NovelToon NovelToon

RAHIM SEWAAN ISTRIKU

Chapter 1

"Datanglah padaku jika kalian membutuhkan rahimku untuk melahirkan seorang anak"

Dea melihat secarik kertas yang menempel di tihang listrik yang ada di tepi jalan. Dia seakan menemukan jalan untuk rumah tangga nya yang di ambang kehancuran. Mertua yang terus menerus menanyakan kesuburanku dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat bumiku goyah dan akan runtuh

"Jadi kapan kamu akan memberikan saya cucu?.. Apa kamu sudah periksa kesuburanmu ke dokter?.. Seharusnya sebelum kamu menikah dengan putraku kamu pergi lah dulu ke dokter untuk memeriksa kesuburanmu itu"

Perkataan itu seakan terngiang-ngiang di benak nya. Tanpa basa-basi lagi Dea langsung mencopot dan membawa secarik kertas itu pergi, lalu menghubungi nomor yang tertera di bawah kertas

"Hallo" sahut seseorang di balik telpon

"Ya hallo saya Dea, bisa bertemu hari ini?" tanya Dea hati-hati

"Saya menemukan kertas yang menempel pada tihang listrik dan mengambilnya." lanjut Dea

"Oh iya-iya boleh. Saya akan sharelock alamat nya via watsapp ya mbak!!" ucap perempuan di balik telpon

Tet tot..

"Pergilah ke lokasi ini. Kita akan bertemu di alun-alun yang sudah tidak terpakai" Ungkap nya lewat pesan watsapp

Dea bergegas pergi menggunakan taxi, lalu memberikan alamat yang akan di tuju

"Ke alamat ini yak pak" ungkap Dea sambil menunjukan lokasi nya.

Ia sangat merasa senang seolah mendapatkan jawaban atas keluh nya selama hampir 10 tahun.

Dea segera menelpon suami nya yang sedang bekerja

"Ya de ada apa?" Tanya Ibra suami Dea

"Mas hari ini aku pulang telat ya?!" pinta Dea pada Ibra

"Memangnya mau kemana de?.." Tanya Ibra penasaran

"Ada janji sama teman mas" ungkap Dea

"Jangan terlalu lama 1 jam lagi mas pulang" tutur Ibra

"Emm telat beberapa menit mungkin mas hehee.. Boleh yaaa?!" Dea memohon

"Oke"

Dea menutup telpon dan hampir sampai pada alamat yang di tuju.

"Pak, pak berhenti. Sepertinya alamat nya disini deh pak. Saya turun di depan ya pak" ungkap Dea

Pak sopir memarkirkan mobil dan berhenti. Dea turun dari mobil dan melihat sekeliling. Ia lihat ada seorang perempuan berambut panjang pirang melambaikan tangan ke arahnya.

Dea menghampiri perempuan itu dan saling berjabat tangan.

"Saya Riri, ini mbak Dea yang tadi menelpon kan?" tanya Riri perempuan berambut pirang

"Oh iya mbak saya Dea" ungkap Dea merasa sungkan

"Tidak perlu merasa sungkan mbak. Langsung aja jadi gimana mbak? Apa rencana mbak ke depannya mengenai hal yang mbak lihat di tulisan yang ada di kertas tadi?" tanya Riri dengan tatapan tajam nya

Dea sempat merasa menyerah namun ia merasa ini kesempatan langka yang bisa ia dapatkan.

"Gini loh mbak"

Bla.. Bla.. Bla...

"Aku akan meminta suami ku menghubungi nomor mbak duluan" tutup Dea seraya meninggalkan Riri

Terlihat ada kecemasan yang mendalam di balik raut wajah Dea yang lugu. Ia pulang ke rumah lebih cepat 10 menit sebelum suami nya datang.

Ibra datang dan langsung membuka pintu karna mengira Dea belum pulang.

"Loh katanya mau pulang telat. Kok sudah ada di rumah?" tanya Ibra heran

Dea melihat Ibra dengan tatapan penuh harap, matanya yang sudah berkaca-kaca membuat Ibra merasa cemas. Ibra menghampiri Dea dan langsung memeluknya erat

"Mas tahu, pasti teman-teman mu meledekmu ya de?.. Sabar ya de Tuhan tahu yang terbaik buat kita" tutur Ibra sambil mengelus rambut Dea dengan lembut

Dea menggelengkan kepalanya "Bukan mas, bukan karna itu"  ungkap Dea pelan

"Lalu kenapa?" Ibra semakin penasaran

"Mas pernah berjanji padaku, kalau mas akan melakukan apapun yang aku minta kan mas?" tanya Dea sambil mendongakan kepalanya pada suami nya yang tinggi

"Iya mas tahu. Kamu mau apa emang nya de?.." tanya Ibra seraya memegang pipi istrinya manja

Dea memeluk suami nya dengan erat, sangat erat

"Mas" panggil Dea

"Iya kenapa de?" ucap Ibra

"Aku ingin punya anak mas" cetus Dea memecah suasana

"Allah belum memberikan kita kepercayaan, suatu saat pasti kita bakalan di lasih kepercayaan sama Allah" tutur Ibra menasehati

"Hemm,, mas mau kan menikah lagi?" celetuk Dea

Ibrahim melepaskan pelukan nya dari Dea dan mulai menatap istrinya dengan tatapan yang membingungkan. Dea yang sedari tadi menunduk tak berani mengangkat kepalanya melihat suami nya.

"Sayang" panggil Ibra

"Iya mas" jawab Dea dengan lemas

"Lihat mas sayang, apa kamu sudah tidak mencintai mas lagi de?.. Mas tidak mungkin menikahi perempuan lain de. Kamu yang mas pilih, bagaimana pun kamu, mas tetap tidak akan menghianati janji suci kita sayang" ungkap Ibra penuh arti

"Tapi mas, mas sudah berjanji untuk melakukan apapun yang aku minta kan?" pungkas Dea

"Iya mas tahu de, tapi"

"Ini nomor perempuan yang akan mas nikahi, dia perempuan yang akan menyewakan rahim nya untuk kita mas, aku mohon mas. Hanya sampai dia melahirkan anak kita mas" pinta Dea memohon sambil menunduk sujud di hadapan suaminya.

Dea menangis sesenggukan "Aku mohon maaaaas" pinta Dea

Ibra mengangkat Dea dan kembali memeluknya dengan erat. Ibra merasakan sakit hati yang di rasakan istrinya begitu dalam sampai-sampai dia berlaku seperti ini.

"Oke mas akan mencoba nya de. Demi kamu, jangan pernah pergi meninggalkan mas" pinta Ibra pada Dea

Dea tersenyum pada Ibra namun merasakan sesak yang begitu dahsyat "Apakah ini adalah hal yang tepat untuk memecah permasalahan di dalam rumah tanggaku tuhaaaaaan?" batin Dea menjerit

"Apa yang harus aku lakukan de?" tanya Ibra memecah lamunan Dea

Dea mengambil ponsel nya dan menuliskan nomor di layar telpon ponsel suaminya.

"Ini mas telpon dia, dan ajak dia bertemu untuk makan malam di rumah kita" Dea meminta pada suaminya

"Baiklah de ini demi kamu" ungkap Ibra menatap Dea penuh kekecewaan

Dea menundukkan pandangannya dan pergi ke dalam kamar dan mengunci pintu. Ia menangis sesenggukan di tutupi bantal supaya tidak terdengar suaminya.

Di sisi lain Ibra menelpon perempuan yang di maksud Dea. Dengan perasaan yang di penuhi rasa bersalah dan kecewa. Ibra memberanikan diri untuk berbicara.

"Hallo" sahut Riri

"Iya hallo, ini saya suami dari Dea. Orang yang bertemu denganmu tadi siang

Suami Ibrahim seakan membuat Riri berhenti berbicara dan diam seperti patung.

"Besok datanglah ke rumah kami untuk makan malam bersama" tutur Ibra pada perempuan di balik telpon

"I i iya, baik" Riri gelagapan

"Tunggu dulu, suara mu seperti tidak asing di telingaku. Apa kamu mengenali suara ku?" tanya Ibra penasaran.

"Terlalu banyak laki-laki yang suaranya seperti bapak. Jadi mungkin ini bukan kali pertama saya menerima telpon dari laki-laki" ungkap Riri berusaha sadar dan tidak terbawa suasana

Riri menutup telpon

"Mas Aim, apa itu kamu?" gumam Riri dalam hati

???

Chapter 2

Hari sudah mulai petang, Dea dan suaminya sedang bersiap-siap menerima tamu special nya. Alangkah hancurnya perasaan Dea, Dea merasa hatinya di pukul keras oleh kenyataan. Namun tak ada jalan lain selain menuruti keinginan nya selama ini.

Ibra melihat ke arah Dea dengan tatapan sedih, kecewa dan bingung. Entah apa yang di rasakan Dea setelah mempertemukan Riri si perempuan yang akan di sewa olehnya dan suaminya

"De apa kamu baik-baik saja?" tanya Ibra khawatir

"Ya tentu mas, aku baik-baik saja!!.. Bagaimana dengan mas? Mas sudah siap bukan?" ungkap Dea tersenyum menyembunyikan kesedihannya

"Jika kamu bahagia dengan keputusan yang kamu ambil, mas juga akan berusaha seperti itu" tutur Ibra tersenyum tipis

Mereka saling menatap satu sama lain, menyembunyikan segala expresi yang tak bisa di pungkiri bahwa waktu 10 tahun bukan waktu yang sebentar untuk saling memahami. Dea dan Ibra saling berpegangan tangan dan sejenak melepaskannya setelah suara ketukan pintu yang memecah suasana

Tok tok tok.. "Permisiiiiiii"

Kedua bola mata mereka saling bertemu, saling memangdang dan bergegas pergi ke pintu depan untuk menyambut nya.

Krekkk..

Riri melihat dengan jelas laki-laki yang dulu pernah ia suka di jaman SMA, namun ia tak pernah menunjukkan perasaannya. Sampai ia bertemu dengan laki-laki sakit yang terus menyiksa nya sampai babak belur.

"Silahkan masuk" ajak Dea

Dea memapah Riri untuk masuk dan berjalan menuju meja makan dengan perasaannya yang tidak karuan

"Silahkan duduk mbak Riri, mas" ajak Dea pada Riri dan suaminya

Mereka berdua duduk dan mulai membicarakan inti dari pertemuan yang mereka rencanakan.

"Menikahlah tanpa ketahuan siapa pun, dan tinggal lah bersama kami disini. Sampai kamu benar-benar hamil dan melahirkan" ucap Dea dengan tegas, namun suaranya tak mampu menahan badannya yang gemetar menahan kesedihannya

"Bagaimana dengan biaya sewa nya?.. Apa kamu setuju dengan nominal yang aku sebutkan kemarin?" tanya Riri mengintrogasi

"Ya aku setuju, kamu tidak perlu khawatir dengan biaya sewa nya. Aku rasa uang segitu tidak sebanding dengan hadirnya seorang bayi di rumahku" ungkap Dea menatap kosong pada sudut jendela

"De? Kamu?" tanya Ibra merasa khawatir

"Ya baiklah aku akan tinggal disini sementara waktu setelah suami mu menikahiku" ucap Riri dingin "Jadi kapan kita akan memulai rencana nya?" lanjut Riri bertanya

Dea memandang ke arah suaminya

"Mas, kira-kira kapan mas akan menikahinya untukku?.. Sesegera mungkin kalau bisa!!" tanya Dea

"Biar aku pikir-pikir dulu" jawab Ibra lesu

Ibra berdiri dari kursi dan pergi ke balkon rumah nya untuk menyendiri

"Kalian makan saja berdua, aku akan minum kopi di atas" ucap nya

Sepanjang makan malam, tidak ada yang memulai pembicaraan. Mereka seperti memiliki karakter yang sama, tidak ada yang berani memulai obrolan. Karna pada dasarnya mereka memang tidak saling mengenal.

Selesai makan, Riri hendak bergegas untuk pergi

"Aku akan menelpon mu jika mas Ibra sudah siap menikahimu" tutur Dea

Riri hanya mengernyitkan sudut bibir nya dan pergi.

Dea kembali runtuh, dia terjatuh dan menangis sekencang-kencangnya. Lagi-lagi Dea merasa gagal jadi seorang istri

"Tuhaaaaan, kenapa meski aku yang mengalami ini? Aku benar-benar tidak sanggup. Semua ini tidak adil untukku"  batin Dea menjerit

Ibrahim mendengar tangisan Dea dan langsung bergegas turun ke bawah, namun tak kunjung melihat sosok nya.

"De? De?" panggil Ibra

Tak ada jawaban

"Sayaaang? Kamu dimana?"

Ibra berteriak dan terus mencari keberadaan Dea, hingga pandangan nya berhenti di mushola kecil tempat mereka solat. Dea terlihat sedang solat dengan badan yang bergetar seperti menahan tangis. Ibra menunggu Dea selesai solat namun tak kunjung selesai.

Ibra melihat Dea bersujud di rakaat terakhirnya begitu lama, hingga membuat Ibra khawatir

"Apa sesakit itu de? Tolong jangan menyakiti dirimu sendiri" gumam Ibra dalam hati

Dea selesai solat dan Ibra langsung menghampirinya. Memeluk istrinya dengan erat. Terlihat Ibra mengucurkan air mata, dia merasakan sakit yang di rasakan istrinya.

"Apa kamu akan baik-baik saja setelah mas menikahi perempuan itu de? Mas takut kamu lebih sakit dari sebelumnya" tanya Ibra khawatir

Dea menghela nafas panjang "Tidak mas, mungkin ini takdir kita yang harus kita jalani" jelas Dea sambil mengelap air matanya

"Kalau begitu secepatnya mas akan menikahi perempuan tadi. Semakin cepat semakin baik" Ibra memutuskan

Dea tersenyum dan mengangguk bingung, antara sedih, bahagia dan kaget.

"Kalau begitu mas telpon Riri dan bilang kepadanya untuk pergi ke suatu tempat yang jauh dari tempat ini untuk melangsungkan akad" pinta Dea

Suaminya mengangguk mengiakan.

**

Dea dan suami terlihat lebih dulu sampai di sebuah kampung, mereka berjalan ke tempat penghulu yang ada di sana. Setelah menunggu lama akhirnya Riri datang dengan busana yang tidak masuk akal. Dia menggunakan celana dan kaos oblong di sertai jaket kulit yang ketat.

Dea menepuk jidat nya dan langsung menyeret Riri ke dalam mobil

"Aku sudah memprediksinya. Pakailah ini dan melihat ke arahku, aku akan memberikan sedikit riasan di wajahmu. Meskipun ini hanya sementara, tapi jadikan ini seperti nyata di depan mereka" ucap Dea sambil merias wajah Riri

Dea melihat wajah Riri yang sedang dia Rias dengan teliti. Ada rasa sesal di dalam hatinya "Kamu cantik sekali Ri, apakah mas Ibra akan mencintaimu seperti dia mencintaiku. Kamu tanpak mempesona dari dekat" batin Dea

"Ya.. Yaa.. Ya.. Ini inii ya ampuuuuun" teriak Riri kesal

Dea kaget dan tertawa sedikit keras. Alis Riri beda sebelah dan ada keakraban yang terjalin setelah itu.

Mereka turun dari mobil dan berjalan kerumah penghulu. Terlihat pak penghulu dan mas Ibra kebingungan

"Ada apa pak, mas?" tanya Dea menyela

"Gini loh mbak, tidak ada wali dari pihak istri" ucap penghulu

"Begini loh pak, Riri sudah tak memiliki orang tua dan sodara-sodara nya tidak tahu dimana. Dia hidup sebantang kara. Bisakah bapak menjadi wali untuk Riri?" tanya Dea meminta bantuan penghulu

"Bisa mbak, mari kita mulai saja" suruh penghulu

Ibra menjabat tangan penghulu dan melirik kearah Dea.

"De?.." bisik Ibra

Dea tersenyum "Tidak apa-apa mas" dan akad pun berlangsung dengan hidmat. Mereka langsung pulang ke rumah dan mulai mengatur jadwal. Jadwal yang harus mas Ibra penuhi

"Bagaimana sekarang? Apa yang harus mas lakukan de?" tanya Ibra bingung

"Pergilah ke dokter untuk memeriksa Riri, pastikan Riri sehat tidak ada yang harus di bersihkan" pinta Dea

Riri melihat Dea sedikit kesal "Sssst, aku sehat. Biarpun aku kerja begini, tapi aku selalu menjaga dan merawat nya dengan baik dan  benar" ucap Riri berteriak

Dea menutup mulutnya iseng "Oopst maaf"

"Pergilah sekarang, sebelum antrian nya membludah" lanjut Dea

Mereka berdua pergi dan Dea mengurus tiket bulan madu untuk mereka.

Bersambung...

Chapter 3

"Sen, hari ini aku akan kesana bersama istri" tulis Ibra di watsapp Sensen dokter bagian kelamin yang di kenalnya.

"Ya cepatlah, karna sebentar lagi aku akan pergi. Hari ini aku tidak akan lama" jawab Sensen

Beberapa menit kemudian Ibra dan Riri sampai di Rumah Sakit. Mereka berjalan menuju ruangan dokter kelamin, sontak saja Sensen merasa kaget karna istri yang di maksud bukan perempuan yang sering Ibrahim bawa kemari.

Mata Sensen masih terbelalak kaget, Ibra segera menghampirinya dan berbisik

"Dia seorang janda, aku menikahi nya karna permintaan Dea. Tolong periksa apakah dia sehat atau tidak?!" pinta Ibra pelan-pelan

Sensen hanya mengangguk mengiakan, namun otaknya menyimpan bejibun pertanyaan yang belum terlontarkan. Terlihat Riri sedang berjalan-jalan melihat-lihat sekeliling

"Mbak?" panggil Sensen pada Riri

"Iya dok" sahut Riri bergegas

"Kenalkan ini dokter Sensen, aku sering datang kemari bersama Dea" ucap Ibra mengenalkan dokter Sensen pada Riri

"Hallo pak, saya Riri istrinya mas Ibra" tutur Riri dingin

"Silahkan berbaring di sini, saya akan mengambil alat nya terlebih dulu. Mbak relaks saja dulu" pinta dokter

Riri mengangguk "Apa yang mesti di periksa? Hemmh" gumam Riri dalam hati

Dokter kembali dan memeriksa Riri dengan teliti, dokter Sensen memberikan sedikit cairan di area kelamin Riri, sesaat setelah memasukkan alat pendeteksi Riri menjerit kesakitan

"Aww, apa yang kamu lakukan dok?" teriak Riri

Ibrahim langsung memegang tangan Riri dan Dr. Sensen pun sempat merasa kaget dengan hasilnya namun tak berani menanyakannya, hanya menatap dengan teliti pada Ibrahim seperti ingin mengintrogasi lalu memutuskan untuk berbicara langsung pada Ibra.

"Sudah mbak, silahkan duduk"

"Bapak Ibrahim?" lanjit dokter memanggil Ibra

"Iya dok" sahut Ibra

"Bisa berbicara sebentar? Ada yang mesti saya bicarakan dengan bapak" pinta dokter

Riri dan Ibra merasa sangat resah, hingga kedua bola mata mereka bertemu tak sengaja. Sontak saja mereka langsung berdiri dari kursi

"Ada apa dok?" tanya Ibra dan Riri serentak

Dokter menggeleng-geleng dan menepuk kepalanya.

"Tidak ada yang serius, saya hanya perlu membicarakannya dengan bapak" tutur dokter tersenyum berat

Riri keluar dari ruangan dan menunggu Ibra di depan ruang tunggu. "Ada apa ini? Apa yang terjadi padaku? Apa mungkin aku terkenaaa" gumam Riri "Aahh tidak mungkin" lanjut Riri menepis lamunannya

Di dalam ruangan Sensen tertawa mengejek Ibra

"Kamu ingin mengibuliku Im?" tanya Sensen mengejek

"Maksud nya apa ya Sen" Ibra merasa bingung "Apa dia sakit?"

"Tak, bukan itu. Ada yang lebih membuatku bingung" ucap Sensen

"Ya, apa? Cepatlah jangan membuatku gelisah" Ibra sedikit membentak

"Kamu bilang dia janda kan?.. Tapi aku pastikan dia masih perawan" jelas Sensen yakin

"Jangan gila Sen, dia janda dan diaaa" Ibra menutup mulut nya hampir keceplosan "Sudahlah biar aku tanyakan langsung padanya nanti" lanjut Ibra sambil berlalu.

Mereka pergi ke mobil dan pulang. Di perjalanan Ibra mencoba memberanikan diri untuk bertanya

"Em mbak Riri?" panggil Ibra gelagap

"Riri aja mas gak usah pake mbak" ledek Riri

"Oke Riri. Em, saya mau bertanya mengenai hasil pemeriksaan tadi" ucap Ibra hati-hati

Tanpa ragu Riri memegang tangan Ibra namun Ibra melepaskan nya perlahan karna masih tidak terbiasa

"Em oke maaf, gimana hasilnya mas? Apa ada sesuatu padaku?" tanya Riri penasaran

"Kamu bilang, kamu seorang janda. Tapi dokter bilang kemungkinan besar kamu masih perawan!! Maksudnya gimana? Apa kamu mengoprasi bagian itu kamu?.. Maaf saya lancang, saya tidak bermaksud seperti itu"  ungkap Ibra menjelaskan dengan wajah menunduk malu

"Yaaa, memang benar. Sepanjang menikah dengan pria sakit itu aku tidak pernah berhubungan sekalipun, hubungan kami hanya bertahan selama sebulan. Aku tidak sanggup hidup bersama nya, dan kamu akan tahu jawabannya nanti mas. Banyak luka di badan ku yang berbekas setelah di aniayaya oleh nya" jelas Riri sambil merogoh tas jinjing nya mengambil sebatang rokok

Ibra tak menghentikannya, hanya melihat Riri yang seperti prustasi.

"Lantas untuk apa kamu bekerja di biro jasa ini? Dan ahh aku tidak mengerti" tanya Ibra semakin penasaran

"Aku ikut kerja di perusahaan ilegal ini karna ingin melunasi hutang-hutang yang di tinggalkan orang tua ku dulu, makannya aku iseng nempel kertas di tihang listrik. Lumayan uang sewa nya bisa buat ngelunasin hutang-hutang orangtua ku" Riri menjelaskan dengan santai.

Sesaat setelah Riri hendak mengambil korek untuk menyalakan rokok nya, Ibra menyuruh Riri untuk keluar dari mobil

"Merokok di luar, Dea tidak suka bau rokok. Dia akan memarahiku nanti jika tercium bau rokok di mobilku" gurau Ibra

Riri menaruh kembali rokok dan korek nya ke dalam tas "Tidak jadi mas, ayo kita pulang saja aku ingin istirahat di rumahmu yang mewah" ucap Riri cengengesan

Di sisi lain, Dea sedang mencari tiket bulan madu untuk mereka selama satu minggu. Hatinya teriris, sakit dan terluka. Namun tidak ada cara lain selain berusaha kuat.

"Akan lebih sakit jika mereka melakukan nya di rumah ini, aku harus kuat untuk tujuanku dan mas Ibra. Dan untuk menghindari omongan tetangga juga" ucap Dea berusaha menguatkan diri

Dea sudah mendapatkan tiketnya. Mas Ibra dan Riri tiba di rumah. Tetangga melihat dari luar seperti mencurigai sesuatu, aku segera keluar untuk menyambut mereka. Dea berpura-pura memanggil Riri sebagai adik nya

"Adiiiik, kamu sudah kembali ternyata. Terimakasih ya mas sudah menjemput adikku" teriak Dea supaya di dengar tetangga nya

"Ooh adiknya ternyata, kirain istri baru karna tidak bisa punya momongan" ledek bu Bojo tetangga julid

Dea yang mendengar ledekan bu Bojo langsung termenung dan masuk ke dalam rumah. Ibra langsung menuju ke kamar nya dan memanggil Dea. Dea menyuruh Riri untuk beristirahat di kamar tamu lalu menghampiri Ibra cepat

"Iya mas kenapa?" tanya Dea pasrah

Ibra mengangkat kedua lengannya hendak memeluk Dea. Belum di peluk Dea sudah banjir air mata dan menghampiri suaminya.

"De apa kamu tidak apa-apa?.. Mas takut kamu kenapa-napa de" tanya Ibra cemas

Dea menggeleng kan kepalanya "Tidak mas, aku tidak baik-baik saja. Aku sangat sakit hati mendengar nya tadi. Apa aku memang di takdirkan tidak memiliki keturunan mas?" ungkap Dea berurai air mata

Rasa sesak di dadanya membuat Dea semakin bulat dengan keputusannya menyewa rahim Riri. "Sebentar mas aku mau mengambil ponsel ku dulu. Mas bersiap ya mas kita akan liburan bertiga ke suatu tempat" ucap Dea tersenyum dan berlalu.

Dea masuk ke kamar Riri dan menyuruhnya untuk bersiap, dan Riri hanya mengangguk saja. Setelah bersiap mereka masuk ke dalam mobil dan pergi ke bandara.

Setelah sampai di bandara "Sampai sini saja mas" ucap Dea dingin dan tersenyum melambaikan tangan ke arah Ibra dan Riri

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!