Chapter 3

"Sen, hari ini aku akan kesana bersama istri" tulis Ibra di watsapp Sensen dokter bagian kelamin yang di kenalnya.

"Ya cepatlah, karna sebentar lagi aku akan pergi. Hari ini aku tidak akan lama" jawab Sensen

Beberapa menit kemudian Ibra dan Riri sampai di Rumah Sakit. Mereka berjalan menuju ruangan dokter kelamin, sontak saja Sensen merasa kaget karna istri yang di maksud bukan perempuan yang sering Ibrahim bawa kemari.

Mata Sensen masih terbelalak kaget, Ibra segera menghampirinya dan berbisik

"Dia seorang janda, aku menikahi nya karna permintaan Dea. Tolong periksa apakah dia sehat atau tidak?!" pinta Ibra pelan-pelan

Sensen hanya mengangguk mengiakan, namun otaknya menyimpan bejibun pertanyaan yang belum terlontarkan. Terlihat Riri sedang berjalan-jalan melihat-lihat sekeliling

"Mbak?" panggil Sensen pada Riri

"Iya dok" sahut Riri bergegas

"Kenalkan ini dokter Sensen, aku sering datang kemari bersama Dea" ucap Ibra mengenalkan dokter Sensen pada Riri

"Hallo pak, saya Riri istrinya mas Ibra" tutur Riri dingin

"Silahkan berbaring di sini, saya akan mengambil alat nya terlebih dulu. Mbak relaks saja dulu" pinta dokter

Riri mengangguk "Apa yang mesti di periksa? Hemmh" gumam Riri dalam hati

Dokter kembali dan memeriksa Riri dengan teliti, dokter Sensen memberikan sedikit cairan di area kelamin Riri, sesaat setelah memasukkan alat pendeteksi Riri menjerit kesakitan

"Aww, apa yang kamu lakukan dok?" teriak Riri

Ibrahim langsung memegang tangan Riri dan Dr. Sensen pun sempat merasa kaget dengan hasilnya namun tak berani menanyakannya, hanya menatap dengan teliti pada Ibrahim seperti ingin mengintrogasi lalu memutuskan untuk berbicara langsung pada Ibra.

"Sudah mbak, silahkan duduk"

"Bapak Ibrahim?" lanjit dokter memanggil Ibra

"Iya dok" sahut Ibra

"Bisa berbicara sebentar? Ada yang mesti saya bicarakan dengan bapak" pinta dokter

Riri dan Ibra merasa sangat resah, hingga kedua bola mata mereka bertemu tak sengaja. Sontak saja mereka langsung berdiri dari kursi

"Ada apa dok?" tanya Ibra dan Riri serentak

Dokter menggeleng-geleng dan menepuk kepalanya.

"Tidak ada yang serius, saya hanya perlu membicarakannya dengan bapak" tutur dokter tersenyum berat

Riri keluar dari ruangan dan menunggu Ibra di depan ruang tunggu. "Ada apa ini? Apa yang terjadi padaku? Apa mungkin aku terkenaaa" gumam Riri "Aahh tidak mungkin" lanjut Riri menepis lamunannya

Di dalam ruangan Sensen tertawa mengejek Ibra

"Kamu ingin mengibuliku Im?" tanya Sensen mengejek

"Maksud nya apa ya Sen" Ibra merasa bingung "Apa dia sakit?"

"Tak, bukan itu. Ada yang lebih membuatku bingung" ucap Sensen

"Ya, apa? Cepatlah jangan membuatku gelisah" Ibra sedikit membentak

"Kamu bilang dia janda kan?.. Tapi aku pastikan dia masih perawan" jelas Sensen yakin

"Jangan gila Sen, dia janda dan diaaa" Ibra menutup mulut nya hampir keceplosan "Sudahlah biar aku tanyakan langsung padanya nanti" lanjut Ibra sambil berlalu.

Mereka pergi ke mobil dan pulang. Di perjalanan Ibra mencoba memberanikan diri untuk bertanya

"Em mbak Riri?" panggil Ibra gelagap

"Riri aja mas gak usah pake mbak" ledek Riri

"Oke Riri. Em, saya mau bertanya mengenai hasil pemeriksaan tadi" ucap Ibra hati-hati

Tanpa ragu Riri memegang tangan Ibra namun Ibra melepaskan nya perlahan karna masih tidak terbiasa

"Em oke maaf, gimana hasilnya mas? Apa ada sesuatu padaku?" tanya Riri penasaran

"Kamu bilang, kamu seorang janda. Tapi dokter bilang kemungkinan besar kamu masih perawan!! Maksudnya gimana? Apa kamu mengoprasi bagian itu kamu?.. Maaf saya lancang, saya tidak bermaksud seperti itu"  ungkap Ibra menjelaskan dengan wajah menunduk malu

"Yaaa, memang benar. Sepanjang menikah dengan pria sakit itu aku tidak pernah berhubungan sekalipun, hubungan kami hanya bertahan selama sebulan. Aku tidak sanggup hidup bersama nya, dan kamu akan tahu jawabannya nanti mas. Banyak luka di badan ku yang berbekas setelah di aniayaya oleh nya" jelas Riri sambil merogoh tas jinjing nya mengambil sebatang rokok

Ibra tak menghentikannya, hanya melihat Riri yang seperti prustasi.

"Lantas untuk apa kamu bekerja di biro jasa ini? Dan ahh aku tidak mengerti" tanya Ibra semakin penasaran

"Aku ikut kerja di perusahaan ilegal ini karna ingin melunasi hutang-hutang yang di tinggalkan orang tua ku dulu, makannya aku iseng nempel kertas di tihang listrik. Lumayan uang sewa nya bisa buat ngelunasin hutang-hutang orangtua ku" Riri menjelaskan dengan santai.

Sesaat setelah Riri hendak mengambil korek untuk menyalakan rokok nya, Ibra menyuruh Riri untuk keluar dari mobil

"Merokok di luar, Dea tidak suka bau rokok. Dia akan memarahiku nanti jika tercium bau rokok di mobilku" gurau Ibra

Riri menaruh kembali rokok dan korek nya ke dalam tas "Tidak jadi mas, ayo kita pulang saja aku ingin istirahat di rumahmu yang mewah" ucap Riri cengengesan

Di sisi lain, Dea sedang mencari tiket bulan madu untuk mereka selama satu minggu. Hatinya teriris, sakit dan terluka. Namun tidak ada cara lain selain berusaha kuat.

"Akan lebih sakit jika mereka melakukan nya di rumah ini, aku harus kuat untuk tujuanku dan mas Ibra. Dan untuk menghindari omongan tetangga juga" ucap Dea berusaha menguatkan diri

Dea sudah mendapatkan tiketnya. Mas Ibra dan Riri tiba di rumah. Tetangga melihat dari luar seperti mencurigai sesuatu, aku segera keluar untuk menyambut mereka. Dea berpura-pura memanggil Riri sebagai adik nya

"Adiiiik, kamu sudah kembali ternyata. Terimakasih ya mas sudah menjemput adikku" teriak Dea supaya di dengar tetangga nya

"Ooh adiknya ternyata, kirain istri baru karna tidak bisa punya momongan" ledek bu Bojo tetangga julid

Dea yang mendengar ledekan bu Bojo langsung termenung dan masuk ke dalam rumah. Ibra langsung menuju ke kamar nya dan memanggil Dea. Dea menyuruh Riri untuk beristirahat di kamar tamu lalu menghampiri Ibra cepat

"Iya mas kenapa?" tanya Dea pasrah

Ibra mengangkat kedua lengannya hendak memeluk Dea. Belum di peluk Dea sudah banjir air mata dan menghampiri suaminya.

"De apa kamu tidak apa-apa?.. Mas takut kamu kenapa-napa de" tanya Ibra cemas

Dea menggeleng kan kepalanya "Tidak mas, aku tidak baik-baik saja. Aku sangat sakit hati mendengar nya tadi. Apa aku memang di takdirkan tidak memiliki keturunan mas?" ungkap Dea berurai air mata

Rasa sesak di dadanya membuat Dea semakin bulat dengan keputusannya menyewa rahim Riri. "Sebentar mas aku mau mengambil ponsel ku dulu. Mas bersiap ya mas kita akan liburan bertiga ke suatu tempat" ucap Dea tersenyum dan berlalu.

Dea masuk ke kamar Riri dan menyuruhnya untuk bersiap, dan Riri hanya mengangguk saja. Setelah bersiap mereka masuk ke dalam mobil dan pergi ke bandara.

Setelah sampai di bandara "Sampai sini saja mas" ucap Dea dingin dan tersenyum melambaikan tangan ke arah Ibra dan Riri

Terpopuler

Comments

Soraya

Soraya

kok q yg sakit hati y

2023-12-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!