"Aisshh.. Dasar bodoh" umpat Riri
"Lalu kenapa? Ada apa?" tanya Ibra sambil menggaruk kepala
"Kenapa tuhan menciftakan pria tampan ini bersama kebodohannya?" ejek Riri
"Mungkin ini yang di sebut darah keperawanan" lanjut Riri sambil menata langit-langit kamar
Dan bodohnya Ibra mengikuti Riri melihat keatas langit-langit kamar
"Mas?" teriak Riri memekakan telinga dan membuat Ibra kaget
"Iya?" sahut Ibra tercengang
Riri mendekati Ibra dan menarik kerah bajunya "Kamu sudah menodai ku mas" ucap Riri seraya mendorong Ibra ke atas ranjang.
Riri kembali memulai permainannya. Dia merasakan sesuatu yang tidak pernah ia dapatkan dari suaminya dulu.
"Andai saja aku tahu rasanya seperti ini, mungkin sudah dari dulu aku berkecimpung di Biro Jasa ini. Tapi aku tidak menyesal sedikitpun karna telah memberikan semuanya padamu mas" Riri menggoda Ibra yang sedang merasa kelelahan
Mereka sedang berada dalam zona di mabuk cinta.
Labuan Bajo...
Dea duduk termenung di jendela setelah mendengar celotehan Riri di balik telpon. Dia merasakan hancur sehancur-hancur nya, hatinya remuk seperti kaca yang di jatuhkan dengan sengaja
"Mas, secepat inikah?"
"Aku tahu ini adalah konsekuensi yang harus aku terima"
"Aku harus kuat, demi keluarga kita"
Dea bergelut dengan pikirannya. Air matanya tak bisa lagi ia bendung. Gulungan tisu bertebaran dimana-mana, udara dingin yang menyeruak masuk dari jendela membuat badannya menggigil dan memutuskan untuk masuk lalu naik ke atas kasur, menarik selimut dan melihat ponsel yang mati.
"Biarlah, semoga secepatnya ada kabar baik dari kalian. Aku hanya bisa berdo'a semoga Allah mendengar do'a-do'a ku" tutur Dea
Dea terlelap begitu cepat..
Riri berjalan melewati satu persatu anak tangga dan terpeleset. Ia terpental sangat jauh sehingga mengeluarkan darah dari area selangkangannya. Ibra bergegas membawa Riri ke rumah sakit untuk di periksa.
Dea merasa sangat patah hati dan kecewa. Rasa khawatir yang di tunjukan Ibra sangat jelas terlihat
"Seegois inikah aku?.. Karna kecemburuan ku aku membuat semuanya berantakan, aku membuat Riri dan janin yang di kandungnya dalam bahaya" gumam Dea dalam hati
"Bagaimana jika mas Ibra tahu kalau aku yang sengaja menaruh minyak di atas tangga supaya Riri jatuh? Apa mas Ibra akan membenci ku?"
"Tidak mungkin, tidaaaaaaaak"
Dea terbangun dari tidur nya dengan bersimpah keringat di sekujur tubuh nya. Badannya panas dan menggigil. Dea menangis sesenggukan mengingat mimpi yang baru saja di alami nya.
"Mimpi, ini hanya mimpi. Jangan sampai kejadian ini terjadi, aku tidak boleh egois. Ini adalah keinginan ku, dan mas Ibra hanya menuruti keinginanku. Aku memang sangat egois pada mas Ibra, tidak memikirkan perasaannya" ungkap Dea sedikit berteriak
"Maafkan aku masssss" tangis Dea semakin histeris
Bali..
Di saat Riri sedang beraksi dengan adegan panas nya Ibra menghancurkan imajinasi Riri dengan kasar
"Cukup Ri, berhenti. Aku merasa ada sesuatu yang terjadi pada Dea" suruh Ibra pada Riri untuk berhenti dari permainannya
Riri turun dan mendelekkan mata menunjukkan kebencian. Ibra pergi ke balkon dan berusaha menghubungi Dea beberapa kali namun tak ada jawaban sama sekali.
"De angkaaaaat"
"Jangan membuatku khawatir"
"Apa kamu kenapa-napa?"
Ibra terus berbicara berharap panggilannya di angkat. Riri yang melihat Ibra gelisah sengaja memanas-manasi Ibra
"Gak di angkat mas?" tanya Riri meledek "Mungkin dia sedang bersenang-senang disana mas" lanjut Riri nyinyir
Ibra melihat Riri dengan tatapan marah, matanya membulat seperti ingin melompat dari tempatnya. Riri yang melihat Ibra seperti itu langsung pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajah nya. Riri melihat wajahnya di depan cermin
"Ternyata aku sangat cantik sekarang" ucapnya memuji diri sendiri
"Lihat saja mas, kamu akan aku dapatkan sekarang setelah dulu aku kalah dari Dea. Mungkin kalian tidak akan mengenaliku karna dulu aku sangat jauh berbeda dengan sekarang" umpat Riri
Obsesi yang di miliki Riri sangat kuat, ia akan melakukan cara apapun untuk mendapatkan Ibra. Bahkan jika harus memberikan nyawa sekalipun
Ibra terlihat mondar-mandir kesana kemari. Masih gelisah karna tak mendapat jawaban satupun dari Dea, hingga Ibra merasa putus asa dan duduk di kursi kayu memegang kepala dengan kedua tangannya.
Tenonenet tenonenet.. Ponsel Ibra berbunyi
Ibra melihat ponselnya dan berjingkrak kegirangan seperti anak kecil yang di kasih uang lebih buat jajan. Panggilan masuk dari Dea. Ibra mengangkat nya dn langsung mengajukan beberapa pertanyaan pada Dea
"Sayang kemana saja kamu"
"Apa kamu tidak tahu aku disini gelisah memikirkan kamu?"
"Aku merasakan ada hal yang terjadi sama kamu"
"Kamu baik-baik saja kan?"
Bertubi-tubi pertanyaan di layangkan Ibra
"Aku baik-baim saja mas" jawab Dea dengan suara yang serak
"Kamu, kamu sakit De?" tanya Ibra sambil mengalihkan panggilan ke panggilan video.
Terlihat Dea sedang berbaring di rumah sakit dengan selang infus di lengannya. Ibra melotot kaget dengan apa yang di lihatnya.
"Sejak kapan?.. Kenapa tak menghubungiku?" teriak Ibra kesal
"Aku tidak apa-apa mas, mas jangan khawatir. Mungkin besok atau lusa aku akan pulang lagi ke hotel" ungkap Dea berusaha tegar
"Tidak De kamu tidak baik-baik saja. Tunggu, aku akan memesan tiket dan pergi kesana besok" ucap Ibra tegas
"Jangan mas, bagaimana dengan Riri?" tanya Dea
"Tidak apa-apa. Dia bisa menjaga dirinya sendiri" ungkap Ibra
"Bagaimana pun sekarang Riri adalah istrimu mas, sekarang adalah waktu dimana kamu hanya harus menghabiskan waktu bersama nya" tutur Dea
"Kamu juga istriku De, dan kamu juga tanggung jawabku. Seegois itukah aku de? Harus membiarkan kamu menderita sendirian" tegas Ibra
Dea melihat ke langit-langit rumah sakit dan tidak bisa berbicara lagi
"Beristirahatlah, jangan banyak pikiran"
Di saat Ibra sedang sibuk menelpon dengan Dea, Riri menyelinap dan melihat dompet Ibra yang tergeletak di atas meja. Ia sengaja melihat Ktp Ibra untuk memastikan bahwa benar dia adalah laki-laki yang dulu ia suka. Dan benar saja Ibrahim adalah laki-laki itu.
"Tentu saja itu kamu mas!! Kamu akan menjadi miliki seutuhnya sekarang" batin Riri tertawa
*
Dua hari berlalu dan mas Ibra tak kunjung datang menjenguk Dea yang masih terkujur lemas di Rumah Sakit. Dea masih menunggu Ibra datang namun hatinya selalu berpikir tidak mungkin Ibra datang kesini dan meninggalkan Riri sendirian.
Dea hampir putus asa dan berpikir yang tidak-tidak.
Pintu kamar terbuka dan terlihat seorang perempuan melingkarkan lengannya di lengan suamiku dengan mesra. Ibra datang bersama Riri, perlahan Ibra melepaskan pegangan Riri dari tangannya untuk menjaga perasaan Dea. Namun Dea sudah melihatnya lebih dulu dan membuat suhu badan dan tensi nya naik drastis.
Ibra kaget dan langsung memanggil perawat dengan sigap
"Suster, suster tolong" teriak Ibra meminta bantuan
Seorang perawat segera masuk dan memeriksa Dea
"Suhu badannya kembali naik, dan tensi nya juga sama, kemungkinan bu Dea harus di rawat beberapa hari lagi untuk memastikan keadaannya kembali stabil" jelas Suster memberitahu.
Dea melihat langit langit dan menutup matanya perlahan, dia merasakan lelah, letih, lesu dan hancur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Soraya
kmu yg slh dea nyari penyakit sendiri
2023-12-18
2