Dinda memapah Raka hingga keluar dari gedung itu. Akhirnya Raka selamat dari bahaya. Padahal tadinya ia telah berputus asa karena tak mampu untuk berlari keluar.
"Makasih Dina, kalau bukan karena kamu mungkin saya sudah jadi salah satu korban kebakaran ini, saya nggak habis pikir kenapa acara reuni ini malah berakhir seperti ini," ucap Raka yang mencoba berdiri di hadapan Dinda.
Dinda tampak grogi dibuatnya. Wajah tampan Raka membuatnya terkadang lupa dengan sikap buruk Raka sebagai Kepsek. Ia semakin deg-degan ketika berdiri begitu dekat dengan Raka.
"I-iya sama-sama kak Raka, apa perlu kita ke rumah sakit untuk periksa kaki kak Raka?" tanya Dinda seraya memperhatikan Raka.
"Oh nggak perlu, nanti juga sembuh kok," ucap Raka sembari tersenyum menatap Dinda. Meski tak tau wajah aslinya, Raka tampak tertarik karena kebaikan Dinda.
"Kalau gitu saya pulang duluan ya kak, takutnya ibu saya khawatir," Dinda ingin berpamitan untuk pulang lebih dulu, karena bagaimana pun juga ia sudah tak tahan berbohong di depan Raka.
"Tunggu..apa boleh saya lihat wajah kamu, nggak papa kok, saya orangnya kebal, flu tidak akan menular sama saya, saya penasaran dengan wajah kamu, dan saya merasa perlu mengenal wajah kamu agar saya kenal dengan orang yang sudah menolong saya," lanjut Raka yang meminta Dinda untuk membuka maskernya.
Dinda semakin jantungan dibuatnya. Pasti suasananya akan berbeda jika Raka tau bahwa perempuan yang ada di hadapannya adalah Dinda.
Untungnya tiba-tiba Heri muncul. "Raka.. ternyata kamu di sini," panggil Heri dari belakang.
Raka menoleh ke belakang. Dinda mengambil kesempatan ini untuk kabur. Ia berlari kencang dan meninggalkan Raka di sana.
☘️
Akhirnya sampailah Dinda di rumah, ibunya begitu panik karena Dinda pulang sangat larut malam.
"Ibu dengar gedung acara itu kebakaran, tadinya ibu mau kesana untuk menyusul kamu, untungnya kamu datang nak, kamu nggak pa pa kan," tanya ibu sembari memeluk Dinda.
"Alhamdulillah Dinda selamat Bu, ibu jangan khawatir ya, oh ya..ade mana Bu?"
"Dika sudah tidur, kamu juga ganti baju terus istirahat ya, kamu pasti kelelahan," ibu begitu perhatian mengantarkan Dinda hingga ke kamar.
Kini Dinda akan bergegas tidur. Tiba-tiba Hpnya berdering. Ia mengangkat telepon yang ternyata dari Elisa.
"Halo..kamu udah di rumah kan Din?" tanya Elisa di telpon seolah tak terjadi apa-apa.
"Bagus ya..kamu ninggalin aku sendirian, untungnya aku bisa selamat dari pak Neraka itu, pak Neraka lebih bahaya dari api kebakaran!" gerutu Dinda yang amat kesal.
"Maaf..maaf..aku tadi panik dan kebetulan ada tetangga aku yang ngajak pulang bareng, aku kira kamu akan di antar pulang sama Kak Raka,"
"Iya ...mungkin dia akan antar aku kalau aku nggak lari, untung aja aku bisa lari,"
"Hehe..maaf.."
"Udah deh aku mau tidur dulu,"
"Tunggu dulu ada yang mau aku omongin," kata Elisa seolah ingin menyampaikan suatu hal yang penting.
"Jadi kak Raka maksa aku buat kasih nomor telpon kamu, pak Raka barusan nelpon aku, dia tau nomor aku dari kak Heri, jadi gimana, aku kasih aja ya,"
"Jangan!! Kamu gimana sih, pokoknya aku nggak mau lagi berurusan sama Pak Raka," tegas Dinda.
"Tapi din, kalau aku nggak kasih pasti dia akan cari tau terus, gimana kalau dia datang ke rumah aku buat nanya tentang kamu, kayaknya kak Raka tertarik sama kamu," jelas Elisa yang kini menjerumuskan teman sendiri ke jurang berapi.
"Kamu sih..kalau aku nggak datang ke acara itu, pasti nggak akan kayak gini ceritanya," Dinda amat menyesal karena telah menghadiri acara itu. Ia merasa masalah baru telah dimulai.
"Jadi gimana? Di kasih nggak nih?" tanya Elisa lagi.
"Ya udah..kamu kasih nomor baruku aja, aku baru daftar nomor baru di SIM 2, kalau terjadi apa-apa awas kamu ya Lis," dengan terpaksa Dinda memberi nomor telponnya yang baru agar Raka tidak curiga dan tidak mencari tau lebih jauh.
☘️☘️☘️
Sementara itu,
Raka kini telah sampai di kamarnya. Ia masih terbayang-bayang akan sosok perempuan bermata indah yang menyelamatkannya. Ia pun teringat papanya yang akan menjodohkannya jika ia belum ada calonnya.
"Sepertinya aku sudah menemukan perempuan yang tepat, Heri benar, acara itu bisa mengantarkan ku pada jodohku, Dina..meski aku tak melihat wajahmu secara keseluruhan, tapi aura cantikmu sudah terlihat, di tambah dengan kebaikan hatimu," batin Raka yang sedari tadi mengingat momen indah ketika Dina memapahnya keluar gedung.
"et..tapi kok matanya itu... sepertinya aku pernah lihat, mungkin perasaan aku aja kali ya," Raka sepertinya mulai sadar bahwa tampilan mata Dina tak asing baginya. Tatapan mata Dina seperti pernah dilihatnya. Namun Raka menganggap bahwa itu hanya perasaannya saja.
☘️☘️☘️
Pagi hari, Dinda sedang duduk di ruang guru. Ia masih kepikiran dengan kejadian semalam. Ia merasa itu adalah bagian dari musibah karena telah berurusan dengan Raka.
Tiba-tiba Hpnya berdering. Ada telpon dari nomor yang tak dikenal.
"Halo selamat pagi, ini dengan siapa ya?" tanya Dinda di Telpon.
"Pagi..Dina, ini aku Raka,"
Mendengar itu membuat Dinda semakin panik, mengapa si kepsek galak itu menelponnya di pagi hari seolah ingin merubah moodnya. Namun Dinda tetap berusaha menjawab Telpon dengan akal yang jernih.
"Oh kak Raka, ada apa kak?"
"Aku mau berterima kasih atas kejadian semalam, aku mau ngundang kamu makan malam, tapi kamu mungkin nggak akan mau kalau sendirian, jadi kamu boleh bawa teman kamu yang namanya Elisa," permintaan Raka seolah menyeret Dinda untuk berbohong lebih lama.
"Ma-maaf kak, aku..aku..kayaknya aku nggak bisa deh kak, soalnya nanti malam aku ada pengajian," ucap Dinda, ini adalah hal buruk dalam hidup Dinda, ia mulai berbohong dalam ucapannya.
"Maasyaa Allah, kamu sangat religius ya, oke kalau gitu kapan kamu bisa, biar aku bisa menyesuaikan jadwalku,"
"Mampus deh, ini orang maunya apa sih," batin Dinda yang semakin kesal karena Raka yang kukuh untuk mendekatinya.
"Ya udah deh kak, nanti aku kabari ya, assalamualaikum," ucap Dinda dan langsung mematikan Telpon.
Raka di ruang kepsek sudah tersenyum berbunga-bunga karena ia akan segera bertemu kembali dengan sosok gadis impiannya.
"Yes... pokoknya aku harus bisa mendapat Dina, perempuan sebaik itu sudah jarang di zaman ini," ucap Raka yang kegirangan menanti kabar dari Dina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments