Dear Kepsek Galak

Dear Kepsek Galak

1. Pekerja keras

"Banyak orang yang bilang kalau uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Aku berusaha menyanggah, karena aku yakin segalanya butuh Allah, bukan uang. Namun apa boleh buat, jiwa-jiwa manusiawi ku tak tertahan untuk mengakui bahwa aku ingin mendapatkan uang"

~Dinda, gadis pejuang rupiah yang membuat seorang Raka jatuh cinta padanya. Raka si Kepsek galak yang mulanya amat galak tiba-tiba jatuh hati pada sosok Dinda yang menyamar sebagai Dina. Dinda dan Dina adalah orang yang sama namun Raka tak menyadari itu.

...****************...

"Maaf pak, saya tidak bisa menjadi guru di sekolah bapak, saya punya mimpi untuk kuliah S2 di luar negeri, oleh karena itu saya harus bekerja keras mencari modal untuk kuliah di luar negeri sembari mencari beasiswa jika ada," ucap Dinda, seorang wanita lulusan terbaik di salah satu universitas terbaik di kota ini.

"Sayang sekali, padahal saya akan membuat gaji kamu 2 kali lipat dari gaji PNS biasanya," tawaran pak Egi seolah semakin menggiurkan. Pak Egi adalah pemilik yayasan sebuah SMA terbaik di kota ini. Meski ia sudah tua, namun ia tau betul bagaimana cara mengembangkan sekolah itu, salah satunya adalah memilih guru yang berprestasi seperti Dinda.

"Astaghfirullah pak...saya tidak tertarik dengan gaji yang bapak tawarkan," tegas Dinda dan berdiri dari kursinya. Ia mengambil ancang-ancang untuk keluar dari ruangan itu.

"Kalau gitu saya tambah bonus kamu setiap satu bualan nya, kurang apa lagi coba, gaji dua kali lipat di tambah bonus lainnya," sambung pak Egi.

Langkah kaki Dinda terhenti di situ. Ia tak kuasa menolak tawaran semenarik itu.

"Sebenarnya saya masih agak ragu pak, tapi ya sudahlah, saya terima,"

Akhirnya Dinda sah menjadi guru di SMA itu.

**

"Shodaqallohul'azim..." suara usai mengaji terdengar dari dalam rumah Dinda. Ia baru saja pulang ke rumah dan mendengar suara mengaji saat ia tiba di pintu.

"Assalamualaikum.." ucap Dinda sembari membuka pintu.

"Waalaikumussalam.." jawab ibu dan adiknya serentak.

"Udah pulang nak, gimana.. beasiswa S2 nya ada?" tanya ibu menatap putrinya.

Dinda tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. "Nggak Bu, kuliah S2 itu bisa nanti Bu, sekarang Dinda mau fokus kerja dulu, Dinda di terima jadi guru di SMA B," balas Dinda menatap wajah sang ibu yang kian menua. Kini Dinda hanya memiliki ibu dan adik laki-lakinya.

"Kak..aku kayaknya SMP di dekat sini aja deh, biar biayanya terjangkau," kata Andika, adik Dinda yang baru saja lulus SD.

"Jangan dong Dika, Kakak tuh udah kerja, jadi kamu boleh sekolah di pesantren terbaik, kan katanya cita-citanya mau jadi ustadz, siapa tau nanti bisa dapat beasiswa ke Mesir," balas Dinda mengelus kepala adik kesayangannya.

"Tapi kak..aku tau kok, biaya sekolah di sana mahal kak,"

"Dika jangan mikirin ke sana ya, tugas Dika itu belajar, urusan biaya itu biar kakak aja, udah sana belajar lagi," lanjut Dinda, ia memang seorang kakak yang baik bagi adiknya.

"Iya kak.." Dika pun beranjak ke kamarnya untuk lanjut belajar.

"Din..ibu ragu kalau adikmu sekolah di pesantren terbaik, biayanya dari mana?"

"tenang aja Bu, soal biaya aman kok," ucap Dinda menenangkan hati sang ibu.

***

Di sisi lain, Pak Egi tengah berdebat dengan anaknya yaitu Raka. Ia bermaksud menjadikan Raka kepala sekolah sebagai penerus Almarhum kakak kandung Raka.

"Pa.. Restoran dan kafe yang aku bangun dari nol itu udah mulai maju, aku nggak maulah beralih profesi jadi kepala sekolah," tegas Raka.

"Raka..kamu itu baru lulus S2, apa salahnya kalau kamu meneruskan perjuangan almarhum kakak kamu menjadi kepala sekolah,"

"Tapi pa.."

"Apa kamu lupa dengan permintaan kakak mu sebelum ia meninggal,"

Raka pun mengingat permintaan almarhum kakaknya dulu yang memintanya untuk meneruskan posisinya sebagai kepala sekolah.

"Pokoknya kamu harus jadi kepsek di sana, kalau tidak, kamu papa jodohkan dengan Siti anak pak Somad," tegas pak Egi.

Mendengar nama Siti saja Raka sudah merinding mengingat gigi Siti yang tumbuh maju ke depan.

"Iya..iya..demi kak Putra, aku akan jadi kepsek, tapi aku juga tidak akan meninggalkan bisnis yang aku bangun," itulah keputusan akhir Raka setelah berdebat begitu lama.

***

SMA B. sekolah yayasan milik pak Egi. Kini kepala sekolah telah resmi di ganti menjadi Raka.

Pagi hari yang cerah, secerah hati para siswi di SMA ini. Bagaimana tidak cerah, seorang laki-laki tampan turun dari mobil hitam bak seorang pangeran.

"Siapa dia.."

"OMG..dia artis kah.."

"Mungkin dia pangeran yang terdampar,"

"Ya Allah..ganteng bangat sumpah.."

Para siswi itu di hebohkan dengan kedatangan Raka yang tampak keren. Siapa sangka ia adalah kepala sekolah baru.

Hari Senin, seperti biasa, hari yang di benci pecinta rebahan ini adalah hari dilaksanakannya Upacara bendera.

Usai pelaksanaan upacara bendera, siswa-siswi tak langsung masuk kelas. Masih ada sesi perkenalan kepala sekolah yang baru.

"Perkenalkan ini adalah pak Raka, kepala sekolah kita yang baru," ucap Bu Desi sembari menatap Raka tanpa henti. Bahkan Bu Desi pun terpesona dengan Raka meskipun Bu Desi telah berkeluarga.

Hari ini bak kedatangan artis Korea. Semua siswi meleleh dibuatnya.

"Selain kepala sekolah yang baru, kita juga kedatangan guru baru, dia adalah lulusan terbaik di universitas terbaik, Bu Dinda silahkan maju supaya siswa-siswi kita bisa mengenal ibu," lanjut Bu Desi. Namun Dinda ternyata belum tiba. Untungnya saat ini ia tengah berlari ke depan. Ia baru saja sampai dan langsung berlari ketika mendengar namanya dipanggil.

"Mohon maaf semuanya..saya terlambat karena ada hal mendadak pagi ini," ucap Dinda yang merasa bersalah.

Usai sesi perkenalan itu, semua siswa-siswi kembali ke kelas masing-masing. Begitupun Dinda yang hendak berjalan namun langkahnya terhenti ketika di panggil kepala sekolah.

"Saya sebagai kepala sekolah merasa malu melihat guru seperti anda, saya yang jabatannya tinggi saja bisa datang tepat waktu, tapi anda..anda malah terlambat," Tegas Raka menatap sinis ke arah Dinda.

Dinda mengangkat kepalanya yang tadinya menunduk. Ia memberanikan diri menatap wajah Raka. "Tampan.. maasyaa Allah," Dinda tak sadar telah terpesona dengan ketampanan yang terpancar dari wajah Raka.

"Hello..anda tuli ya?" lanjut Raka.

Ekspresi kagum Dinda berubah menjadi benci ketika melihat kepribadian Raka yang sangat buruk baginya.

"Maaf pak..saya tidak tuli, saya kan sudah jelaskan alasan saya terlambat pak, apa bapak tidak bisa memaklumi itu," tegas Dinda pelan tapi tajam.

Raka malah tersenyum sinis. "Alasan bisa di buat-buat dalam satu detik," ucap Raka dan berjalan pergi begitu saja.

"Dasar kepsek jahat, nggak punya peri kemanusiaan bangat sih," batin Dinda yang sudah terlanjur mendapat kesan tidak baik pada seorang Raka.

Terpopuler

Comments

Mamah Kekey

Mamah Kekey

awal yang bagus

2024-02-13

0

Maryam17

Maryam17

masyaallah ngakak😭

2024-01-22

1

Memyr 67

Memyr 67

𝗺𝗮𝗺𝗽𝗶𝗶𝗶𝗿

2023-12-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!