Sepasang suami istri yang belum memiliki anak itu saling pandang-pandangan satu sama lain. Robert dan Caroline kebingungan memikirkan jasad Melisa yang masih tergeletak begitu saja di atas lantai.
"Mas... Mas... Kok malah bengong sih?" oceh Caroline mengguncang-guncang lengan Robert.
Lelaki itu masih tetap diam dan terus memandangi jasad sang adik dengan mata berembun. Ia merasa sangat menyesal karena telah menghabisi nyawa adik kandung satu-satunya itu.
"Maafkan kakak, Melisa. Kakak tidak sengaja melakukan nya. Kakak khilaf. Kakak benar-benar tidak sadar saat melakukan nya," jerit Robert dalam hati sambil menyeka air mata yang mulai menetes di pipi nya.
Caroline terdiam melihat kesedihan Robert. Ia juga tidak menduga, jika suaminya akan berbuat sampai sejauh ini kepada adik kandung nya sendiri.
"Sudah lah, Mas. Semua nya sudah terlanjur terjadi. Percuma saja kamu menyesali nya. Toh, Melisa tidak akan bisa hidup kembali."
Caroline mengelus-elus bahu Robert untuk menyemangati nya.
"Lebih baik sekarang kita memikirkan bagaimana cara menghilangkan jasad Melisa. Agar perbuatan kita ini tidak ketahuan oleh siapa pun," lanjut Caroline.
"Iya, kamu benar, Caroline." Robert mengangguk menyetujui ucapan sang istri.
Suasana kembali hening. Robert dan Caroline sama-sama bungkam dan sibuk berperang dengan isi kepala masing-masing.
"Sekali lagi, kakak minta maaf ya, Melisa. Semoga kamu tenang bersama ayah dan ibu disana," batin Robert masih dengan deraian air mata di kedua pipi nya.
Begitu pula dengan Caroline. Ia juga ikut membatin sambil terus memandangi jasad sang adik ipar yang masih terbujur kaku di depan nya.
"Akhirnya... Kamu mati juga, Melisa. Hahahaha..." Caroline bersorak dalam hati sembari tersenyum miring.
"Sudah lah, Mas. Jangan sedih terus. Lebih baik sekarang kita cepat-cepat membuang jasad ini ke dalam sumur tua yang ada di belakang sana," ucap Caroline.
"Ke dalam sumur tua?" ucap Robert dengan alis bertautan.
"Iya... Emang nya mau di buang kemana lagi, kalau buka disana?" tanya Caroline balik.
"Ta-tapi nanti kalau ketahuan orang lain gimana?" ucap Robert gugup.
"Tidak akan ketahuan, Mas. Percayalah..." ucap Caroline meyakinkan.
Robert menghela nafas dalam-dalam. Ia semakin frustasi memikirkan nasib jasad adik nya. Melihat keterdiaman Robert, Caroline pun membuang nafas kasar. Ia sedikit kesal dengan sikap lelet suaminya itu.
"Kamu tidak usah khawatir, Mas. Kita tutup saja sumur itu dengan papan atau kayu ranting. Pasti tidak akan ketahuan kok. Atau kalau perlu, kita cor saja pakai semen biar lebih aman," usul Caroline.
"Bener juga apa yang kamu katakan, Caroline. Seperti nya kita memang harus mengecor sumur itu, agar tidak mengeluarkan bau menyengat nantinya," balas Robert menyetujui usulan sang istri.
"Naah, tu tau."
Caroline tersenyum bahagia karena usulan nya telah di terima oleh Robert. Tidak ingin membuang-buang waktu lebih lama lagi, Caroline pun mendesak Robert untuk segera menyingkirkan jasad Melisa dari rumah mereka.
"Ya sudah, jangan tunggu lama-lama lagi. Ayo, kita lakukan sekarang! Mumpung hari masih terang," seru Caroline.
"Oke, ayo!" balas Robert mengangguk.
Setelah memutuskan kesepakatan bersama, akhirnya pasangan suami-isteri itu pun mulai mengurus jasad Melisa. Mereka menyeret tubuh kaku itu ke arah pintu belakang dengan cara memegang kedua tangan dan kaki nya.
"Cepetan dong, Mas! Berat nih," desak Caroline sambil terus menyeret kedua tangan Melisa. Sedangkan Robert, ia memegang bagian kaki sang adik.
"Sabar dong, Caroline. Ini juga sudah cepat-cepat," balas Robert sewot.
Tak lama kemudian, mereka berdua pun sudah tiba di pinggir sumur tua itu. Robert dan Caroline berusaha mengangkat jasad Melisa sampai ke bibir sumur dengan bersusah payah. Setelah berhasil, mereka berdua pun langsung menjatuhkan tubuh kaku Melisa ke dalam sumur tua itu.
Byuuurrrr...
Suara cipratan air sumur terdengar begitu nyaring, saat jasad Melisa jatuh terhempas ke dalam nya. Setelah membuang jasad sang adik, Robert pun menghela nafas dalam-dalam, lalu membatin...
"Maafkan kakak, Melisa. Maafkan, kakak..."
Robert mengusap air mata dengan punggung tangan. Ia terus memandangi jasad Melisa yang sudah mengapung di dalam sumur tua itu. Dan Caroline, ia juga ikut memandangi jasad adik ipar nya dengan senyum penuh kemenangan.
"Selamat jalan, adik ipar ku tersayang. Semoga saja kamu tidak kedinginan di dalam sana ya cantik, hahahaha..." Caroline kembali bersorak dalam hati.
Setelah beberapa saat termenung di pinggir sumur, mereka berdua pun kembali melangkah ke dalam rumah yang hanya berjarak beberapa meter saja dari tempat pembuangan jasad Melisa.
Robert bergegas mengaduk semen dan pasir di halaman belakang rumah, kemudian kembali mendatangi ke sumur tua itu sambil menenteng satu ember adukan semen di tangan nya.
"Hufff, akhirnya selesai juga."
Robert menyeka keringat yang bermunculan di dahi nya. Setelah selesai mengecor tempat pembuangan jasad Melisa, Robert pun kembali melangkah masuk ke dalam rumah, kemudian membersihkan diri ke kamar mandi.
Sedangkan Caroline, ia juga sibuk membersihkan darah yang berceceran di atas lantai. Setelah semua nya bersih, Caroline menyimpan alat pel yang baru ia gunakan ke dapur, kemudian lanjut mencuci kedua tangan di wastafel.
Setelah semua nya beres, wanita cantik itu kembali duduk di ruang tamu dan meluruskan kaki nya di atas sofa.
"Aduuuhhh, pegel nyaaa..." gumam Caroline sambil memijat-mijat lutut dan betis nya sendiri.
"Sudah selesai semua, sayang?" tanya Robert yang tiba-tiba muncul di belakang Caroline.
"Sudah, Mas. Tuh, lihat saja sendiri!" jawab Caroline.
Ia menunjuk ke arah tempat kejadian pembunuhan Melisa yang berada tepat di depan pintu utama. Robert mengikuti arah telunjuk sang istri kemudian berkata...
"Oh, syukurlah kalau begitu."
Robert duduk selonjoran di atas sofa. Ia mengambil rokok yang tergeletak di atas meja, lalu menyalakan nya. Robert menghisap rokok sambil menatap langit-langit ruang tamu dengan pandangan kosong. Ia kembali mengingat kejadian demi kejadian yang baru saja ia alami hari ini.
"Mas, kalau seandainya ada yang bertanya tentang keberadaan Melisa, gimana dong?" tanya Caroline membuka percakapan.
"Bilang saja Melisa sedang kuliah di luar negeri, gampang kan!" jawab Robert dengan santai nya.
"Hmmmm, bener juga sih."
Caroline manggut-manggut menyetujui perkataan suami nya. Robert kembali terdiam dan melanjutkan renungan nya.
"Trus, gimana tentang harta warisan ini?" tanya Caroline lagi.
"Kamu tenang saja, biar aku yang urus semuanya. Kamu tinggal terima beres saja," jawab Robert.
"Oh, ya sudah terserah kamu saja."
Caroline kembali manggut-manggut sambil terus memijat-mijat kaki nya. Dan Robert, ia juga kembali termenung di tempat duduk nya, sambil menghisap rokok yang ada di tangan nya.
"Mas, jangan lupa kan janji mu ya!" ucap Caroline mengingat kan sang suami.
"Janji apa?" tanya Robert.
"Cincin berlian dong, Mas. Masa gitu aja bisa lupa sih? Nyebelin banget," gerutu Caroline sambil memanyunkan bibir nya.
"Oooohhh, kalau itu sih gampang," balas Robert.
Ia memandangi wajah cantik sang istri dengan senyum mengembang.
"Kamu tenang saja ya, sayang. Mas janji, Mas pasti akan memberikan apa pun yang kamu mau, termasuk cincin berlian itu."
"Yey, terima kasih banyak ya, Mas. Kamu benar-benar suami terbaik di muka bumi ini," ucap Caroline girang lalu memeluk tubuh kekar suaminya dengan erat.
🌼 Terima kasih atas kunjungan nya man teman. Jangan lupa subscribe dan tinggalkan jejak favorit, like dan komen setelah membaca ya 🙏🤗🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
NoviTa jungkook
lah tadi nyumpahin biar mati, Sekrang malah tdak menduga
2024-01-04
0
cancer
kasihan melisa 😔😔
2023-12-27
0
Leo
Robert edan 🙄🙄
2023-12-13
0