Hari Hari Bersama Mu
Jam 8.30 Arum baru selesai membuat susu dari pantry, tiba di pintu ruangan Vita memberitahu “bu Arum diminta pak Erik ke ruangannya,” sambil tersenyum “baik, makasih Vita.”
Ada apa yah pak Erik memanggilku, dalam hati Arum, yang pasti masalah tenaga kerja, bekerja sebagai HRD sangat menyenangkan buat Arum, selain mempelajari perilaku seseorang juga merupakan tantangan untuk memperbaiki kedisiplinan kerja karyawan, membuat peraturan-peraturan yang adil bagi perusahaan dan karyawan, menghadapi karakter-karakter yang unik dari masing-masing karyawan yang melanggar disiplin kerja.
Arum duduk dihadapan pak Erik “Rum, ada satu masalah karyawan yang harus kamu selesaikan, tolong buatkan Surat Peringatan pertama kepada salah satu marketing,” diam sebentar, “Tapi mungkin ini tidak semudah biasanya,” sambil berbicara kelihatan pak Erik dalam kebimbangan.
Sedikit mengerutkan kening Arum masih mendengarkan penjelasan pak Erik. “Namanya Rizal, usia 30 tahun, marketing andalan si bos. Pelanggarannya adalah, sering dateng telat, sering bolos, suka mengambil cuti tanpa pengajuan terlebih dahulu, dan kemarin dia ke Bali empat hari tanpa mengajukan cuti terlebih dahulu, kalaupun mengajukan cuti, cutinya sudah habis karena dia sudah mengambil cuti selama enam belas kali dalam kurun waktu hampir satu tahun ini, dan baru hari ini surat cutinya sampai ke tangan saya tanpa ditandatangani manager marketingnya,” berhenti sebentar sambil meneguk air putih.
“Sebetulnya merupakan dilema buat saya, disatu sisi dia anak emas si bos karena anak ini sudah menyabet sangat banyak customer dengan persentase tertinggi di semua marketing, meskipun jam kerja semau dia, tetapi disisi lain menimbulkan kecemburuan kepada karyawan lain, oleh karena itu setelah saya bicarakan dengan si bos, tadi si bos bilang ya sudah untuk formalitas diberikan saja Surat Peringatan pertama,” kerutan di kening Arum bertambah.
Arum memang sangat kritis, buat dia jangan kan cuma marketing yang handal, meskipun dia manager sekalipun tetap tidak boleh diistimewakan, kalau melanggar ya harus dikenakan sanksi. Tapi dengan hormat Arum tersenyum kepada pak Erik sambil menganggukan kepala “baik Pak, nanti saya minta Vita mengetikkan surat peringatan tersebut, dan akan segera saya panggil Rizal untuk memberitahukan surat peringatan tersebut sebagai formalitas,” selanjutnya terserah aku pikir Arum, jangan dikira si Rizal itu bisa seenaknya, dia pikir perusahaan ini milik bapaknya apa.
Setelah membuat draf surat peringatan tersebut kemudian Arum menyerahkan kepada Vita untuk di ketik. Jam 9.30 surat sudah di depan meja dan Vita memberitahukan sudah menyampaikan ke divisi marketing bahwa Rizal diminta menghadap HRD jam 11.00.
********
Sambil melangkah dengan angkuh Rizal menyusuri koridor menuju divisi hrd, ibu Arum namanya, pak Roy memberitahu agar menemuinya, Rizal membayangkan pasti Arum itu wanita tua yang bawel, dengan makeup dipaksakan pada kulitnya yang keriput, maskara menggumpal di ujung bulu mata yang sudah rontok, rambut mulai beruban, gincu berwarna merah marun dibibirnya yang sudah kendur, rok sepan pada tubuh yang mulai gempal. hahaha membayangkannya saja sudah bikin perut geli.
Kenapa dia tadi tidak menanyakan kepada pak Roy wanita itu usia berapa. Meskipun sudah enam tahun bekerja di perusahaan ini tetapi Rizal tidak bisa menghapal semua orang, karena perusahaan ini cukup besar, bertemu ke masing-masing divisi saja sangat jarang, apalagi divisi HRD sangat alergi dia.
Seandainya wanita itu adalah wanita cantik dan sexi pasti akan lebih mudah merayunya, wanita cantik mana yang tidak bisa dibuat meleleh oleh Rizal, laki-laki tampan di usia awal 30 an, dengan wajah angkuh, senyum yang mahal dan memikat, tatapan mata tajam dan nakal, hidung mancung, mobil mewah, dandanan eksmud berkelas, sosoknya memang sudah cukup tenar diperusahaan ini, sudah banyak wanita tergila-gila baik dari divisinya maupun dari divisi lain.
Sudah tiga wanita yang pernah di pacari Rizal dengan alasan iseng, belum termasuk dengan wanita-wanita yang tanpa status pacar, meskipun terkesan playboy tapi tidak mengurungkan niat wanita-wanita di berbagai divisi perusahaan itu untuk menarik perhatiannya.
Rizal bertanya pada seorang wanita di depan ruangan, dari kartu yang tergantung wanita itu bernama Vita.
Ketika melihat Rizal masuk tadi wanita itu sempat menyelipkan rambut dan tersenyum kaget, oh ternyata “Rizal dia,” pikir Vita, marketing handal yang tampan dan digandrungi banyak wanita, serta menjadi gosip utama wanita pada saat makan siang dikantin, si Rizal yang keren, si Rizal yang tampan, eksekutif muda yang sukses tapi gaul, ada yang mengaku pernah menjadi pacar Rizal, ada yang cerita dengan bangga kemarin pulang dianter Rizal, ada yang mengaku tetanggaan dengan Rizal sehingga membuat iri yang lain, dan ada yang dengan extrim terang-terangan mengaku sudah merasakan ciuman hot ala Rizal.
Rizal tersenyum ramah “permisi saya mau ketemu ibu Arum, nama saya Rizal,” sambil menyelipkan kembali rambut ikalnya yang nakal keluar-keluar, perempuan itu langsung menggiringnya ke ruangan “oh mari masuk ibu Arum sudah menunggu,” sambil tersenyum genit.
Setelah pintu di belakangnya tertutup Rizal memperhatikan ruangan sekeliling, meja kerja dengan ukuran sedang dan kursi empuk di belakangnya, sebuah kursi lagi di depan untuk lawan bicara pastinya. Disamping meja aja jendela dengan gorden berwarna ungu.
Di belakang kursi empuk ada lemari buku tertata rapi, di samping meja sebelah kiri ada sebuah dispenser dengan kain penutup berwarna senada dengan gorden dan di samping dispenser ada vas bunga besar dilantai terisi oleh bunga lili putih plastik yang anggun, di pinggir meja juga ada vas bunga berisi bunga anggrek ungu yang menambah kesan feminis.
Di samping meja seorang wanita berdiri menghadap belakang, sedang merapikan odner file, ternyata bukan wanita tua seperti bayangannya, juga bukan wanita sexi seperti harapannya. Wanita itu membalikan badan, Rizal menilai sepintas, meskipun wanita itu berpakain sangat tertutup, tapi mata lelaki berpengalamannya mampu menilai sampai ke sel darah, mmm Rizal mengguman sesaat, kulit putih, tubuh langsing tapi padat, wajah oval, dagu lancip, hidung mancung, bibir tipis berisi, pipi merona alami, mata dengan kelopak yang anggun, bulu mata lentik dengan binar mata yang mencerminkan kecerdasan, dari jiwa marketingnya rizal menilai satu hal yang pasti bahwa dia bukan wanita yang mudah.
“Silakan duduk,” Menyentakkan lamunan sesaat, Rizal menghenyakkan badan ke kursi. “baiklah pak Rizal, kita mulai saja kenapa Kami dari HRD memanggil anda,” hhmmm bukan wanita yang suka basa-basi Rizal menambahkan pada penilaiannya. “sehubungan dengan ketidakhadiran saudara selama empat hari tanpa keterangan, maka Kami memberikan surat ini kepada anda, mohon di baca terlebih dahulu,”
Rizal menerima surat tersebut, membaca sekilas, meskipun dia sudah memperkirakan isi surat tersebut. “Ehm... maaf sebelumnya, tadi Anda mengatakan bahwa saya tidak hadir selama empat hari tanpa keterangan, yang benar adalah saya tidak hadir selama empat hari karena cuti,” Rizal menjelaskan secara diplomatis.
“Mmm... begitu yang anda pikir. Apakah Anda tahu apa yang bisa di sebut sebagai cuti? Biar saya coba jelaskan, cuti adalah salah satu hak karyawan yang bisa disetujui dan dianggap sah jika memenuhi persyaratan sebagai berikut, pertama maksimal pengambilan cuti dua belas hari setahun sedangkan anda sudah enam belas kali belum termasuk yang empat hari ini. Kedua pengajuan cuti minimal sebulan sebelum hari H.
Sedangkan anda menaruh surat cuti satu hari sebelum hari H. ketiga cuti telah disetujui oleh manager divisi masing-masing dan anda tidak ada tanda tangan manager anda. Keempat cuti telah disetujui dan ditandatangi oleh HRD dan memberikan form lampiran kepada karyawan sebagai bukti otentik pengesahan cuti sedangkan pengajuan cuti anda tidak. Apakah anda mengerti??” Rizal menatap wanita didepannya tanpa berkedip, memperhatikan bibir tipis yang padat itu bisa berbicara demikian tegas dan tanpa rasa simpatik kepadanya.
“Oleh karena itu kami mengeluarkan surat peringatan satu kepada anda saudara Rizal, jika dalam tiga bulan anda tidak juga memperbaiki kedisiplinan kerja anda maka kami akan mengeluarkan tindakan selanjutnya, terima kasih atas waktu anda, selamat siang,” wanita itu berdiri dan berjalan ke arah pintu, membukakan pintu sebagai usiran halus kepada Rizal.
“Baiklah terimakasih atas penjelasannya ibu Arum, saya akan mencoba apa yang ibu sebut tadi sebagai perbaikan terhadap kedisiplinan kerja, jika saya belum jelas apakah saya boleh bertanya sewaktu-waktu kepada ibu??” sahut Rizal. “silakan,” jawab Arum tegas. Rizal berjalan keluar dan Arum menutup pintu.
Rizal menoleh sekilas kepintu yang telah ditutup, ada sesuatu yang membuatnya merasa tak berharga, bukan karena kata-kata nya yang meremehkan, bukan karena penjelasannya yang tajam, bukan karena sindirannya yang terang-terangan, bukan karena tatapan tidak simpatiknya kepada Rizal. Tetapi sesuatu yang lebih vital dari itu, sesuatu yang tidak pernah dilakukan semua perempuan kepadanya selama ini.
Rizal berjalan gontai melewati Vita yang sudah memoles kembali lipstik merah jambunya, sudah menambah blush on nya, sudah mengukir ulang alisnya, sudah membubuhkan shading pada eye shadownya, sudah mempertebal maskaranya, sudah merapikan ikal rambutnya, sudah memakai stocking sehingga kaki jenjangnya menjadi lebih menarik, dan sedang tersenyum manis.
Rizal melewatinya tanpa menoleh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
~abril(。・ω・。)ノ♡
Wah, karakter-karakter di cerita ini keren-keren abis. Aku suka banget! 👌
2023-12-05
0