RAHIM SEWAAN ISTRIKU
"Datanglah padaku jika kalian membutuhkan rahimku untuk melahirkan seorang anak"
Dea melihat secarik kertas yang menempel di tihang listrik yang ada di tepi jalan. Dia seakan menemukan jalan untuk rumah tangga nya yang di ambang kehancuran. Mertua yang terus menerus menanyakan kesuburanku dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat bumiku goyah dan akan runtuh
"Jadi kapan kamu akan memberikan saya cucu?.. Apa kamu sudah periksa kesuburanmu ke dokter?.. Seharusnya sebelum kamu menikah dengan putraku kamu pergi lah dulu ke dokter untuk memeriksa kesuburanmu itu"
Perkataan itu seakan terngiang-ngiang di benak nya. Tanpa basa-basi lagi Dea langsung mencopot dan membawa secarik kertas itu pergi, lalu menghubungi nomor yang tertera di bawah kertas
"Hallo" sahut seseorang di balik telpon
"Ya hallo saya Dea, bisa bertemu hari ini?" tanya Dea hati-hati
"Saya menemukan kertas yang menempel pada tihang listrik dan mengambilnya." lanjut Dea
"Oh iya-iya boleh. Saya akan sharelock alamat nya via watsapp ya mbak!!" ucap perempuan di balik telpon
Tet tot..
"Pergilah ke lokasi ini. Kita akan bertemu di alun-alun yang sudah tidak terpakai" Ungkap nya lewat pesan watsapp
Dea bergegas pergi menggunakan taxi, lalu memberikan alamat yang akan di tuju
"Ke alamat ini yak pak" ungkap Dea sambil menunjukan lokasi nya.
Ia sangat merasa senang seolah mendapatkan jawaban atas keluh nya selama hampir 10 tahun.
Dea segera menelpon suami nya yang sedang bekerja
"Ya de ada apa?" Tanya Ibra suami Dea
"Mas hari ini aku pulang telat ya?!" pinta Dea pada Ibra
"Memangnya mau kemana de?.." Tanya Ibra penasaran
"Ada janji sama teman mas" ungkap Dea
"Jangan terlalu lama 1 jam lagi mas pulang" tutur Ibra
"Emm telat beberapa menit mungkin mas hehee.. Boleh yaaa?!" Dea memohon
"Oke"
Dea menutup telpon dan hampir sampai pada alamat yang di tuju.
"Pak, pak berhenti. Sepertinya alamat nya disini deh pak. Saya turun di depan ya pak" ungkap Dea
Pak sopir memarkirkan mobil dan berhenti. Dea turun dari mobil dan melihat sekeliling. Ia lihat ada seorang perempuan berambut panjang pirang melambaikan tangan ke arahnya.
Dea menghampiri perempuan itu dan saling berjabat tangan.
"Saya Riri, ini mbak Dea yang tadi menelpon kan?" tanya Riri perempuan berambut pirang
"Oh iya mbak saya Dea" ungkap Dea merasa sungkan
"Tidak perlu merasa sungkan mbak. Langsung aja jadi gimana mbak? Apa rencana mbak ke depannya mengenai hal yang mbak lihat di tulisan yang ada di kertas tadi?" tanya Riri dengan tatapan tajam nya
Dea sempat merasa menyerah namun ia merasa ini kesempatan langka yang bisa ia dapatkan.
"Gini loh mbak"
Bla.. Bla.. Bla...
"Aku akan meminta suami ku menghubungi nomor mbak duluan" tutup Dea seraya meninggalkan Riri
Terlihat ada kecemasan yang mendalam di balik raut wajah Dea yang lugu. Ia pulang ke rumah lebih cepat 10 menit sebelum suami nya datang.
Ibra datang dan langsung membuka pintu karna mengira Dea belum pulang.
"Loh katanya mau pulang telat. Kok sudah ada di rumah?" tanya Ibra heran
Dea melihat Ibra dengan tatapan penuh harap, matanya yang sudah berkaca-kaca membuat Ibra merasa cemas. Ibra menghampiri Dea dan langsung memeluknya erat
"Mas tahu, pasti teman-teman mu meledekmu ya de?.. Sabar ya de Tuhan tahu yang terbaik buat kita" tutur Ibra sambil mengelus rambut Dea dengan lembut
Dea menggelengkan kepalanya "Bukan mas, bukan karna itu" ungkap Dea pelan
"Lalu kenapa?" Ibra semakin penasaran
"Mas pernah berjanji padaku, kalau mas akan melakukan apapun yang aku minta kan mas?" tanya Dea sambil mendongakan kepalanya pada suami nya yang tinggi
"Iya mas tahu. Kamu mau apa emang nya de?.." tanya Ibra seraya memegang pipi istrinya manja
Dea memeluk suami nya dengan erat, sangat erat
"Mas" panggil Dea
"Iya kenapa de?" ucap Ibra
"Aku ingin punya anak mas" cetus Dea memecah suasana
"Allah belum memberikan kita kepercayaan, suatu saat pasti kita bakalan di lasih kepercayaan sama Allah" tutur Ibra menasehati
"Hemm,, mas mau kan menikah lagi?" celetuk Dea
Ibrahim melepaskan pelukan nya dari Dea dan mulai menatap istrinya dengan tatapan yang membingungkan. Dea yang sedari tadi menunduk tak berani mengangkat kepalanya melihat suami nya.
"Sayang" panggil Ibra
"Iya mas" jawab Dea dengan lemas
"Lihat mas sayang, apa kamu sudah tidak mencintai mas lagi de?.. Mas tidak mungkin menikahi perempuan lain de. Kamu yang mas pilih, bagaimana pun kamu, mas tetap tidak akan menghianati janji suci kita sayang" ungkap Ibra penuh arti
"Tapi mas, mas sudah berjanji untuk melakukan apapun yang aku minta kan?" pungkas Dea
"Iya mas tahu de, tapi"
"Ini nomor perempuan yang akan mas nikahi, dia perempuan yang akan menyewakan rahim nya untuk kita mas, aku mohon mas. Hanya sampai dia melahirkan anak kita mas" pinta Dea memohon sambil menunduk sujud di hadapan suaminya.
Dea menangis sesenggukan "Aku mohon maaaaas" pinta Dea
Ibra mengangkat Dea dan kembali memeluknya dengan erat. Ibra merasakan sakit hati yang di rasakan istrinya begitu dalam sampai-sampai dia berlaku seperti ini.
"Oke mas akan mencoba nya de. Demi kamu, jangan pernah pergi meninggalkan mas" pinta Ibra pada Dea
Dea tersenyum pada Ibra namun merasakan sesak yang begitu dahsyat "Apakah ini adalah hal yang tepat untuk memecah permasalahan di dalam rumah tanggaku tuhaaaaaan?" batin Dea menjerit
"Apa yang harus aku lakukan de?" tanya Ibra memecah lamunan Dea
Dea mengambil ponsel nya dan menuliskan nomor di layar telpon ponsel suaminya.
"Ini mas telpon dia, dan ajak dia bertemu untuk makan malam di rumah kita" Dea meminta pada suaminya
"Baiklah de ini demi kamu" ungkap Ibra menatap Dea penuh kekecewaan
Dea menundukkan pandangannya dan pergi ke dalam kamar dan mengunci pintu. Ia menangis sesenggukan di tutupi bantal supaya tidak terdengar suaminya.
Di sisi lain Ibra menelpon perempuan yang di maksud Dea. Dengan perasaan yang di penuhi rasa bersalah dan kecewa. Ibra memberanikan diri untuk berbicara.
"Hallo" sahut Riri
"Iya hallo, ini saya suami dari Dea. Orang yang bertemu denganmu tadi siang
Suami Ibrahim seakan membuat Riri berhenti berbicara dan diam seperti patung.
"Besok datanglah ke rumah kami untuk makan malam bersama" tutur Ibra pada perempuan di balik telpon
"I i iya, baik" Riri gelagapan
"Tunggu dulu, suara mu seperti tidak asing di telingaku. Apa kamu mengenali suara ku?" tanya Ibra penasaran.
"Terlalu banyak laki-laki yang suaranya seperti bapak. Jadi mungkin ini bukan kali pertama saya menerima telpon dari laki-laki" ungkap Riri berusaha sadar dan tidak terbawa suasana
Riri menutup telpon
"Mas Aim, apa itu kamu?" gumam Riri dalam hati
???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Soraya
permisi numpang duduk dl ya kak
2023-12-18
2
Novita Sari
Tinggalkan komentar ya, sebagai bentuk dukungan untuk Author 🥰
2023-12-13
2