Sesaat setelah Dea berbicara Ibra berkata "Maksud kamu apa De?"
Dea menunjukkan tiket pesawat menuju Labuan Bajo, sedangkan tiket Ibra dan Riri adalah tiket pesawat menuju Bali. Dea berlalu meninggalkan suami dan madu nya dengan tangisan di dalam hati nya. Batin nya sungguh sangat tersiksa hingga tak dapat ia tahan air mata berurai begitu saja.
"Sayang?" panggil Ibra
Namun Dea tak berani membalikkan badan dan menunjukkan rasa bersedihnya
"Dea?" teriak Ibra penuh emosi
Lagi-lagi Dea tak menghiraukan seruan suaminya dan tetap berjalan pergi.
Dengan sigap Ibra berlari dan menarik tangan Dea "Dea?.. Apa kamu sengaja membuat aku berada di posisi ini? Jangan membuat aku bingung De" isak Ibra
Dea mengusap air matanya lalu membalikan badannya perlahan. Mata dan hidungnya memerah namun Dea berhasil menyembunyikan kesedihan dengan senyuman manis nya
Dea memegang kembali tangan suaminya "Tidak mas, aku tidak membuat mas bingung. Aku justru ingin membuat keadaan secepatnya pulih dan kembali seperti semula. Dari sini kita akan memulai skenario" tutur Dea dengan tatapan yang tak bisa di tebak
"Skenario apa De? Aku tidak mengerti" tanya Ibra bingung
"Kita akan pulang bersamaan, sesaat setelah Riri di nyatakan positif. Aku tidak tahu akan butuh waktu berapa lama. Aku harap tidak akan lama, karna aku juga tidak ingin berpisah lama-lama dari mu mas ku" ungkap Dea menggoda
"Tapi De, apa tidak bisa kita pergi bersama?" keluh Ibra menahan tangis
Dea tersenyum dan membulatkan matanya "Haaaah,,, tidak mungkin mas, aku tidak akan kuat jika harus menginap bersama mas dan Riri. Semua nya tidak akan berjalan sesuai rencana, yang ada aku akan mengganggu dan menggagalkan rencana yang sudah di rancang" jelas Dea "Jangan lama-lama ya mas, cepat hubungi aku jika semuanya sudah berjalan sesuai rencana" lanjut Dea
Dea perlahan melepaskan pegangan erat suaminya, memeluk lalu pergi dan melambaikan tangan "Riri jaga dia baik-baik" teriak Dea pada Riri sambil mengedipkan sebelah matanya
Riri hanya tersenyum pasrah melihat adegan film bioskop di depan nya dan tersenyum seperti mengejek. Riri menarik lengan Ibra mengajak nya bergegas karna pesawat menuju Bali akan segera berangkat
"Ayok mas, sebentar lagi pesawat akan berangkat" ajak Riri sambil menarik keras tangan Ibra.
Ibra hanya menurut dan pergi dengan wajah mengkhawatirkan.
**
Sampai di Bali mereka langsung pergi ke hotel yang terdapat pemandangan indah di balik jendela, kolam renang yang luas dan suasana yang mendukung untuk berbulan madu.
Riri duduk santai di atas kursi dekat kolam renang dengan bikini yang sangat ketat bahkan mungkin jika talinya putus tidak akan ada yang selamat dari tatapan pria nakal, penampilannya saat ini membuat orang yang lewat terpana dengan kecantikan dan lekuk tubuhnya yang semampai. Tidak nyaman dengan situasi itu, Riri memanggil Ibra dan menggandeng lengannya. Mengajak nya duduk bersebelahan dengannya.
Tanpa melihat Lekuk tubuh Riri Ibra mengambil handuk dan menutupi tubuhnya "Jangan memperdagangkan aurat mu, bagaimana pun sekarang kamu adalah istriku. Meskipun hanya sebatas kontrak tapi secara agama kamu adalah istri sah ku"
Riri tercengang dengan laki-laki di hadapannya, sampai merasa terharu dan terpikat pada Ibra yang memiliki rasa tanggung jawab.
"Terimakasih mas, baru kali ini aku di perlakukan seperti wanita. Mantan suamiku dulu memperlakukan ku seperti sampah" gerutu Riri kesal pada mantan suaminya "Dan lihat ini mas" suruh Riri menunjukan bagian perutnya
"Astagfirullah" sontak Ibra memalingkan wajahnya merasa risih
Riri berdiri dan mendekati Ibra "Kenapa seperti itu mas? Bukankah sekarang aku ini istrimu? Istri sah mu?" bertubi-tubi pertanyaan di layangkan sampai Ibra tak kuat menahannya
Riri menyeret Ibra masuk kedalam kamar dan memulai pertandingan "Jangan khawatir mas, aku hanya melakukan tugasku"
Riri membuka bikini yang hanya seuprit itu di depan Ibra lalu menarik paksa celana Ibra dan mulai memainkan aksi nya.
Selesai melakukan pertandingan sengit, Ibra dan Riri bersimpah keringat. Ibra tertidur pulas karna kelelahan menghadapi gairah yang berlebihan dari Riri, sedangkan Riri langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Dari balik pintu Riri mendengar ponsel Ibra berbunyi namun tak kunjung di angkat lalu Riri bergegas keluar dari kamar mandi,
"Mas, mas ponsel mas berbunyi" Riri membangunkan Ibra
Ibra tidak bergeming sedikitpun dan Riri mengangkat telpon lalu berbicara langsung pada Dea
"Mas?.." panggil Dea dari balik telpon
"Mas Ibra lagi tidur. Aku sudah membangunkan nya tadi. Mungkin dia terlalu kecapean sampai tidak bisa di bangunkan" ucap Riri santai
"Apa mas Ibra baik-baik saja Ri? Apa dia sudah makan?" tanya Dea lembut
"Sudaaah, dia sudah makan dan sudah aku makan haha" simpul Riri merasa puas
"Maksud kamu?" duga Dea
"Yaa aku sudah melakukan tugasku, dan aww ternyata sakit ya dan nikmaaaaaaat hihii" ucap Riri dengan nada mengejek
Belum sempat Riri menutup telpon Ibra mengambil ponsel nya dan berbicara pada Dea
"De, apa kamu sudah sampaai? Apa kamu baik-baik saja? Sudah makan? Makan apa?" Ibra melayangkan beberapa pertanyaan
Dea terdiam merasakan sakit yang tak bisa di ungkapkan rasa sakitnya "Sudah mas, aku baik-baik saja. Mas disitu happy ya jaga kesehatan jangan sampai kecapean" tutur Dea menahan suara yang sudah bergetar.
Dea menutup telpon nya dan mematikan ponsel nya
"Sayang? Dea? De?" panggil Ibra terus menerus
Ibra melihat ke arah Riri dengan tatapan tajam namun tidak marah "Kamu berbicara apa saja tadi sama Dea? Sampai Dea bisa semarah itu?" tuduh Ibra
"Yaa aku hanyaaa membicarakan yang sebenarnya terjadi saja mas, aku tidak melebih-lebihkan" jawab Riri memelas
"Bicara apa?" ulang Ibra
"Aku sudah melakukan tugasku dan sudah memakanmu!! Hanya itu saja kok" jelas Riri dingin
"Aisssh" desis Ibra kesal dan berlalu meninggal kan Riri ke kamar mandi.
Riri mulai kesal dengan sikap Ibra yang tidak adil "Bukankah aku juga istrinya? Kenapa dia pilih kasih? Hemm andaaaai mas Ibra adalah suami ku seorang, aku pasti akan menjadi wanita paling bahagia. Dan Dea pasti dia sangat beruntung.. Hemm aaahh aku sangat iri pada mu Dea" keluh Riri mengomel sendiri.
"Riri?" panggil Ibra
"Sayang mas, bukan Riri" gurau Riri
"Riri tunggu, diam" suruh Ibra
"Ada apa si mas? Iss" Riri kesal
"Apa kamu menduduki saus tadi?" tanya Ibra penasaran sambil melihat belakang celana Riri
"Tidak mas, apa aku berdarah?" tanya Riri kaget "Tunggu sebentar aku akan mengecek kalender di ponselku dulu" lanjut Riri berlari
"Kenapa kamu mengecek kalender, apa bercak merah di kasur ini ada hubungannya dengan ponselmu?" tanya Ibra dengan nada meroket
"Hah" Riri kaget
"Kenapa Ri ada apa dengan kalender di ponsel mu?" tanya Ibra bodoh
Riri melihat Ibra dan menggeleng-geleng kepalanya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments