Hari sudah mulai petang, Dea dan suaminya sedang bersiap-siap menerima tamu special nya. Alangkah hancurnya perasaan Dea, Dea merasa hatinya di pukul keras oleh kenyataan. Namun tak ada jalan lain selain menuruti keinginan nya selama ini.
Ibra melihat ke arah Dea dengan tatapan sedih, kecewa dan bingung. Entah apa yang di rasakan Dea setelah mempertemukan Riri si perempuan yang akan di sewa olehnya dan suaminya
"De apa kamu baik-baik saja?" tanya Ibra khawatir
"Ya tentu mas, aku baik-baik saja!!.. Bagaimana dengan mas? Mas sudah siap bukan?" ungkap Dea tersenyum menyembunyikan kesedihannya
"Jika kamu bahagia dengan keputusan yang kamu ambil, mas juga akan berusaha seperti itu" tutur Ibra tersenyum tipis
Mereka saling menatap satu sama lain, menyembunyikan segala expresi yang tak bisa di pungkiri bahwa waktu 10 tahun bukan waktu yang sebentar untuk saling memahami. Dea dan Ibra saling berpegangan tangan dan sejenak melepaskannya setelah suara ketukan pintu yang memecah suasana
Tok tok tok.. "Permisiiiiiii"
Kedua bola mata mereka saling bertemu, saling memangdang dan bergegas pergi ke pintu depan untuk menyambut nya.
Krekkk..
Riri melihat dengan jelas laki-laki yang dulu pernah ia suka di jaman SMA, namun ia tak pernah menunjukkan perasaannya. Sampai ia bertemu dengan laki-laki sakit yang terus menyiksa nya sampai babak belur.
"Silahkan masuk" ajak Dea
Dea memapah Riri untuk masuk dan berjalan menuju meja makan dengan perasaannya yang tidak karuan
"Silahkan duduk mbak Riri, mas" ajak Dea pada Riri dan suaminya
Mereka berdua duduk dan mulai membicarakan inti dari pertemuan yang mereka rencanakan.
"Menikahlah tanpa ketahuan siapa pun, dan tinggal lah bersama kami disini. Sampai kamu benar-benar hamil dan melahirkan" ucap Dea dengan tegas, namun suaranya tak mampu menahan badannya yang gemetar menahan kesedihannya
"Bagaimana dengan biaya sewa nya?.. Apa kamu setuju dengan nominal yang aku sebutkan kemarin?" tanya Riri mengintrogasi
"Ya aku setuju, kamu tidak perlu khawatir dengan biaya sewa nya. Aku rasa uang segitu tidak sebanding dengan hadirnya seorang bayi di rumahku" ungkap Dea menatap kosong pada sudut jendela
"De? Kamu?" tanya Ibra merasa khawatir
"Ya baiklah aku akan tinggal disini sementara waktu setelah suami mu menikahiku" ucap Riri dingin "Jadi kapan kita akan memulai rencana nya?" lanjut Riri bertanya
Dea memandang ke arah suaminya
"Mas, kira-kira kapan mas akan menikahinya untukku?.. Sesegera mungkin kalau bisa!!" tanya Dea
"Biar aku pikir-pikir dulu" jawab Ibra lesu
Ibra berdiri dari kursi dan pergi ke balkon rumah nya untuk menyendiri
"Kalian makan saja berdua, aku akan minum kopi di atas" ucap nya
Sepanjang makan malam, tidak ada yang memulai pembicaraan. Mereka seperti memiliki karakter yang sama, tidak ada yang berani memulai obrolan. Karna pada dasarnya mereka memang tidak saling mengenal.
Selesai makan, Riri hendak bergegas untuk pergi
"Aku akan menelpon mu jika mas Ibra sudah siap menikahimu" tutur Dea
Riri hanya mengernyitkan sudut bibir nya dan pergi.
Dea kembali runtuh, dia terjatuh dan menangis sekencang-kencangnya. Lagi-lagi Dea merasa gagal jadi seorang istri
"Tuhaaaaan, kenapa meski aku yang mengalami ini? Aku benar-benar tidak sanggup. Semua ini tidak adil untukku" batin Dea menjerit
Ibrahim mendengar tangisan Dea dan langsung bergegas turun ke bawah, namun tak kunjung melihat sosok nya.
"De? De?" panggil Ibra
Tak ada jawaban
"Sayaaang? Kamu dimana?"
Ibra berteriak dan terus mencari keberadaan Dea, hingga pandangan nya berhenti di mushola kecil tempat mereka solat. Dea terlihat sedang solat dengan badan yang bergetar seperti menahan tangis. Ibra menunggu Dea selesai solat namun tak kunjung selesai.
Ibra melihat Dea bersujud di rakaat terakhirnya begitu lama, hingga membuat Ibra khawatir
"Apa sesakit itu de? Tolong jangan menyakiti dirimu sendiri" gumam Ibra dalam hati
Dea selesai solat dan Ibra langsung menghampirinya. Memeluk istrinya dengan erat. Terlihat Ibra mengucurkan air mata, dia merasakan sakit yang di rasakan istrinya.
"Apa kamu akan baik-baik saja setelah mas menikahi perempuan itu de? Mas takut kamu lebih sakit dari sebelumnya" tanya Ibra khawatir
Dea menghela nafas panjang "Tidak mas, mungkin ini takdir kita yang harus kita jalani" jelas Dea sambil mengelap air matanya
"Kalau begitu secepatnya mas akan menikahi perempuan tadi. Semakin cepat semakin baik" Ibra memutuskan
Dea tersenyum dan mengangguk bingung, antara sedih, bahagia dan kaget.
"Kalau begitu mas telpon Riri dan bilang kepadanya untuk pergi ke suatu tempat yang jauh dari tempat ini untuk melangsungkan akad" pinta Dea
Suaminya mengangguk mengiakan.
**
Dea dan suami terlihat lebih dulu sampai di sebuah kampung, mereka berjalan ke tempat penghulu yang ada di sana. Setelah menunggu lama akhirnya Riri datang dengan busana yang tidak masuk akal. Dia menggunakan celana dan kaos oblong di sertai jaket kulit yang ketat.
Dea menepuk jidat nya dan langsung menyeret Riri ke dalam mobil
"Aku sudah memprediksinya. Pakailah ini dan melihat ke arahku, aku akan memberikan sedikit riasan di wajahmu. Meskipun ini hanya sementara, tapi jadikan ini seperti nyata di depan mereka" ucap Dea sambil merias wajah Riri
Dea melihat wajah Riri yang sedang dia Rias dengan teliti. Ada rasa sesal di dalam hatinya "Kamu cantik sekali Ri, apakah mas Ibra akan mencintaimu seperti dia mencintaiku. Kamu tanpak mempesona dari dekat" batin Dea
"Ya.. Yaa.. Ya.. Ini inii ya ampuuuuun" teriak Riri kesal
Dea kaget dan tertawa sedikit keras. Alis Riri beda sebelah dan ada keakraban yang terjalin setelah itu.
Mereka turun dari mobil dan berjalan kerumah penghulu. Terlihat pak penghulu dan mas Ibra kebingungan
"Ada apa pak, mas?" tanya Dea menyela
"Gini loh mbak, tidak ada wali dari pihak istri" ucap penghulu
"Begini loh pak, Riri sudah tak memiliki orang tua dan sodara-sodara nya tidak tahu dimana. Dia hidup sebantang kara. Bisakah bapak menjadi wali untuk Riri?" tanya Dea meminta bantuan penghulu
"Bisa mbak, mari kita mulai saja" suruh penghulu
Ibra menjabat tangan penghulu dan melirik kearah Dea.
"De?.." bisik Ibra
Dea tersenyum "Tidak apa-apa mas" dan akad pun berlangsung dengan hidmat. Mereka langsung pulang ke rumah dan mulai mengatur jadwal. Jadwal yang harus mas Ibra penuhi
"Bagaimana sekarang? Apa yang harus mas lakukan de?" tanya Ibra bingung
"Pergilah ke dokter untuk memeriksa Riri, pastikan Riri sehat tidak ada yang harus di bersihkan" pinta Dea
Riri melihat Dea sedikit kesal "Sssst, aku sehat. Biarpun aku kerja begini, tapi aku selalu menjaga dan merawat nya dengan baik dan benar" ucap Riri berteriak
Dea menutup mulutnya iseng "Oopst maaf"
"Pergilah sekarang, sebelum antrian nya membludah" lanjut Dea
Mereka berdua pergi dan Dea mengurus tiket bulan madu untuk mereka.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Soraya
bingung mau komen apa lanjut👍
2023-12-18
1
Novita Sari
Tinggalkan komentar ya, sebagai bentuk dukungan untuk Author 🥰 Terima kasih 🙏
2023-12-13
2