Ting tong ting tong
Suara terindah yang di idam idamkan para siswa. Ya... Suara bel tanda pelajaran usai. Para siswa langsung keluar dari kelas. Ada yang langsung keluar sekolah, ada yang langsung nyamperin pacar atau gebetan.
Alan dengan santai menata buku dan keluar dari kelas untuk langsung pulang. Kedua temannya rea dan ivan sudah menunggu di pintu gerbang.
Mereka harus langsung pulang, karena kalau tidak, mereka akan ketinggalan bis dan harus menunggu bis selanjutnya pada malam hari.
"ahai guys... Ayo balik." Sapa alan pada kedua temannya.
Ivan yang sedang mengobrol dengan gadis adik kelas langsung menoleh ke arah suara. Berpamitan pada gadis itu lalu menyusul alan dan rea yang sudah keluar gerbang.
"Van... Kayanya gadis itu suka sama kamu." Kata rea.
"Yang mana?"
"Adik kelas yang tadi itu." Goda alan.
"Oohh... Masa sih? Darimana kalian tahu? Emang dia pernah bilang ke kalian?"
"Ahh... Sudah lah... Orang lemot mah tidak bisa kepikiran sampai segitu." Cibir rea.
ivan hanya melongo mendengar komentar kedua temannya.
"Apa iya ya? Masa sih dia suka sama aku?" Gumam ivan pelan.
Bis pun sudah datang. Mereka bertiga naik ke bus. Satu jam perjalanan mesti mereka tempuh untuk pulang.
Sesampainya di halte desa mereka bertiga berpisah jalan karena arah rumah mereka berbeda meskipun tidak terlalu jauh.
Alan yang sedang berjalan sendiri ke rumahnya terkejut mendengar suara klakson.
Thiiiin thiiiin....
"Ahhh... Ayah... Darimana? Apa itu yang ayah bawa?"
"Ini ayah baru saja ambil pupuk dan obat bantuan untuk warga desa. Ayo naik, biar cepat sampai rumah. Nanti bantu ayah membagi pupuk dan obat ini." Ajak julian pada alan.
Alan pun naik ke bak belakang dan ikut ayahnya. Alan turun di rumahnya dan julian langsung berangkat ke balai warga untuk membagikan pupuk dan obat.
Selesai berganti baju alan bergegas menyusul ayahnya. Tapi... Sesampainya di balai warga alan terkejut dengan antrian warga yang mengantri pupuk dan obat.
"Apa semua warga datang kesini?" Batin alan.
"Coba kalau pemerintah rutin memberikan bantuan seperti ini. Hasil panen kita bisa lebih baik pastinya."
"Iya... ya... Sayangnya bantuan seperti ini jarang sekali."
Alan yang berjalan menuju ke tempat pembagian samar samar mendengar percakapan antar warga.
Sesampainya di tempat pembagian alan membantu ayahnya dan panitia desa membagikan pupuk ke warga.
Tak terasa malam sudah mulai menyelimuti langit. Alan yang merasakan kelelahan duduk di samping ayahnya yang masih merapikan pencatatan administrasi.
"Capek lan?" Ayahnya membuka percakapan sambil terus menulis catatan administrasi.
"Tidak begitu ayah. Hanya haus saja. Ayah mau minum? Alan ambilkan sekalian?"
"Boleh..."
Alan mengambil 2 botol air kemasan yang tersedia dan kembali ke meja tempat ayahnya.
"Ini ayah diminum dulu." Sambil meletakan air kemasan di atas meja.
"Terima kasih lan..."
"Ayah... kenapa warga tadi begitu antusias mendapatkan bantuan pupuk dan obat? Bukanya tanah desa kita ini subur sekali. Tanpa pupuk dan obat pun tanaman bisa tumbuh dengan suburnya."
Tanah di middlemist memang sangat subur. abahkan saking suburnya, banyak perusahaan pangan internasional yang mengincar tanah di desa middlemist. Kalau tidak karena julian yang terus menolak dan menyemangati warganya untuk tidak menjual tanahnya. Pasti tanah di desa ini sudah di akuisisi oleh perusahaan internasional.
Julian hanya tersenyum mendengar pertanyaan anaknya. "Alan... Masih banyak hal hal yang mesti kamu pelajari. Tanah di desa ini memang subur. Tapi tanah juga perlu di rawat, agar kesuburan tanahnya bisa tetap terjaga. Na... Salah satunya dengan pupuk dan obat obatan."
"Ooooo..." Alan hanya mengangguk.
"Sebenarnya ayah merasa prihatin dengan warga desa ini. Kalau saja warga desa disini bisa mendapatkan pembelajaran tentang tekhnologi pertanian. Tentunya warga desa ini tidak akan selalu mengandalkan bantuan dari pemerintah untuk merawat tanah mereka." Lanjut julian.
"Tekhnologi pertanian? Apa itu ayah?"
Julian tersenyum kembali. "Pertanian yang kamu tahu barulah tanam, rawat, panen. Sebenarnya ada banyak sekali metode metode canggih dalam pertanian. Hanya saja butuh usaha dan dana yang besar untuk memulainya."
"Apakah sesulit itu ayah?"
Alan semakin penasaran dengan perkataan ayahnya.
"Ayah tidak bisa memberitahumu alan. Karena pengetahuan ayah juga sangat terbatas soal pertanian. Ayah hanya tahu tentang tanah. Masalah pertanian itu lebih komplek lagi dari pada tanah, karena melibatkan semua unsur yang ada di dunia." Tambah julian.
Alan terdiam terpaku. Baginya selama ini ayahnya tahu akan segala hal tentang pertanian. Karena ayahnya sering mengadakan pembelajaran ke warga warga tentang metode bertani. Tapi ayahnya berkata tidak bisa mengajari soal tekhnologi pertanian. Hal ini membuat alan semakin penasaran tentang tekhnologi pertanian.
"Ayah? Bisa kah aku mendapatkan pelajaran tentang tekhnologi pertanian?" Alan merasa tergugah minatnya karena penjelasan penjelasan ayahnya.
"Bisa... Tapi ayahmu ini tidak bisa mengajarkanya."
"Lalu dimana ayah?"
"Universitas!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
arfan
515
2021-10-23
0
Isaiah
pak jul sang kepala desa
2020-11-26
1
Izur
ceritanya bagus
2020-11-01
0