My Sweat Devil

My Sweat Devil

Siji

"Tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali Gusti Allah. Suatu hari kamu juga akan binasa sama seperti makhluk lainnya!"

Seorang perempuan tampak terengah-engah setelah bermimpi buruk.

"Fiuh, mimpi itu lagi. Apa ini sebuah peringatan atau hanya firasat saja?" Perempuan itu segera mengambil segelas air putih dan meneguknya hingga habis.

Ia juga mengambil selembar tisu untuk mengusap wajahnya yang berkeringat.

Dalam hening malam ia membuka jendela kamarnya, menatap Bulan purnama yang bersinar terang menerangi jagat Raya.

"Pantas saja aku mimpi itu lagi, ternyata hari ini aku belum mendapatkan tumbal,"

Perempuan itu berdiri di depan cermin sambil memandangi wajahnya.

"Aku tidak boleh menua,"

*Dreet, dreet!

Ia kemudian mengambil ponselnya yang berdering. Senyumnya mengembang saat melihat sebuah notifikasi.

"Ternyata ada seorang yang harus memberikan tumbal padaku, itu berarti usiaku akan bertambah 10 tahun lagi,"

Perempuan itu segera mengambil pakaiannya dan kemudian melesat pergi menggunakan mobil sportnya.

Dengan menggunakan kekuatan supranaturalnya ia sudah tiba di sebuah rumah mewah hanya dalam waktu sekejap saja.

Sebuah Gerbang rumah mewah seketika terbuka sendiri saat mobil wanita itu berhenti di depannya. Para sekuriti begitu terkejut saat melihat kejadian itu. Mereka pun berusaha mengejarnya dan menghadang wanita itu untuk tidak memasuki rumah seorang konglomerat ternama itu.

Namun siapa yang bisa menghentikan seorang Ningrum Anantari. Dengan kekuatan supranaturalnya semua sekuriti yang mengejarnya dibuat jalan di tempat sehingga tak bisa mengejarnya.

Ia kemudian turun dari mobilnya dengan langkah anggun ia bergegas menuju pintu masuk. Angin berhembus mengibaskan rambutnya yang panjang. Cahaya rembulan membuat kecantikan wajah wanita itu semakin terpancar.

*Tak, tak, tak!

Seorang pria tampak ketakutan saat mendengar derap langkahnya.

*Krieet!!

Tubuhnya bergetar saat mendengar suara pintu rumahnya terbuka. Suara derap langkah Ningrum bak bunyi lonceng malaikat pencabut nyawa yang membuat pria itu semakin ketakutan hingga bersembunyi di belakang bodyguardnya.

Wajahnya memucat saat melihat Ningrum membuka kacamata hitamnya. Keringat dingin mengucur membasahi wajahnya. Membuat asistennya harus sigap membersihkan wajahnya.

*Deg!

Jantungnya berdetak kencang saat Ningrum sudah berdiri di depannya.

"Hah!" serunya melotot

Melihat sang majikan terintimidasi dua orang bodyguardnya langsung menodongkan pistol kearah Ningrum.

"Berhenti atau ku tembak!"

"Cih, coba saja kalau bisa!" jawab Ningrum tersenyum meremehkannya

*Dor, dor, dor!

Beberapa peluru melesat kearah wanita itu namun tak satupun yang mampu melukainya.

"Dasar Manusia , selalu saja ingkar janji, sudah seharusnya kau menyerahkan tumbal untukku tanpa perlu aku menagihnya. Kalau kau tidak mau menumbalkan putramu maka serahkanlah nyawamu sebagai gantinya!" seru Ningrum

"Tapi Nyai, masih ada waktu 4 jam lagi, jadi berikan waktu sebentar lagi!" jawab pria itu terbata-bata

"Tapi sayangnya aku tidak suka memberi kelonggaran, kau tahu kan selogan ku. Ikan sepat ikan gabus, lebih cepat lebih bagus!" jawab Ningrum kemudian duduk di sofa

Dengan congkak ia menyilangkan satu kakinya. Pria itu langsung berjalan menghampirinya, ia kemudian berlutut di depannya.

"Tolong beri aku waktu Nyai, atau jika mau kau bisa ambil semua hartaku tapi tolong jangan ambil anakku!" serunya

"Kau pikir aku pengemis hah!" seru Ningrum

"Hartamu itu tidak ada seujung kuku tapi sudah bertingkah, dasar manusia serakah!" hardiknya

"Ampun Nyai!"

Ia kemudian mengendus sesuatu sambil memejamkan matanya.

"Wangi sekali!" serunya

Ia bangkit dari duduknya kemudian berjalan sambil memejamkan matanya dengan hidung yang terus mengendus aroma wangi darah.

Dua orang bodyguard berusaha menghentikannya.

Mereka langsung menyerangnya, namun hanya dengan jentikan jarinya keduanya seketika terhempas menghantam dinding tembok.

*Buughh!!

"Dimana kau bersembunyi aku pasti menemukan mu!" seru Ningrum kemudian membuka pintu sebuah kamar di depan ruang tamu.

Seorang anak perempuan berusia 10 tahun tampak tertidur pulas di pangkuan sang ibunya.

"Jangan ambil putriku!" seru seorang wanita memeluk putrinya erat

Sang ayah yang tak mau anaknya diambil oleh Ningrum pun mengambil senapan yang tergantung di dinding dan mengarahkannya kepada wanita itu.

Namun peluru itu justru menembus tubuh putrinya terlelap dalam pelukan sang istri.

Ningrum menggerakkan tangannya, membuat tubuh gadis kecil itu melesat kearahnya. Hanya dengan satu usapan tubuh gadis kecil itu seketika lenyap menjadi kepulan asap putih.

"Tidak!!"

Suara tangis sang ibu dan ayah anak menyeruak membuat suasana mencekam di rumah mewah itu.

"Tidak ada yang gratis di dunia ini, jika kau ingin kekayaan maka bekerjalah bukan meminta kepada Jin atau siluman sepertiku!" ucap Ningrum kemudian menghilang.

#Rumah Duka Teratai Putih

Seorang anak lelaki tampak menangis tersedu-sedu meratapi kepergian sang Ibu. Sang Ayah tak kalah sedihnya. Namun ia tak bisa menampakkan kesedihannya di depan sang buah hati.

Seorang pria membisikkan sesuatu kepadanya membuat pria itu langsung bergegas pergi menemui seorang dokter.

"Selamat Siang Pak Wisnu," sapa seorang dokter

"Siang dok, silakan duduk," jawab Wisnu mempersilakan pria itu duduk kembali

Sang dokter memberikan surat hasil pemeriksaan medis kematian Noura Wulandari istri Wisnu Bramantyo.

"Dari hasil pemeriksaan terakhir ditemukan sebuah racun arsenik dalam tubuh istri anda, yang berarti istri anda meninggal karena meminum racun," ucap sang dokter

"Arsenik??" Wisnu tercengang mendengar ucapan sang dokter

"Tidak mungkin istriku bunuh diri dengan meminum arsenik, lagipula keluarga kami tidak ada masalah lalu apa yang mendorongnya meminum racun?"

"Kalau Bapak ingin mengetahui lebih lanjut kami siap melalukan autopsi untuk mencari penyebab kematiannya,"

"Tidak perlu dok, aku tidak mau nama keluarga atau istriku tercemar karena kasus bunuh diri ini. Biarkan semua orang tahu kalau Noura meninggal karena serangan jantung bukan karena bunuh diri," jawab Wisnu kemudian meninggalkan ruangan itu.

Ia kemudian menghampiri putranya.

"Cukup hari ini saja kau ratapi kepergian ibumu, selebihnya bersikaplah tegar karena jika kau terus menerus meratapi kepergiannya, maka Ibumu tidak akan pernah bahagia di sana," ucap Wisnu mengusap lembut kepalanya.

#Kediamam Ningrum

Ningrum mengerutkan keningnya saat melihat grafik pelanggan pesugihannya mulai menurun.

"Kenapa sekarang jarang orang-orang yang mengikuti ritual pesugihan?" ucap Ningrum gusar

"Orang-orang sekarang lebih tertarik dengan pinjaman online Nyai, selain cepat juga tidak perlu ribet apalagi ngasih tumbal," jawab asistennya

"Bener juga sih. Sepertinya aku harus melakukan inovasi baru, agar semua orang kembali menyukai kekayaan dan berbondong-bondong datang kepadaku!" serunya

"Apa Nyai mau bikin promo besar-besaran di media??"

"Sepertinya face to face lebih ampuh, kalau orang dulu bilang metode jemput bola!" sahutnya

"Ok Nyai semoga sukses!"

"Sekarang saatnya bekerja. Mari kita cari tahu siapa yang sedang membutuhkan uang cepat hari ini!" ucap Niken kemudian berjalan meninggalkan ruang kerjanya

Terpopuler

Comments

Al Fatih

Al Fatih

mampir lagi kaka....,,

2024-03-11

0

FiaNasa

FiaNasa

lebih baik.sederhana drpada kaya raya tp harus kluarga jd tumbal

2023-12-27

0

Tara

Tara

smoga nyai bertobat ke jln yg benar 🙏🤔

2023-12-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!