6 bulan kemudian
Di lembah pinggir desa middlemist Alan, Ivan, dan Rea sedang membagi tugas satu sama lain.
"Ivan... Kamu ikut aku, kita cari kelinci. Rea, kamu kumpulkan buah buahan dan bikin api unggun." Alan memberikan instruksi kepada kedua temanya.
Rea langsung pergi ke pinggir sungai untuk mengumpulkan buah buahan. Sedangkan ivan dan alan langsung masuk ke hutan untuk berburu kelinci. Alan membawa busur panah dan pisau sedangkan ivan membawa jaring dan golok.
"Sssttt... Jangan bergerak!" Cegah alan.
Ivan langsung diam mematung, instruksi dari Alan pasti bukan tanpa alasan. karena Ivan tau betul kalau Alan sangat handal dalam berburu.
"Apa kah ada buruan di sekitar sini?" Bisik Ivan.
"Bukan... Lihatlah... Jejak kaki serigala. kalau dilihat dari jejaknya mereka belum jauh, berjumlah 3 ekor." jawab Alan pelan.
Ivan langsung merinding, walaupun serigala cuma 3 ekor. tapi kini dia cuma berdua dengan Alan. Dari jumlah sudah jelas kalah.
"Kita naik ke pohon itu. Menghindari kalau serigala serigala itu kembali lagi."
Ivan mengangguk dan dengan segera memanjat pohon di dekatnya.
Benar saja, dari atas pohon bisa terlihat ada 3 serigala sedang memangsa seekor kelinci sekitar 200an meter dari mereka.
"Nyaris saja... Kalau saja kita tadi terus berjalan maju kita pasti bisa di serang serigala serigala itu." bisik Ivan.
Alan hanya mengangguk, dia sedang sibuk mengambil daun daun dari pohon. melumatnya dan mengoleskan ke tangan dan kakinya.
"Apa yang kamu lakukan Alan?" tanya Ivan.
"Menutupi bau kita. penciuman serigala sangat tajam. cepat lakukan yang aku lakukan." perintah Alan pada Ivan.
mereka berdua bersembunyi sampai ketiga serigala itu pergi.
"Fiuh... Sudah aman. Ayo lanjutkan mencari kelinci." Alan sambil turun dari atas pohon. Ivan pun mengikuti di belakangnya.
Mereka berdua mencari di sekitar tempat serigala makan tadi. karena serigala bisa mendapatkan kelinci di tempat itu. pasti ada sarang kelinci di sekitar tempat itu.
"Alan lihat! Ada sarang kelinci di sana." Tunjuk aivan pada lubang di tanah yang tertutup rerumputan.
Alan langsung datang melihat sarang tersebut. "Bagus... Dari arah bengkokan rumput, ada kelinci di dalam. Kita pancing saja."
Alan mengeluarkan wortel dan tali dari tas kecilnya. Melumatnya sedikit dan memberinya air. Air itu di masukan ke lubang agar kelinci bisa mencium baunya. Mereka lalu bersembunyi di batu dekat dengan lubang.
"Van... siapkan jaringmu!" Perintah alan
Ivan mengangguk lalu bersiap untuk melemparkan jaring ketika kelinci itu terlihat.
5 menit, 10 menit kelinci itu belum juga keluar. Ivan mulai bosan dan mengendorkan kewaspadaan. tapi Alan tetap siaga. tatapannya tajam lurus ke lubang itu.
Barulah setelah 20 menitan kelinci itu keluar. Dengan pelan menghampiri umpan wortel.
"Sekarang Van!"
Ivan yang terkejut dengan aba aba alan yang tiba tiba melempar jaringnya. alhasil jaringnya tidak maksimal tersebar. kelinci itu bisa menghindari jaring dan berlari ke rerumputan.
"Ahh... maaf Alan..."
Alan tidak menggubris perkataan Ivan. Dengan cepat dia menarik busurnya, membidik ke arah larinya kelinci.
Siiiuuut..... Jleb...
Kik kik kik
jeritan kelinci terdengar. Alan langsung berlari menghampiri kelinci itu.
"Untung saja kamu langsung cepat memanahnya lan. Kalau tidak bisa zonk kita."
Alan hanya melongo dengan ulah sahabatnya. Kalau saja ivan tidak ceroboh pasti lebih mudah menangkap kelinci itu.
"Sudah... ayo balik. rea pasti sudah menunggu."
Sesampainya di lembah terlihat asap dari api unggun. Rea terlihat sedang memotong buah buahan.
"Lama sekali kalian?" Gerutu rea.
"Maaf rea? Tadi kita bertemu dengan serigala."
"Ahh... Sama serigala saja takut."
Alan dan aivan melongo dengan perkataan Rea. aini serigala men... Siapa yang tidak takut.
"Sudah sudah... Aku bersihkan dulu dagingnya." Alan langsung berjalan ke sungai kecil di samping lembah.
Setelah daging di bersihkan mereka membakar daging kelinci itu. Rea memutar mutar dagingnya agar kematanganya bisa merata. Setelah matang mereka makan dengan rakusnya. Kenikmatan masakan rea memang sudah teruji dari dulu. Ditambah lagi suasana padang rumput dan angin sepoi sepoi, benar benar menambah kenikmatan waktu makan.
Selesai makan mereka bertiga tiduran di padang rumput, memandang langit biru dan menikmati angin sepoi sepoi. Suasana ini benar benar akan membuat siapa pun betah berlama lama.
"Lan.... Kamu sudah menentukan pilihan untuk kuliahmu?" Tanya rea yang masih tiduran di samping alan.
"Sudah..."
"Dimana?" Sahut ivan.
"Mediteran University. Aku kemarin konsultasi dengan guru pembimbing, dan mereka menyarankanku untuk kuliah disana. Mereka bilang jurusan tekhnologi pertanian disana bagus."
"Mediteran? Hem...." Ivan menimpal sambil bangkit dari tidurnya
"Kenapa?"
"Itu jauh sekali. Kamu harus pergi dari desa ini berarti ya?" Jawab ivan dengan wajah lesu.
"Ya... Begitulah, kalau kamu Rea?" Alan mencoba mengalihkan pembicaraan setelah melihat wajah lesu Ivan.
Rea tidak menjawab. Tapi malah bangkit dari tidurnya dan mengeluarkan sepucuk surat.
"Kalian lihat saja sendiri." Kata Rea dengan bangganya.
Alan langsung bangkit dari tidurnya dan menyahut surat itu. Ivan ikut nimbrung membaca surat itu.
***kepada
Rea Visgraf
Selamat anda telah diterima menjadi mahasiswa di jurusan tekhnologi komunikasi di tempat kami dan mendapatkan beasiswa secara penuh. Harap melakukan konfirmasi pendaftaran sebelum akhir agustus.
Hormat kami
Hoffard University***
"Hoff... Hoff... Hoffard? " Alan dan Ivan serempak bagaikan paduan suara.
"Kenapa? Tidak percaya?" Ketus Rea.
sebenarnya Rea ingin mengatakan ini kepada teman temanya dari kemarin. Tapi selalu gagal mencari momen yang tepat.
"Ahh.... sepertinya hanya aku yang akan tetap tinggal di desa ini." kata Ivan lesu.
suasana menjadi hening setelah perkataan Ivan. Ivan adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Keluarganya hidup secara pas passan selama ini. Ivan tentu sadar diri untuk tidak terus terusan membebani orang tua dengan menuntut harus kuliah. Malah dalam hati Ivan ingin segera bisa bekerja untuk membantu membesarkan ketiga adiknya.
"Tenanglah Van... Kita berdua pasti kembali. tujuanku mengambil tekhnologi pertanian adalah untuk memajukan pertanian di desa kita." Hibur Alan kepada Ivan.
"Benar Van... Tujuanku juga sama. Aku ingin desa kita tidak tertinggal dengan dunia luar seperti sekarang." Tambah Rea.
"Terima kasih kalian berdua. Kalian benar benar sudah seperti saudara bagiku." Ivan terharu dengan kedua sahabatnya.
"Kita memang saudara Van... Dari dulu, sekarang dan selamanya kita bertiga adalah saudara." Alan menggenggam tangan kedua sahabatnya.
"Benar... Kita saudara selamanya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
arfan
485
2021-10-23
0
Oki Indriani
aku dah baca cerita nya dan like banget sama penokohan dari cerita nya a
2020-06-29
0
Reanza
mampir sampai sini dulu
2020-06-28
0