Sudah enam hari gak ada telpon dari Aldi, dua hari ini di wa tetapi tidak di baca-baca, semenjak kepindahannya untuk melanjutkan kuliah di Jogja jadi semakin renggang hubungan ku sama Aldi.
Sudah 8 bulan bertahan jarak jauh. Dan akhirnya malamnya Aldi telpon juga “Beib aku lagi di Jakarta, ketemu yuk besok siang jam 11.00, bisa yah? Kamu bolos aja dech gak usah kerja, nanti kita jalan-jalan, mumpung aku lagi di Jakarta, karena aku cuma tiga hari di Jakarta, aku harus balik ke Jogja lagi,” wah senangnya “aduh kamu kemana aja sich honey...aku wa gak di baca baca gak dibales-bales? kenapa sih gak bilang kalau mau ke Jakarta, kan aku khawatir enam hari gak ada kabar,” omelku mesra.
“Ehmm…,” suara kak Arum yang berdehem sambil pura-pura bolak-balik majalah, aku tahu kak Arum sangat tidak setuju aku pacaran dengan Aldi, dengan alasan yg klise seperti saat aku pacaran dengan mantan pacarku yang dulu, terutama dengan penampilan Aldi “oke besok jam 11.00 di tempat biasa yah, by see u honey,” klik telpon ku tutup.
“Kamu kan besok kerja Ranum, jangan bolos cuma untuk hal yang tidak penting, kamu itu punya tanggung jawab, orang susah mencari pekerjaan, kamu sudah dapet kerja enak, pemiliknya baik, malah mau bolos seenaknya, sudah kaka bilang Aldi itu memberi pengaruh buruk ke kamu.
seharusnya Aldi tau diri dunk kalau kamu itu besok kerja bukan malah ngajak bolos, kan ketemu bisa malam hari,” omel kak Arum.
Kesabaranku habis, emosiku sudah mencapai puncak, setiap kali aku mau jalan sama Aldi, selalu kritikan kak Arum bertubi-tubi, untuk kali ini kenapa aku menjadi sangat tidak rela kak Arum menjelek-jelekan Aldi.
Aku masuk ke kamar menutup pintu tanpa bicara apa-apa. Aku wa Rini teman ku di toko roti selain Rini ada juga Linda, aku mengabarkan bahwa besok tidak masuk, untuk memback up pekerjaanku sebagai kasier, kami memang sering menggantikan kewajiban kalau salah satu dari kami tidak masuk. Tidak seperti yang kak Arum pikirkan bahwa aku tidak bertanggung jawab.
Keesokan pagi aku tidak keluar kamar, aku sengaja tetap dikamar, sampai menunggu kak Arum berangkat kerja. Setelah kudengar kak Arum berangkat kerja aku keluar untuk mandi dan kemudian dandan, senangnya setelah delapan bulan akhirnya bertemu Aldi.
Aku ketemu di tempat biasa kami makan, Aldi masih sama seperti dulu, cuma ada sedikit lelah dari tatapannya, aku pikir mungkin karena kuliah.
Dia merangkul aku menanyakan kabar aku, kami cerita banyak hal, mengisi kekosongan selama delapan bulan, dan setelah makan dia mengajakku keliling mall. Jam 3 sore “sudah capek? Ke mobil yuk, kita cari tempat lain,” ujarnya “kemana?” tanyaku “kita ke pantai yuk,.” sahutnya, aku melihat Aldi agak berbeda, tidak seceria dulu, biar deh mungkin dia lagi ada masalah nanti aku coba cari tahu pikirku.
Sesampai di pantai sudah mulai ramai, orang-orang memandangi nuansa sore, menunggu matahari terbenam.
Siluet kuning mulai nampak dikejauhan, indah namun memberi isyarat keheningan yang menyergapku, tidak seperti biasanya angin pantai menusuk kulitku bukan hembusan lembut yang menenangkan. kami berjalan-jalan dipinggir pantai telanjang kaki.
Sambil berpegangan tangan tanpa canda, tanpa kejar-kejaran seperti biasanya, tanpa berlari-larian ke air sambil saling menciprat, hanya berjalan-jalan sambil berpegangan tangan dalam diam, setelah lelah berjalan-jalan akhirnya Aldi mengajak duduk, aku duduk disamping Aldi juga dalam diam, hening.
Akhirnya dia menoleh tersenyum sekilas dan mulai berbicara, dan akhirnya yang aku khawatirkan terjadi juga “Ranum sayang, aku gak tau saatnya tepat atau tidak, aku sudah memikirkan masak-masak, dan ini demi kebaikan kita berdua, aku berpikir sebaiknya kita jalani hidup kita masing-masing, aku takut kita sama-sama belum bisa jaga komitmen nanti saling menyakiti, karena intensitas aku ke Jakarta juga tidak sering, orangtuaku menyuruhku untuk fokus kuliah di Jogja".
"Aku takut kesibukanku disana membuat perhatianku kepadamu sangat berkurang, jadi aku pikir sebaiknya kita jalan masing-masing dulu. Dan untuk keputusan ini aku tetap memerlukan persetujuan kamu,” jelasnya.
Aku berpikir, lagipula semenjak Aldi kuliah di luar kota kami menjadi semakin jauh, dan aku yakin Aldi sama terbebani oleh jarak dan kesepian yang semakin menyiksa seperti aku, setelah diam dan berpikir cukup lama dengan berat hati akhirnya aku menyetujui keputusan Aldi “baiklah Aldi kita coba, tapi tetap silaturahmi yah and tetap keep contact,” sahutku dengan mata berkaca-kaca “ofcourse beib,” jawab Aldi sambil memelukku.
Karena ini hari perpisahanku sama Aldi Kami benar-benar menghabiskan waktu bersama. Jam 00.00 dini hari sampai di rumah, pas masuk kak Arum sudah berkacak pinggang.
“ya ampun ranum ini jam berapa? kenapa baru pulang? kemana saja kamu? Kenapa handphone gak aktif? Kamu tau gak kaka khawatir, Apa tidak bisa kamu sedikit lebih kritis dalam memilih pacar Ranum?”
Aku yang sudah lelah hati karena baru putus dengan Aldi dan sudah panas telinga dengan kritikan kak arum mengenai Aldi dari semalem akhirnya berkata “ kak Arum gak akan mengerti laki-laki pilihan aku seperti aku juga tidak akan mengerti laki-laki yang ada dalam bayangan kak Arum, detik ini aku berdoa semoga aku mendapatkan laki-laki seperti bayangan kak Arum dan kak Arum mendapatkan laki-laki seperti yang selama ini aku dapatkan, biar kita saling mengerti,” kataku Sambil berteriak dan menitikkan air mata.
Ranum tidak tau bahwa terkadang ucapan adalah doa yang bisa terkabul. Dan Tuhan mengabulkan
ucapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments