"Tadi.. seperti biasa ibu mertua saya mengundang kawan-kawannya untuk berjudi di rumah. Seperti biasa juga saya menyiapkan makanan dan minuman untuk menjamu tamu ibu mertua. Dan hari ini.............." Indira terdiam tidak sanggup untuk menceritakan kembali.
Bang Dallas yang melihatnya menjadi gregetan. Dia memang bukan tipe pria yang penyabar.
"Ceritakan lagi..!!" perintahnya.
"Dalas kamu tidak bisa memaksa seseorang untuk bicara..!! Itu melanggar hak asasi, mungkin ada banyak hal yang tidak ingin diceritakan Indira." Tegur Mama Wita.
"Kalau seperti ini kapan mau selesai urusannya Ma. Kita sudah terlanjur basah menolongnya, ya kita harus selesaikan sekarang juga..!! Aku yakin ini mertuanya yang mencari gara-gara ditambah suaminya yang dungu dan bodoh itu." Ucap geram Bang Dallas. Amarahnya sudah memuncak apalagi melihat ada bekas memar di tubuh Indira.
"Tapi tidak memaksa juga donk Dallas..!!!!" Papa Sutoyo smpai ikut turun tangan melihat kelakuan putranya yang terkesan gegabah.
"Indira hamil Pa. Mana ada laki-laki yang tidak senang mendengar kehamilan istrinya."
"Dira sudah diceraikan Om." Jawab Indira kembali menangis.
Bang Dallas mengambil duduk. Di dalam kepalanya terus berpikir keras bagaimana caranya menyelesaikan masalah ini.
"Cerai hukum atau lisan?" Tanya Bang Dallas.
"Di talak lisan om."
"Ayo saya antar.. insya Allah masih bisa di perbaiki. Nanti saya yang bantu selesaikan urusanmu dengan ibu mertuamu." Ajak Bang Dallas.dan bersiap berdiri.
Papa Sutoyo menekan pundak Bang Dallas hingga putranya itu kembali duduk. "Dallas, Papa tau kamu mungkin pandai dalam hal strategi, akalmu, kepintaran mu, semua tidak di ragukan, tapi masuk ke dalam biduk rumah tangga tidak semudah kamu berkedip le. Kamu terbiasa melihat rumah tangga Papa bahkan Opa Oma mu adem ayem, tapi tidak dengan rumah tangga orang lain. Ujian rumah tangga itu berbeda." Nasihat Papa Sutoyo.
Bang Dallas menunduk mendengarnya, jujur di dalam hatinya tidak tega mengingat ada bayi di dalam kandungan Indira. Ekor matanya melirik Indira.
"Astaghfirullah." Bang Dallas meraup wajahnya. "Ko' bisa ada laki-laki dan mertua seperti itu. Di mana hati mereka." Gumamnya.
//
Tak sabar lagi, Bang Aves menyambar kunci mobilnya. Hatinya gundah gulana tak karuan memikirkan Indira. Ia segera menyalakan mesin mobilnya dan melaju secepat mungkin, berharap masih ada kesempatan untuk bertemu Indira.
'Ada yang janggal. Aku merasa ada yang di tutupi dariku. Tapi apa??? Aku tetap harus mempertemukan Indira dan Ibu agar kita bisa bicara bersama. Indira terlalu banyak diam tapi ibu menangis seakan tau apa yang terjadi saat aku tidak berada di rumah.'
Sepanjang jalan hati Bang Aves tidak tenang. Ia memutari kampungnya dan juga berniat mencari ke desa sebelah.
Tak lama ada panggilan telepon masuk. Ia pun segera mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum ting. Ada muatan?"
"Wa'alaikumsalam.. ngopi sebentar bisa nggak bro?" Ajak seseorang di seberang sana.
"Ayo.. tapi aku nggak bisa lama. Ada urusan."
"Oke. Di tempat biasa ya..!!"
:
Bang Dallas duduk berhadapan dengan Bang Aves, mungkin sudah ada dua tahun lamanya mereka tidak bertemu. Bang Aves mendapatkan penugasan di kota kelahirannya sedangkan Bang Dallas berada di luar pulau. Ia pulang kampung karena mendapat cuti usai kembali dari penugasan di Kongo.
"Asem aja muka mu. Kenapa?"
"Istriku selingkuh." Jawab Bang Aves singkat.
"Haaahh.. yang benar?? Waah.. perempuan jaman sekarang memang luar biasa. Sekarang nggak jamannya laki selingkuh bro, perempuan juga berani. Entah apa yang di cari?" Bang Dallas menghisap rokoknya dalam-dalam. Ia teringat wajah Indira yang terus menekan batinnya.
"Dia terang-terangan main gila dengan laki-laki lain di kamarku Las. Kamar yang ku sholati setiap malam, berharap rumah tanggaku penuh berkah, berharap akan ada buah hati di dalam pernikahan kami. Malah aku harus melihatnya berdua dengan laki-laki lain. Ibuku pun melihatnya." Ucap Bang Aves penuh kepedihan.
"Kamu yakin??? Kamu... Kurang kasih jatah atau bagaimana??" Selidik Bang Dallas. Pertanyaan nya mungkin terkesan vulgar tapi jelas di antara mereka bagai tanpa batasan saking dekatnya.
"Ya nggak lah. Soal uang saja aku selalu melebihkan untuk istriku beli skincare dan jajan, apalagi soal ranjang." Jawab Bang Aves, ia melihat rokoknya sudah habis dan langsung menyambar rokok Bang Dallas.
"Ada cekcok dengan ibumu atau tidak??"
"Namanya rumah tangga sedikit banyak pasti ada gesekan lah. Beda isi kepala bro. Kita saja suami istri kadang masih suka ribut, apalagi sama ibu kita. Sama-sama perempuan." Kata Bang Aves.
"Naah.. itu lu tau. Apa sebelumnya istri mu pernah ribut besar atau minta pindah dari rumahmu?" Selidik Bang Dallas lagi.
"Bolak-balik, tapi aku hanya menganggap nya rengeken istri. Biasalah namanya perempuan ingin menjadi yang utama padahal aku juga tidak kurang-kurang menyayangi istriku."
"Itu titik masalahnya Kang. Kau bilang semua biasa.. padahal hal yang kau anggap biasa itulah penyebabnya. Minta pindah berarti istrimu merasa tidak nyaman dengan ibumu. Aku tau perasaanmu.. kamu hanya punya ibu, tapi tidak harus juga kau mengabaikan istrimu. Kalau aku jadi kamu, aku akan bawa istriku masuk ke asrama, aku mengalah mencarikan teman untuk ibuku. Lebih baik kita sedikit menjauh tapi rumah tangga tenang dari pada dekat tapi malah jadi buyar." Ucap Bang Dallas membuat kening Bang Aves berkerut.
"Kamu belum berumah tangga, bisa-bisanya kau menasihatiku. Coba kau jadi aku, kau pasti akan dilema memilih antara ibumu atau istrimu." Kata Bang Aves.
"Betul apa katamu. Aku juga setuju.. tapi kita ini manusia, tidak bisa memutuskan seadil-adilnya perkara, termasuk soal ibu dan istri. Ibumu adalah wanita yang bertaruh nyawa melahirkanmu tapi istrimu adalah wanita yang rela mati demi melahirkan anakmu, melepaskan keinginan biologis mu yang tidak terkontrol, melayanimu setiap waktu dan yang pasti akan selalu ada sampai kakimu gemetar termakan usia." Ucap Bang Dallas. "Aku tau kamu emosi, marah, mungkin hatimu juga sakit. Tapi kamu baru mendengar dari sebelah pihak tanpa istri mu membela diri. Itu nggak adil buat istrimu Kang. Ujung tombak rumah tangga dari dirimu. Kamu mentalaknya, padahal kamu paham.. perceraian akan terjadi karena lisan laki-laki. Seberapa pun ributnya istri, kalau kamu menahan lisanmu, rumah tangga mu akan bertahan, tapi jika kamu mengucapkan talak itu.. selesai Kang."
"Astaghfirullah.." Bang Aves mengusap dadanya. "Dimana istriku sekarang?? Mudah-mudahan dia baik-baik saja, aku sudah membekalinya uang."
"Mudah-mudahan uangmu bisa membayar tangisnya. Tidak mungkin dia angkat kaki dari rumah mu tanpa menangis." Kata Bang Dallas semakin membuat Bang Aves merasa sangat bersalah.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Eka elisa
tau gk ya dlas lok yg di tolong di rumh y itu bini y alvess
2023-12-28
1
Yayuk Bunda Idza
la....kan bener....
2023-12-16
0
Yayuk Bunda Idza
spilnya bang Dallas anggota juga ni....wah jadi bisa gampang cari bang Aves
2023-12-16
0