Ring..ring..
Dinda mengangkat telepon yang ternyata dari pak Egi. Pak Egi memang sudah kenal dekat dengan Dinda karena Dinda pernah menjadi murid pak Egi ketika pak Egi masih mengajar di SMA. Sehingga Pak Egi tau betul bagaimana baiknya karakter Dinda yang cocok menjadi seorang guru teladan.
"Halo assalamualaikum pak, iya ada apa pak Egi," sapa Dinda di Telpon.
"Begini Din, kamu udah tau kepsek yang baru kan,"
"Oh kepsek yang tinggi itu,"
"Iya..itu anak saya,"
"Hah.." (Kaget)
"Iya..Raka itu putra saya, saya mau minta tolong, tolong kabari saya kalau dia tidak bertanggung jawab dalam jabatannya," pinta pak Egi.
"I-iya pak," jawab Dinda dengan terpaksa. Ia merasa berat hati karena harus memantau kepsek yang membuat ia kesal.
Kali pertamanya Dinda masuk ke dalam kelas, ia memperkenalkan diri pada siswa. Untungnya ia sedang masuk di kelas unggulan sehingga jarang di dapati siswa nakal yang menganggu konsentrasinya.
Hingga usai sudah ia mengajarkan materi.
"Alhamdulillah.. akhirnya lancar juga, tadi aku agak gugup," batin Dinda yang kini berjalan ke arah ruang guru.
Sampailah di ruang guru, kini Dinda bertemu teman baru, yaitu Bu Lina. Usianya tidak beda jauh dari Dinda.
"Bu Dinda, bisa minta tolong nggak," panggil Lina.
"Iya ada apa Bu Lina," balas Dinda
"Tadi jam tangan ku ketinggalan di meja pak kepala sekolah, bisa tolong ambilkan nggak, soalnya aku lagi sibuk buat materi nih,"
"Oh iya bentar ya," Dinda langsung mengiyakan saja tanpa berpikir panjang.
Dinda memasuki ruang kepala sekolah. Ia mengetuk pintu beberapa kali namun tak ada yang menyahut. Pintu ternyata tak di kunci. Dengan memberanikan diri, Dinda masuk dan mengambil jam tangan milik Lina.
Ternyata ada dua jam tangan di meja, keduanya cukup mirip.
"Jam tangannya yang mana ya," Dinda bingung memilihnya.Ia ambil saja jam tangan yang ukurannya lebih kecil.
"Ehem..selain kurang disiplin ternyata kamu pencuri juga ya," ucap Raka yang tiba-tiba muncul. Ia baru saja dari toilet.
Dinda terkejut dan berbalik badan menatap Raka. "Maaf pak, saya tadi di suruh Bu Lina buat ngambil jamnya yang ketinggalan,"
"O iya..emang gini ya adab kamu sama kepsek, masuk ruangan tanpa permisi, kamu tuh lulusan terbaik dari mana sih, sangat tidak mencerminkan seorang lulusan terbaik!" tegas Raka. Ia memang orang yang tegas dan keras dalam prinsip.
"Pak..saya bukan pencuri, lagian kan ada CCTV, saya nggak sebodoh itu pak," balas Dinda menahan rasa kesalnya.
Dinda keluar dari ruang kepsek dengan suasana hati yang tidak baik. Ia amat kesal dengan sikap dingin kepala sekolah itu.
"Kenapa Bu Dinda?" sapa Lina menatap Dinda yang baru tiba di ruang guru.
"Nggak..nggak ada apa-apa kok, oh ya..ini jam kamu," Dinda memberikan jam tangan yang ia bawa pada Lina.
"Kepsek di sini galak ya Bu Lina, masa saya di tuduh mencuri padahal kan cuma mau ngambil jam kamu," ujar Dinda yang mencoba bercerita pada Lina.
"Oh pak Raka,"
"Raka? Namanya Raka ya?" tanya dinda.
"Iya, Namanya Raka,"
"Kenapa nggak sekalian aja namanya Neraka," batin Dinda yang masih saja kesal.
"Aku sih kurang tau soal pak Raka, yang ku tau dia itu tampan," lanjut Bu Lina.
"Kayaknya semua orang cuma memandang wajah tampan tanpa memikirkan kepribadiannya, miris ya, zaman ini memang selalu mementingkan good looking," Batin Dinda yang bertolak belakang penilaiannya dengan Lina.
*******
Malam hari, Pak Egi tengah menonton Berita sembari menyeruput secangkir kopi. Tak lama kemudian Raka Tiba. Ia datang dan duduk di sofa dekat papanya.
"Kenapa pulang semalam ini? Kamu kepsek bukan satpam," pak Egi bersuara.
"Pa..aku udah nurutin kemauan papa, tapi papa juga nggak boleh ngelarang aku untuk terus menjalani bisnis ku, aku pulang semalam ini karena harus memantau kafe sama restoran," tegas Raka yang sudah mengalah dengan kemauan papanya.
"Oke..papa maklum dengan kesibukan kamu, tapi ada satu hal lagi,"
"Apa pa?"
"Berapa usia mu saat ini," tanya pak Egi. Raka sudah menduga pasti akan ada permintaan yang aneh lagi.
"28 pa," jawab Raka singkat.
"Papa menikah di usia 27, masa kamu belum nikah di usia 28 sih, pokoknya dalam waktu sebulan ini kamu harus sudah ada calonnya, dan menikah bulan ini juga, papa akan menyeleksi wanita mana yang pantas untuk kamu," tegas pak Egi.
"Pa..ini perintah apa lagi sih, aku lagi sibuk ngurusin kerjaan pa,"
"Papa ini udah tua, kamu mau tunggu papa mati baru kamu nikah?"
"Tapi pa.."
"Nggak ada tapi tapi, kamu harus menikah bulan ini juga, kalau kamu tidak ada calonnya, papa sudah persiapkan gadis yang baik, tenang aja," tegas pak Egi.
Perasaan Raka semakin campur aduk karena banyaknya permintaan papanya. Ia ingin marah tapi tak tau bagaimana cara meluapkannya.
Raka berjalan menuju kamarnya dan langsung mengunci diri di sana. Perasaannya mulai tidak enak. Ia mengingat wanita wanita yang pernah dijodohkan pak Egi dengannya.
Pertama ia dijodohkan dengan gadis pemalu hingga salah tingkah setiap detik. Gadis kedua yang dijodohkan dengannya adalah gadis yang ramahnya overdosis hingga tak henti mengoceh. Gadis berikutnya adalah gadis ayu yang gerakannya lebih lamban dari siput.
"Pokoknya jangan sampai papa menjodohkan aku dengan wanita-wanita aneh lagi, aku harus cari cara supaya bebas dari ide buruk papa, lagian apa salahnya sih jadi jomblo, tua tua gini aku masih tampan kok," panjang lebar Raka berbicara sendiri di depan kaca. Ia tak tau lagi bagaimana cara menghadapi papanya yang selalu ingin menjodohkan dirinya.
*Keesokan harinya,,
Dinda baru saja akan berangkat bekerja, tepat saat ia membuka pintu rumah, ia dikejutkan dengan kehadiran pak Egi di sana.
"Eh pak Egi, ada apa pak, tumben pagi-pagi begini sudah ada di depan rumah saya," sapa Dinda yang amat penasaran dengan kedatangan pak Egi.
"Ada yang mau saya bicarakan," ucap Pak Egi, ia memang sudah kenal dekat dengan Dinda terutama dengan almarhum ayah dinda.
"Kalau gitu kita ngobrol di dalam aja pak," Dinda mempersilahkan pak Egi masuk.
"Nggak usah..di sini aja, jadi begini Dinda, saya tidak banyak basa-basi, kamu sudah kenal Raka putra saya kan, jadi saya berniat menjodohkan kamu dengan Raka," tegas pak Egi mengejutkan Dinda.
Dinda masih tak habis pikir dengan ucapan pak Egi itu. "Maksud bapak..."
"Dinda..saya terlalu pusing memikirkan jodoh untuk Raka, sudah banyak wanita yang saya perkenalkan padanya, tapi semuanya tidak cocok, saya rasa kamu adalah wanita yang tepat, kamu pintar, cerdas, berakhlak baik, pekerja keras, jadi saya berniat menjodohkan kamu dengan putra saya,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Apriyanti
lanjut thor
2023-12-10
1