Hingga Langit Ke Tujuh
Bang Aves segera membuka pintu rumah saat mendengar tangisan istrinya, Indira. Baru kali ini dirinya mendengar tangis pilu sang istri.
"Ada apa Bu? Kenapa Dira nangis?" Tanya Bang. Ia segera membantu Indira untuk berdiri.
Sang ibu gelagapan tapi ia segera mendekati putranya.
"Ini lho Ves, ibu mendapati istrimu memakai uang belanja terlalu banyak, Ibu menegurnya. Ibu sudah bilang sama kamu sejak awal menikah, istrimu ini wanita bodoh, dia tidak tau uang. Sekarang begitu tau uang.. dia hamburkan sesuka hati." Ucap ibu Kemala mengusap lengan putranya. "Kalau saja ibu tidak mengerem belanja setiap hari, Indira pasti kaget sekali. Makanya ibu irit masak."
Indira menangis sesenggukan sembari menatap mata Bang Aves, ingin rasanya meminta tolong tapi semua tidak sanggup di lakukannya.
"Kamu masuk ke kamar dek. Kita bicara di kamar..!!" Perintah Bang Aves.
"Bicara di sini saja. Kalau kamu membawanya ke kamar, dia bisa saja mengadu yang tidak-tidak." Cegah sang ibu.
Bang Aves yang baru saja pulang kerja merasakan tubuhnya begitu lelah dan meriang.
"Biar saya selesaikan masalah saya sama Dia di kamar Bu." Kata Bang Aves. Tangannya menengadah dan meminta kartu ATM dan ponsel milik Indira.
:
Di dalam kamar masih belum ada pertanyaan apapun dari Bang Aves untuk Indira, pria itu masih membiarkan Indira menyelesaikan tangisnya.
Setelah cukup lama dan Indira sedikit lebih tenang, baru Bang Aves mulai bertanya. Ia juga sudah melihat segela pengeluaran yang di sebutkan olah ibunya.
"Abang sudah mendengar pembelaan diri versi ibu, sekarang apa yang mau kamu sampaikan. Abang akan dengarkan."
"Bisakah kita tidak tinggal satu rumah dengan ibu?" Tanya Indira.
"Itu bukan pokok bahasan kita dek. Abang hanya ingin tau tentang pengeluaran ini. Apakah ibu, atau kamu yang memakainya. Abang tidak masalah ada pengeluaran uang, tapi tiga puluh dua juta itu di pergunakan untuk apa?" Tanya Bang Aves dengan suara datar.
"Dira ingin kita tinggal di rumah dinas saja Bang."
"Diraa.. Abang tidak ingin membahas masalah ini lagi. Abang sedang benar-benar capek hari ini, tolong jangan menguji kesabaran Abang..!!!" Pinta Bang Aves.
"Dira tidak ingin membela diri, seharusnya Abang paham bagaimana Dira." Jawab Dira kemudian.
"Jadi kamu mau bilang kalau uang sejumlah tiga puluh dua juta itu, ibu yang pakai??" Sorot mata Bang Aves penuh dengan selidik.
Dira terdiam dan menunduk, tangisnya kembali tumpah.
"Abang sudah memberi ibu sejumlah uang. Sama rata denganmu dek. Tapi memang Abang memberi uang lebih ke kamu di luar uang tersebut untuk belanja sehari-hari juga untuk kebutuhan rumah. Masa ibu mengambilnya dari kamu, setelah menikah.. ibu juga sudah dengar kalau keuangan rumah tangga, kamu yang pegang." Kata Bang Aves. Keningnya semakin berkerut menuntut jawaban Indira. "Jawab yang jujur..!!"
"Dira mohon Bang, kita pindah saja dari rumah ibu." Rengek Indira.
"Diraaa.. kamu tau bapak ku sudah meninggal, ibuku tinggal sendirian dan Abang tidak punya saudara, kalau bukan Abang pergi dari sini.. siapa yang akan jaga ibu???? Kenapa sih belakangan ini kamu egois sekali." Suara Bang Aves tanpa sadar semakin meninggi.
Tiba-tiba pintu terbuka dengan kencang. Ibu Kemala terduduk menangis meraung-raung. "Sekarang kamu sudah paham sifat istrimu le. Ibu sudah bilang, dia itu tidak berpendidikan, setiap hari dia memaksa ibu kerja keras seperti babu, ibu nelongso sekali di perlakukan seperti itu le. Duuh Gusti... Apa dosaku sampai punya menantu seperti ini. Apa aku juga harus bilang ada laki-laki yang sering datang kesini??????"
Bagai tersambar petir hati Bang Aves begitu kaget sekaligus sakit mendengarnya. Dulu dirinya sangat percaya pada Indira. Gadis lugu dan cantik yang ia temukan terjebak dalam kerumunan demo mahasiswa. Ia pun langsung jatuh hati padanya.
"Laki-laki??? Siapa laki-laki yang sering datang menemuimu??????" Bentak Bang Aves seketika terbakar amarah. Matanya memerah, membulat tajam menatap mata Indira.
Indira sampai berlutut di kaki Bang Aves. Ia sungguh takut berhadapan dengan suaminya itu. "Nggak ada Bang, sumpah demi Allah nggak ada." Jawab Indira terisak ketakutan.
Bang Aves masih belum melepaskan tatapannya dari Indira. "Sumpah Bang, sedikit pun Dira nggak bohong."
"Jadi kamu mau bilang kalau aku yang bohong??? Aku yang memakai uang itu??? Ya Allah.. lebih baik aku mati saja.. aku tidak tahan di tuduh seperti ini." Ibu Kemala berdiri kemudian berlari ke arah dapur mencari cairan pembersih toilet.
Melihat ibunya seakan frustasi, Bang Aves menjadi kalang kabut tidak sampai hati. "Ibuu.. jangan nekat Bu..!!" Bang Aves mencegah ibu Kemala meneguk cairan tersebut. "Maafin Indira Bu, aku yang salah tidak bisa mendidik nya. Nanti aku akan nasihati Indira agar tidak berbuat seperti ini lagi sama ibu..!!" Bujuk Bang Aves.
Ibu kembali menangis meraung-raung. "Aveess.. biarkan ibu mati saja, kamu lebih sayang Indira daripada ibu..!!"
"Ibu, aku sudah menikahi Dira. Aku tidak mungkin mengingkari janji ku sebagai seorang suami. Aku janji akan mendidik istri ku lebih baik lagi."
"Biar ibu kelola keuangan rumah tangga..!!" Pinta ibu Kemala.
"Nggak bisa Bu. Itu tugas Indira. Sudahlah, biar Indira belajar menjadi seorang istri. Ibu hanya tinggal duduk tenang menikmati masa tua. Mudah-mudahan aku bisa segera memberi ibu cucu." Bujuk Bang Aves.
Ibu terdiam tapi sorot matanya tidak lepas dari Indira.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Amilia Indriyanti
pitakone opo jawabe opo
Cen bojone emosi
oneng2
2024-01-18
1
Afri
mertua durjana .. jijik x liat mertua kayak gini
duu aku punya mertua model begini .. dah mati dia
2024-01-04
1
Samsul Alta
aku tuch awal ny syuka tinggal dgn mertua,lm" yg baik JD GK baik,yg biasa adem ayem lm" berubah,klu bisa sih jgn satu rmh dech meskipun ad mertua baik,BKN ap sih,lebih menjaga aj agar akur terus,
2024-01-02
0