Bab 3

Andre menjambak rambutnya frustrasi. Bagaimana tidak, ia telah menghabiskan malam bersama wanita asing yang bahkan namanya tidak ia ketahui. Dasar setan memang, ia telah tergoda dengan wanita ini tadi malam.

“Argh!” teriak Andre tanpa sadar membangunkan wanita yang masih tidur dengan nyenyaknya. Perempuan itu melenguh, atensi Andre tertuju padanya. Tepatnya pada punggung polos tanpa sehelai benang pun, menandakan percintaan satu malam memang terjadi pada keduanya.

Kelopak mata perempuan itu perlahan terbuka, manik matanya menyesuaikan dengan cahaya ruangan. Dan ketika pandangan perempuan itu jelas, ia berjangkit kaget.

“K-kamu siapa?” tanyanya dengan raut takut yang kentara. Satu ranjang, satu selimut dan tanpa mengenakan busana sehelai pun membuat perempuan itu bekerja keras untuk mengingat kejadian kemarin malam.

“Seharusnya saya yang bertanya, kamu siapa?” pertanyaan Andre semakin membuat perempuan itu terdiam. Andre jadi tidak tega sendiri melihatnya, bagaimana pun yang amat salah di sini adalah dirinya.

Ia tergoda. Ah, tepatnya khilaf. Kesadaran dan kewarasannya seolah teraup membuat ia melakukan tindakan tercela itu. Ia seolah menjadi kucing yang tidak bisa menolak ikan segar yang tengah disuguhkan.

“M-maaf, a-aku sepertinya dijebak dengan obat perangsang.” Kata perempuan itu mengeratkan selimutnya, matanya berkaca-kaca dan tinggal menunggu waktu saja beningan itu tumpah. Andre mengusap wajahnya kasar.

“Aku tidak akan meminta pertanggung jawaban, kamu boleh pergi.” Cicit perempuan itu. Andre terdiam cukup lama.

Jujur saja ia tak ingin menduakan sang istri, Eve. Tapi, keadaan ini yang membuatnya melakukan itu. Dan untung saja perempuan ini tidak meminta pertanggung jawaban darinya. Bagaimana pun ini semua adalah kecelakaan, dan tidak mungkin juga benih yang tak sengaja ia lepaskan itu membuahkan hasil.

“Mas,” panggil Eve menyadarkan Andre dari lamunannya. Pria itu terlihat gelagapan dan segera memperbaiki raut wajahnya.

Dari pertanyaan sang istri, Andre tahu ibunya tidak memberitahukan kepergiannya kemari. Tidak masalah, karena itu lebih baik. Ia jadi bisa mencari alasan.

“Maaf, Sayang. Kemarin ada klien yang mendadak ingin melakukan pertemuan. Aku tidak bisa menundanya karena ini merupakan klien penting dan karena itu aku lupa memberitahumu.” Suara Andre semakin merendah di akhir kalimatnya, ia mengedarkan pandangan tidak ingin bertatap dengan sang istri, takut kebohongannya itu terlihat.

Eve mencerna semua jawaban suaminya, ia jadi merasa bersalah karena telah mengganggu suaminya dengan telepon dan pesan yang ia kirim.

“Maaf, aku pasti mengganggu kemarin.” Eve menunduk bersalah, kecemasannya sungguh tidak berarti. Ia telah menyulitkan sang suami.

“Sayang, hei ... kamu sama sekali tidak mengganggu. Pertemuan kami lancar dan semuanya baik-baik saja.” Kini Andre menutup kebohongannya dengan kebohongan yang lain.

Maaf, Eve. Aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, kejadian kemarin di luar kuasaku. Aku sungguh khilaf dan tidak menyangka akan terjadi hal seperti itu. Maaf. Batin Andre tidak terucap.

“Tersenyumlah, aku tidak bisa melihatmu murung seperti ini.” Andre mengusap pipi Eve dengan lembut, Eve menampilkan senyuman manisnya atas perlakuan hangat sang suami.

“Nah, senyum begini lebih cantik.” Puji Andre gemas, senyuman Eve memang tampak manis membuat siapa saja yang melihatnya jadi terpesona oleh perempuan cantik ini.

Dan untung saja Eve adalah perempuan kalem yang tidak gampang memberikan senyuman, membuat Andre tenang karena hanya dia yang bisa menikmati senyum manis nan menawan dari sang istri.

“Sekarang ayo kita sarapan.” Ajak Andre menuruni anak tangga bersama Eve. Di meja makan sudah ada Rita yang duduk bersedekap tangan di sana.

“Akhirnya, Nyonya rumah kita sudah bangun.” Ujar Rita ketus, ia sudah menunggu lama di meja makan untuk menunggu pasutri itu.

“Mah,” tegur Andre, tidak dihiraukan Rita. Perempuan paru baya itu menyantap makanan yang sudah di sediakan.

Eve melayani Andre mengisi piring suaminya dengan nasi dan lauk pauk yang suaminya itu suka.

“Makasih, Sayang.” Ujar Andre dan Eve mulai melakukan hal yang sama pada piringnya.

Andre makan dengan lahapnya seolah sudah bekerja dengan begitu keras, sungguh pemandangan yang baru untuk dua orang lainnya yang berada di meja makan itu. Eve dengan alis tertaut bingung dan Rita yang tersenyum penuh maksud.

Baru beberapa sendok suapan yang Eve masukan, perutnya tiba-tiba bergejolak aneh.

Huek!

Eve menutup mulutnya dengan tangan satunya yang memeluk perut menahan gejolak. Ia bangun dan langsung berlari menuju kamar mandi belakang yang berada di dekat dapur. Di belakangnya diikuti oleh Andre yang tampak khawatir.

Di sana perempuan itu memuntahkan segala makanan yang tak seberapa yang tadi berhasil masuk ke dalam mulutnya. Ulu hatinya terasa nyeri.

Andre memijit pangkal leher sang istri, berharap dapat meredakan mualnya. Eve mencuci mulutnya juga dengan wajahnya yang tampak pucat.

“Sayang, kamu nggak papa?” tanya Andre sangat khawatir. Ia menuntun sang istri untuk keluar dari kamar mandi.

“Nggak, kayanya maag ku kambuh.” Jawab Eve seadanya.

“Kenapa bisa? Kamu lalai lagi makan tepat waktu?” tanya Andre dengan nada tidak sukanya, namun khawatir.

“Kemarin malam aku tunggu kamu agar bisa makan bersama.” Jujur Eve dan langsung membuat suaminya itu semakin merasa bersalah.

“Maaf,” ucapnya yang entah sudah berapa kali, Eve sendiri jadi tidak mengerti permohonan maaf itu untuk apa saja. Ia merasa suaminya tidak melakukan kesalahan.

“Ini kamu cek, hamil atau nggak!” Rita datang dengan membawa beberapa alat tes kehamilan yang berbeda jenis.

Eve dan Andre sontak mengernyit. “Mah,” Andre ingin bertanya. Namun, segera dipotong oleh sang ibu.

“Sudah, nggak ada salahnya untuk cek. Siapa tahu hamil ‘kan.” Kata Rita yang terdengar merendahkan.

“Tapi, Mah—“ Eve tentu saja ragu, apalagi nyeri di ulu hati dan dada bagian bawahnya. Itu sudah jelas membenarkan sakit maag-nya yang kembali kambuh.

“Tidak ada salahnya untuk mencoba ‘kan.” Katanya tersenyum sinis dan tidak bisa di bantah lagi. Eve mengambil alat tes kehamilan itu dengan perasaan ragu dan tangan yang gemetar. Baru tiga minggu kemarin ia mencoba alat tes kehamilan dan masih tidak membuahkan hasil. Dan saat ini, ia kembali merasa pesimis.

“Aku akan mencoba, tapi jangan terlalu berharap.” Cicit Eve di akhir kalimatnya, tidak ingin mereka berharap lebih.

“Sayang.” Andre memegang kedua tangan Eve memberikan kekuatan, seraya mengatakan semuanya akan baik-baik saja, serta tidak masalah apa pun hasilnya nanti.

Eve pun kembali masuk ke dalam kamar mandi dengan perasaan was-was, ia pun mulai melakukan serangkaian tes yang sudah ia hafal di luar kepala.

“Eve. Sayang.” Andre mengetuk pintu beberapa kali, ia semakin khawatir ketika tidak mendapat sahutan dari Eve.

Wanita dalam kamar mandi itu menggigit bibir bawahnya, air matanya luruh begitu saja. Hasilnya sama seperti sesaat ia belum menggunakan alat tes kehamilan itu, tetap satu garis merah.

“Eve, kamu nggak papa ‘kan. Bukan pintunya, apa pun hasilnya aku bisa terima, Sayang.” Andre kembali mengetuk.

Eve menghela napas, menggenggam alas tes kehamilan itu. Ia membuka pintu kamar mandi dan segera Rita menghampirinya.

“Mana?” perempuan paruh baya itu menadah.

Senyum puas terbit di bibirnya. Sudah ia duga perempuan ini memang tidak berguna. Mandul! Tidak bisa memberikannya cucu.

“Sudah mama duga, perempuan yang kamu bawa ini tidak berguna. Sudahlah Ndre, kamu jangan mempertahankan perempuan seperti ini. Apa yang dia bisa berikan kepada kamu selai kekurangannya yang memalukan itu!” kata Rita tanpa mepedulikan perasaan Eve.

Eve menunduk menangis tanpa suara. Sakit, tentu saja. Bahkan ketika memberikan hasil tes kehamilan itu ia seolah sudah memberikan harga dirinya. Andre segera mendekap Eve dalam pelukan.

“Aku bisa seperti ini itu karena Eve, Mah. Dia yang dukung aku, yang bantu aku untuk meraih segala kenyamanan dan kemewahan ini, Mah.” Bahkan itu semua sudah dinikmati oleh Rita sendiri. Evenia sangat berjasa bagi kesuksesan dari seorang Andrea Rovalno Harris.

“Mama tidak mau tahu, kamu itu hanya butuh perempuan subur agar mama bisa mendapatkan cucu yang imut.”

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋

☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋

mertua lucknut

2024-01-03

1

Nazra Rufqa

Nazra Rufqa

ibu mertua bikin jengkel, Andre juga murahan banget jadi laki. Pake kata khilaf!

2023-12-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!