Rizal tak bisa melupakan

Sampai diruangannya yang bersekat-sekat, Rizal duduk sambil menatap kembali surat peringatan tadi, melihat tandatangan di bawahnya dengan nama Arum Sekarsari, menggumamkan nama itu sekali lagi sambil berpikir apakah surat ini harus dibakar, dirobek-robek, atau malah harus dilaminating karena wanita yang membubuhkan tanda tangan telah berhasil mengganggu konsentrasinya.

Langkah kaki yang anggun mendekatinya, Rizal tidak mendengar, matanya masih menatap surat itu “hai honey!!” suara lembut tak asing itu menyapanya, tapi Rizal tidak bergeming. Akhirnya  Siska meraih surat yang di tatap Rizal dengan pandangan kosong.

“hahaha…” tawa renyah keluar dari bibir sexi itu “honey, kenapa surat sampah seperti ini mengganggu pikiran mu? Pak Roy tidak akan mengeluarkanmu hanya gara-gara kabur 4 hari, dimana lagi dia bisa mendapatkan marketing yang handal seperti kamu? Lagian aku heran hal seperti ini saja membuatmu sampai bengong begitu,” Rizal beranjak tanpa kata-kata meninggalkan Sisca yang gantian bengong dengan sikap Rizal.

********

Dua hari sudah sejak dikeluarkan surat peringatan itu, Rizal menjadi pendiam, membuat wanita-wanita disekelilingnya khawatir, ada apa dengan Rizal.

“Honey makan siang yuk?” Sisca mengajak dengan lembut sambil menyentuh lengan Rizal dan membelai-belainya, Sisca adalah wanita yang   sedang dekat dengan Rizal, belum jadi pacar sih, tapi gayanya sudah sok protektif “honey, yuk makan!! nanti kamu sakit!! Tinggalkan dulu kerjaan kamu,” sambil menarik manja lengan Rizal.

Rizal menepis perlahan, sambil menatap Sisca, cewek sexi, dengan blazer ketat dan rok mini, rambut ikal menggairahkan dengan warna merah menyala, bibir menggoda yang selalu membuatnya ingin menciumnya, tetapi mengapa hari ini menjadi biasa saja.

bahkan tadi pagi  saat ketemu Melinda yang pernah sangat panas jatuh kepelukannya terlihat murahan, dan Renata gadis paling cantik di divisi iklan yang pernah dikencaninya terlihat tidak ada apa-apanya, dan kenapa justru wajah Arum yang tegas menari-nari dikepalanya, wanita dengan kancing baju berderet dan rok panjang menutupi kaki.

“Kamu makan duluan saja, aku lagi tanggung,” sahut Rizal sambil terus mengetik di laptopnya sambil mengusir bayangan arum dibenaknya. dengan cemberut dan bibir indah plus sexsinya bertambah menggemaskan akhirnya sisca menyerah dan berjalan sendiri ke kantin.

Jam 3.00 akhirnya Rizal menyerah oleh lapar, perutnya total keroncongan karena dari pagi belum sarapan mencoba menenggelamkan diri dalam pekerjaan, Rizal menyibukkan diri dengan membuat sepuluh penawaran dan sudah diemail ke perusahaan-perusahaan yang akan diprospek.

Rizal juga sudah membuat janji temu untuk minggu ini dengan tiga perusahaan yang sudah masuk tahap follow up, Rizal juga sudah menyiapkan persentase yang bagus untuk besok ke salah satu perusahaan yang hampir goal lagi.

Tetapi semuanya dilakukan tanpa semangat, tidak seperti biasanya. Dia memandang burger yang sudah mulai mengeras yang dibelikan Sisca dikantin tadi siang tetapi tidak dimakannya dan coffe yang sudah dingin yang juga dibuatkan oleh Sisca tetapi tidak diminum sedikitpun.

Rizal berjalan keluar ruangan, tidak menjawab sapaan Sisca yang menanyakan “mau kemana honey??”

Sesampai dikantin suasana agak sepi karena jam makan siang sudah lewat, setelah menulis pesanan sup hangat dan minuman.

Rizal duduk sambil membaca majalah, tiba-tiba dari sudut matanya dia melihat bayangan itu. Melirik sedikit. wanita itu mengenakan rok panjang berwarna biru safir, atasan senada, dipadu dengan blazer putih tangan panjang dengan corak samar, pakaian tertutup tapi tetap tampak eksklusif, Membuat wajah putihnya terlihat bersinar.

Berjalan melewatinya dengan anggun tanpa menoleh ke arahnya, berbeda dengan wanita lain yang pasti berusaha menarik perhatiannya. Kenapa Arum jadi begitu memikat, upsss tidak mungkin, wanita berpakain tertutup dan sopan bukan tipe gue banget pikir Rizal menepis pujiannya, Melinda, Sisca, Renata, nah itu baru tipenya, cewek-cewek modis, sexi, gaul abis, suka dugem, hak sepatu minimal 7 cm, betis putih langsing, paha mulus, kuku di kutek, rambut berwarna, mata menggoda, bibir mengundang, gak malu-maluin digandeng, yang membuat cowok-cowok meliriknya dengan iri, itu baru seleranya. Berperang dalam batin.

Gadis itu duduk menulis pesanannya menyerahkan kepada pelayan kemudian membuka sebuah  majalah dan mulai membalik-balikan halaman, gerakan jemari yang lentik membuat Rizal tidak bisa mengalihkan pandangan, bibir tipis yang padat bergerak-gerak sekilas membaca sambil sesekali tersenyum-senyum

membuat Rizal ikut tersenyum dan bertanya-tanya kira-kira apa yang sedang dibacanya, yang membuat bibir yang dua hari lalu telah mengritiknya dengan tajam kini tersenyum-senyum. Setelah dua hari ini kehilangan semangat, baru saat ini membuatnya kembali semangat dan bahagia dengan menatap Arum.

Berperang dengan gengsi, samperin tidak samperin tidak, ah masa bodo daripada makan sendirian lebih baik mencoba gabung semeja dengan Arum, membuat alasan untuk dirinya sendiri Rizal berjalan kemeja Arum. “selamat siang bu Arum, sedang menunggu seseorang?” sapa Rizal sambil tersenyum ramah.

Arum menoleh, terkejut sekilas, karena sapaan ramah dan senyum bersahabat  “tidak,” sahut Arum “kalau begitu boleh saya gabung disini?” sambil menatap Rizal dan hendak mengatakan meja lain kan masih kosong tetapi lidahnya berkata “silakan,” namun dengan sikap acuh tak acuh.

“Terima kasih,” sahut Rizal dengan kelegaan yang sangat terlihat. Pesanan Rizal datang “silahkan saja kalau mau makan duluan.” Arum mempersilakan “iya nanti saja kita makan bareng,” kemudian pesanan Arum dateng tapi dibungkus “maaf pak Rizal saya tidak bisa menemani makan, saya harus kembali ke ruangan, selamat sore,” sambil tersenyum sekilas Arum berjalan meninggalkan Rizal.

Rizal tersenyum hambar lebih kepada menertawai diri sendiri. What... wanita-wanita mengantri ingin makan semeja dengan dia, tapi wanita ini malah lebih memilih membungkus makanan dan meninggalkannya padahal dia bisa saja makan bersamanya. Keroncongannya hilang dalam sekejap, setelah makan sedikit untuk mengganjal perut Rizal kembali keruangannya dengan lebih tidak bersemangat lagi. Telah terhina dua kali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!