Membalaskan Dendam Janda

Membalaskan Dendam Janda

Bab 1

“Kenapa harus lelaki itu? Oma sudah menyiapkan seorang dokter muda sebagai calonmu. Dia mapan, tampan, dan tentunya berasal dari keluarga baik-baik. Masa depanmu lebih terjamin bersamanya.”

Entah sudah berapa kali Amanda membujuk cucunya untuk menikah dengan pilihannya. Namun, selalu saja ditolak.

Evenia Maheswari selalu saja teguh dengan pilihannya untuk bersama dengan lelaki biasa tanpa status sosial, berasal dari keluarga menengah ke bawah dengan pekerjaan yang belum pasti.

Tidak ada yang tahu sesuatu seperti apa yang merasuki otaknya, sehingga dengan mudah menolak semua pria tampan dan mapan pilihan sang oma, Amanda Maheswari.

Eve sendiri sudah terlanjur mencintai seorang lelaki yang memberikannya seulas senyuman manis, ia awalnya tidak percaya adanya cinta pada pandangan pertama. Dan itu semua terpatahkan oleh seorang Andrea Rovalno Harris.

Laki-laki yang memperlakukannya dengan manis, bertutur kata menyenangkan, dan sangat pandai membuat ia tersenyum.

“Eve. Kamu harus sadar, dia tidak akan bisa menghidupimu.”

“Oma, cukup! Oma kira Eve perempuan seperti apa? Eve buka perempuan yang matrealistis dan mengharapkan pangkat seorang lelaki.”

Amanda mendengus, ia terlihat sangat kesal dengan cucu semata wayangnya itu. Namun, Eve tak kalah kesalnya dengan sang oma. Ia tidak terlalu suka dengan sifat omanya yang memaksakan kehendak.

Hidup adalah pilihan. Eve berhak memilih untuk hidup bersama orang yang ia cintai dan mencintainya.

“Baiklah, itu pilihanmu. Maka, silakan angkat kaki dari keluarga Maheswari.” Omanya berucap dingin.

Saat itu juga Eve meninggalkan gelarnya sebagai seorang Maheswari, juga dengan segala kemewahannya.

Apakah ia menyesal? Tentu saja tidak. Kebahagiaan selalu saja tercurahkan pada dirinya. Dan itu semakin bertambah ketika ia menukar janji suci pernikahan bersama Andrea.

Keduanya hidup dalam keadaan sederhana dan seadanya saja, suka dan duka dilalui bersama, jatuh dan bangun menjadi makanan pokok mereka sehari-hari.

Sampai usaha mereka membuahkan hasil, kedua berhasil membangun sebuah perusahaan besar dan bahkan sudah memiliki rumah yang terbilang mewah. Tidak ada masalah berarti yang mereka hadapi, semuanya juga terselesaikan dengan baik.

Ya, sekedarnya tidak ada. Semuanya masih tenang. Namun, ketenangan itu terusik dengan kedatangan ibu mertuanya. Rita Rivalni Harris.

“Duh! Mama gemas banget deh sama Rubby. Pipinya tembem banget, pengen mama cubit.” Rita kembali memutar ulang video di dalam ponselnya yang menampilkan anak perempuan berumur empat tahun tengah berceloteh ria di depan kamera.

Andrea ikut mendekatkan diri pada mamanya untuk mengintip video tersebut, tak terasa bibirnya ikut menyunggingkan senyum. Anak perempuan itu sangat lucu dan menggemaskan. Ia jadi berandai, bagaimana kalau ia memiliki anak, apakah akan selucu itu?

“Anaknya Clarissa ya, Mah?” Andrea kembali pada posisinya, lalu fokus pada layar laptop yang ia pangku. Mereka sedang berada di teras rumah sembari menikmati suasana sore.

“Iya, lucu ‘kan?” tanya Rita menoleh pada anaknya dengan nada memancing, terlihat Andrea mengangguk membenarkan.

“Makanya, kamu cepet punya anak dong. Mama tuh udah nggak sabar pengen punya cucu.” Rita menepuk pelan paha anaknya, bibirnya menyunggingkan senyuman melihat anaknya yang menatap lurus ke depan.

“Mama punya temen, dia punya anak yang masih singg—“

“Mas, tehnya.” Lamunan Andre buyar mendengar suara lembut mengalun di pendengarannya, laki-laki itu tersenyum menatap wanita yang sangat ia cintai.

“Makasih, Sayang.” Andre langsung meraih cangkir teh itu dan menyeruputnya pelan. Rita memalingkan wajahnya dengan bibir yang mencebik, kedatangan Eve menggagalkan rencananya. Memang menantu tidak berguna! Batinnya tidak terucap.

“Sini, Sayang.” Andre menepuk kursi di sebelahnya untuk membiarkan sang istri duduk. Perempuan itu mengangguk dengan mata yang menatap sang ibu mertua.

Eve tentu tahu ibu mertuanya itu tidak menyukainya, dan itu semakin menjadi karena dirinya yang belum bisa memberikan cucu seperti keinginannya.

“Eh, kalian nikah beda beberapa bulan aja ‘kan sama si Clarissa. Tapi dia langsung hamil, terus sekarang lagi hamil anak kembar, subur banget!” katanya, lalu menyeruput teh yang dibawakan Eve. “Sedangkan kalian, satu aja belum punya.”

“Mungkin belum rezeki aku dan Eve aja, Mah. Iya ‘kan, Sayang.” Andre menggenggam tangan Eve.

“Iya, makanya kamu usaha dong. Jadikan itu mungkin. Berapa lama lagi mama harus menunggu, kalian nikah udah hampir lima tahun loh. Mama tunggu sampai kapan lagi? Atau kamu tunggu sampai mama wafat ya!” katanya dengan menekankan akhir kalimat. Ia sudah sangat tidak sabar ingin memiliki cucu, dan pernikahan anaknya dengan Eve tak kunjung dikaruniai anak.

“Ih, mama ngomong apaan sih. Aku dan Eve itu terus berusaha, bahkan kami juga melakukan saran-saran dokter.” Eve mengangguk.

“Aku juga minum kok jamu yang Mama bikin, nggak pernah kelewat.” Jamu yang dibuat oleh Rita untuk membantu kesuburannya selalu ia minum tanpa sedikit pun terlewat pada pagi dan malam. Tak pernah sedikit pun ia mengeluh karena jamu itu yang amat pahit di tenggorokan.

“Percuma juga minum jamu kalau dasarnya memang nggak subur!” dentingan gelas teh dan piring kecil berbunyi nyaring, Rita bangun dari kursinya meninggalkan pasangan suami istri itu.

Jari jemari Andrea yang sedang menari di keyboard laptopnya seketika terhenti, ia sedikit terperanjat oleh kelakuan sang ibu. Lalu matanya beralih pada sang istri yang terlihat terkejut.

Tangan kekar itu mengusap rambut Eve lembut, “Jangan masukin hati ya, Sayang.” Katanya menenangkan. Eve mengangguk kecil, tidak mempermasalahkan. Sedikit tidaknya ia mulai terbiasa dengan sikap ibu dari suaminya.

“Tunggu, ya. Aku nyusul mama dulu.” Andrea menutup laptopnya dan menyusul sang ibu yang tengah mengentakkan kaki ke arah kamar.

“Mah, Mama apa-apaan sih berlaku seperti itu sama Eve.” Kata Andre menghentikan ibunya yang ingin menutup pintu kamar, ia memasuki kamar itu dan berjalan menghampiri ibunya yang tengah duduk dipinggir ranjang.

“Ya memang benar ‘kan istri mu itu tidak subur, atau malah mandul lagi.” Rita bersedekap dada, dagunya terangkan menatap sengit sang anak.

“Mah!” suara Andre meninggi, Rita menatapnya nyalang. “Seharusnya Mama nggak ngomong seperti itu pada Eve, dia juga pengen punya anak, memberikan cucu untuk Mama.” Ia tahu seberapa sakitnya sang istri ketika mamanya membahas soal kesuburan, soal anak. Dan seharusnya sang mama tahu apa yang dialami Eve karena sama-sama perempuan.

“Nyatanya sampai sekarang dia tidak bisa memberikan cucu ‘kan?!” Andre menghela napas. “Sudahlah, mama mau tidur.” Rita menarik selimutnya.

Andre menghela napas tidak mengerti jalan pikiran perempuan yang sudah melahirkannya ini, ia keluar hendak menutup pintu.

“Ndre, tunggu.” Cegat Rita, perempuan paru baya itu meneliti ponselnya dengan seksama. Andre terlihat menunggu diambang pintu.

“Kamu tolong jemput anak teman mama, kasihan dia tidak ada yang jemput di sana.” Kata Rita, Andre menaikkan salah satu alisnya.

“Aku ngg—“

“Jangan nolak, kalau kamu mau mama baik sama Eve.”

“Tapi, Mah—“

“Alamatnya sudah mama kirim di ponselmu.” Kata Rita tidak ingin dibantah. Andrea menghela napas dan pergi dari sana, Rita menaikkan salah satu sudut bibirnya.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ☠ᵏᵋᶜᶟɳҽ♋Ꮶ͢ᮉ᳟

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ☠ᵏᵋᶜᶟɳҽ♋Ꮶ͢ᮉ᳟

haish kenapa nyuruh2 bgtu

2024-01-03

1

Naaila Qaireen

Naaila Qaireen

Selamat datang di karya ketiga ku, semoga suka dan terhibur ya... terima kasih yang sudah mampir❤❤❤

2023-12-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!