telah berhasil mempengaruhi sang suami dengan segala bujuk rayu nya.
"Nanti kalau harta warisan nya sudah di bagi, belikan aku cincin berlian ya, Mas!" rengek Caroline seraya membingkai dada Robert dengan jari-jari nakal nya.
"Pasti dong, sayang. Apa sih yang enggak buat istri cantik ku ini," balas Robert sambil mencubit gemas pipi Caroline.
"Ah, kamu bisa saja, Mas. Bikin aku malu saja."
Caroline tersipu malu. Wajah nya langsung merona mendengar gombalan maut lelaki yang berstatus sebagai suami nya itu.
"Beneran, sayang. Mas tidak bohong. Kamu memang wanita yang paling cantik yang pernah Mas miliki," lanjut Robert melanjutkan gombalan nya.
"Iya, aku percaya kok, Mas."
Caroline tersenyum manis lalu menenggelamkan wajah nya di dada bidang Robert. Mereka berdua saling bersenda gurau dan tertawa bahagia. Hingga tanpa terasa, hari pun sudah mulai siang.
Sedang asyik berhaha hihi berdua, tiba-tiba...
Ting tong ting tong...
Suara bel terdengar beberapa kali. Caroline dan Robert menghentikan gurauan nya. Mereka saling pandang-pandangan dengan tatapan heran.
"Jangan-jangan itu Melisa, Mas." Caroline menduga-duga.
"Ho'oh, bener. Mas juga berpikiran yang sama dengan mu, Caroline." Robert sependapat dengan sang istri.
"Ya sudah, buka pintu nya sana! Entar keburu dia pergi," seru Robert.
"Baik, Mas." Caroline bangkit dari sofa, lalu berjalan tergesa-gesa menuju pintu utama.
Setelah pintu terbuka, Caroline menyambut kehadiran adik ipar nya dengan senyum sumringah dan wajah berseri-seri.
"Selamat datang, Melisa. Kamu cantik sekali hari ini," puji Caroline.
"Makasih," ucap Melisa ketus lalu nyelonong begitu saja ke dalam rumah sang kakak. Ia melewati Caroline begitu saja tanpa menghiraukan tatapan tajam nya.
Sejak awal, Melisa memang tidak menyukai Caroline. Gadis itu sangat membenci kakak ipar nya yang selalu saja berfoya-foya dan menghambur-hamburkan uang sang kakak laki-laki nya, yaitu Robert.
"Huuuu... Dasar, adik ipar tidak waras!" umpat Caroline kesal dengan sikap acuh Melisa.
Melisa terus saja mengayunkan langkah nya sampai ke ruang tamu, tempat dimana sang kakak berada. Dan di ikuti oleh Caroline dari belakang dengan perasaan dongkol.
Setelah sampai, Melisa langsung mendudukkan diri di atas sofa yang berada tepat di depan Robert. Sementara Caroline, ia kembali duduk di sebelah sang suami dengan menopang kan satu kaki nya.
"Apa kabar adikku, sayang? Sudah lama kita tidak bertemu," sapa Robert seraya menyunggingkan senyum termanis nya kepada sang adik.
"Alhamdulillah sehat," jawab Melisa cuek.
"Syukur lah kalau begitu. Kakak ikut senang mendengar nya."
Robert terdiam sejenak. Ia memandangi wajah cantik adik kandung nya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Beberapa detik kemudian, Robert pun kembali membuka percakapan.
"Hmmmm... By the way, semakin hari kamu semakin cantik saja Melisa. Kakak sampai pangling melihat mu," ucap Robert dengan senyum yang tidak pernah luntur dari bibir nya.
"Apaan sih, basi banget."
Melisa melengos mendengar penuturan Robert yang terlalu berlebihan menurut nya. Ia melirik sekilas ke arah Caroline, kemudian kembali mengalihkan perhatian nya kepada sang kakak.
"Gak usah basa-basi. Cepat katakan, apa yang kalian inginkan sekarang?" tanya Melisa dingin.
Robert menghela nafas dalam-dalam. Ia sedikit kesal dengan sikap kasar Melisa yang mulai memancing emosi nya.
"Sabar Robert, sabar. Ini demi harta warisan," batin Robert menyemangati diri sendiri.
Sementara Caroline, ia mengepalkan tangan melihat kesombongan Melisa. Wanita itu geram dengan sikap jelek sang adik ipar yang semakin lama semakin menjadi-jadi.
"Kok pada diam sih? Ayo, cepetan ngomong! Aku tidak banyak waktu untuk meladeni kalian berdua," desak Melisa semakin meninggi kan nada bicaranya.
🌼 Terima kasih atas kunjungan nya man teman. Jangan lupa tinggalkan jejak subscribe, like, komen dan favorit nya untuk mendukung karya author ya 🙏 😊🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
cancer
mampir di sini juga thor semangat ya💪💪😉😉
2023-12-27
0
Tara
dasar cewe matre.. kakak durhaka😓😱😡😤
2023-12-15
3
Yulianti Oktana
semangat thor....
2023-12-13
0