NovelToon NovelToon

My Sweat Devil

Siji

"Tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali Gusti Allah. Suatu hari kamu juga akan binasa sama seperti makhluk lainnya!"

Seorang perempuan tampak terengah-engah setelah bermimpi buruk.

"Fiuh, mimpi itu lagi. Apa ini sebuah peringatan atau hanya firasat saja?" Perempuan itu segera mengambil segelas air putih dan meneguknya hingga habis.

Ia juga mengambil selembar tisu untuk mengusap wajahnya yang berkeringat.

Dalam hening malam ia membuka jendela kamarnya, menatap Bulan purnama yang bersinar terang menerangi jagat Raya.

"Pantas saja aku mimpi itu lagi, ternyata hari ini aku belum mendapatkan tumbal,"

Perempuan itu berdiri di depan cermin sambil memandangi wajahnya.

"Aku tidak boleh menua,"

*Dreet, dreet!

Ia kemudian mengambil ponselnya yang berdering. Senyumnya mengembang saat melihat sebuah notifikasi.

"Ternyata ada seorang yang harus memberikan tumbal padaku, itu berarti usiaku akan bertambah 10 tahun lagi,"

Perempuan itu segera mengambil pakaiannya dan kemudian melesat pergi menggunakan mobil sportnya.

Dengan menggunakan kekuatan supranaturalnya ia sudah tiba di sebuah rumah mewah hanya dalam waktu sekejap saja.

Sebuah Gerbang rumah mewah seketika terbuka sendiri saat mobil wanita itu berhenti di depannya. Para sekuriti begitu terkejut saat melihat kejadian itu. Mereka pun berusaha mengejarnya dan menghadang wanita itu untuk tidak memasuki rumah seorang konglomerat ternama itu.

Namun siapa yang bisa menghentikan seorang Ningrum Anantari. Dengan kekuatan supranaturalnya semua sekuriti yang mengejarnya dibuat jalan di tempat sehingga tak bisa mengejarnya.

Ia kemudian turun dari mobilnya dengan langkah anggun ia bergegas menuju pintu masuk. Angin berhembus mengibaskan rambutnya yang panjang. Cahaya rembulan membuat kecantikan wajah wanita itu semakin terpancar.

*Tak, tak, tak!

Seorang pria tampak ketakutan saat mendengar derap langkahnya.

*Krieet!!

Tubuhnya bergetar saat mendengar suara pintu rumahnya terbuka. Suara derap langkah Ningrum bak bunyi lonceng malaikat pencabut nyawa yang membuat pria itu semakin ketakutan hingga bersembunyi di belakang bodyguardnya.

Wajahnya memucat saat melihat Ningrum membuka kacamata hitamnya. Keringat dingin mengucur membasahi wajahnya. Membuat asistennya harus sigap membersihkan wajahnya.

*Deg!

Jantungnya berdetak kencang saat Ningrum sudah berdiri di depannya.

"Hah!" serunya melotot

Melihat sang majikan terintimidasi dua orang bodyguardnya langsung menodongkan pistol kearah Ningrum.

"Berhenti atau ku tembak!"

"Cih, coba saja kalau bisa!" jawab Ningrum tersenyum meremehkannya

*Dor, dor, dor!

Beberapa peluru melesat kearah wanita itu namun tak satupun yang mampu melukainya.

"Dasar Manusia , selalu saja ingkar janji, sudah seharusnya kau menyerahkan tumbal untukku tanpa perlu aku menagihnya. Kalau kau tidak mau menumbalkan putramu maka serahkanlah nyawamu sebagai gantinya!" seru Ningrum

"Tapi Nyai, masih ada waktu 4 jam lagi, jadi berikan waktu sebentar lagi!" jawab pria itu terbata-bata

"Tapi sayangnya aku tidak suka memberi kelonggaran, kau tahu kan selogan ku. Ikan sepat ikan gabus, lebih cepat lebih bagus!" jawab Ningrum kemudian duduk di sofa

Dengan congkak ia menyilangkan satu kakinya. Pria itu langsung berjalan menghampirinya, ia kemudian berlutut di depannya.

"Tolong beri aku waktu Nyai, atau jika mau kau bisa ambil semua hartaku tapi tolong jangan ambil anakku!" serunya

"Kau pikir aku pengemis hah!" seru Ningrum

"Hartamu itu tidak ada seujung kuku tapi sudah bertingkah, dasar manusia serakah!" hardiknya

"Ampun Nyai!"

Ia kemudian mengendus sesuatu sambil memejamkan matanya.

"Wangi sekali!" serunya

Ia bangkit dari duduknya kemudian berjalan sambil memejamkan matanya dengan hidung yang terus mengendus aroma wangi darah.

Dua orang bodyguard berusaha menghentikannya.

Mereka langsung menyerangnya, namun hanya dengan jentikan jarinya keduanya seketika terhempas menghantam dinding tembok.

*Buughh!!

"Dimana kau bersembunyi aku pasti menemukan mu!" seru Ningrum kemudian membuka pintu sebuah kamar di depan ruang tamu.

Seorang anak perempuan berusia 10 tahun tampak tertidur pulas di pangkuan sang ibunya.

"Jangan ambil putriku!" seru seorang wanita memeluk putrinya erat

Sang ayah yang tak mau anaknya diambil oleh Ningrum pun mengambil senapan yang tergantung di dinding dan mengarahkannya kepada wanita itu.

Namun peluru itu justru menembus tubuh putrinya terlelap dalam pelukan sang istri.

Ningrum menggerakkan tangannya, membuat tubuh gadis kecil itu melesat kearahnya. Hanya dengan satu usapan tubuh gadis kecil itu seketika lenyap menjadi kepulan asap putih.

"Tidak!!"

Suara tangis sang ibu dan ayah anak menyeruak membuat suasana mencekam di rumah mewah itu.

"Tidak ada yang gratis di dunia ini, jika kau ingin kekayaan maka bekerjalah bukan meminta kepada Jin atau siluman sepertiku!" ucap Ningrum kemudian menghilang.

#Rumah Duka Teratai Putih

Seorang anak lelaki tampak menangis tersedu-sedu meratapi kepergian sang Ibu. Sang Ayah tak kalah sedihnya. Namun ia tak bisa menampakkan kesedihannya di depan sang buah hati.

Seorang pria membisikkan sesuatu kepadanya membuat pria itu langsung bergegas pergi menemui seorang dokter.

"Selamat Siang Pak Wisnu," sapa seorang dokter

"Siang dok, silakan duduk," jawab Wisnu mempersilakan pria itu duduk kembali

Sang dokter memberikan surat hasil pemeriksaan medis kematian Noura Wulandari istri Wisnu Bramantyo.

"Dari hasil pemeriksaan terakhir ditemukan sebuah racun arsenik dalam tubuh istri anda, yang berarti istri anda meninggal karena meminum racun," ucap sang dokter

"Arsenik??" Wisnu tercengang mendengar ucapan sang dokter

"Tidak mungkin istriku bunuh diri dengan meminum arsenik, lagipula keluarga kami tidak ada masalah lalu apa yang mendorongnya meminum racun?"

"Kalau Bapak ingin mengetahui lebih lanjut kami siap melalukan autopsi untuk mencari penyebab kematiannya,"

"Tidak perlu dok, aku tidak mau nama keluarga atau istriku tercemar karena kasus bunuh diri ini. Biarkan semua orang tahu kalau Noura meninggal karena serangan jantung bukan karena bunuh diri," jawab Wisnu kemudian meninggalkan ruangan itu.

Ia kemudian menghampiri putranya.

"Cukup hari ini saja kau ratapi kepergian ibumu, selebihnya bersikaplah tegar karena jika kau terus menerus meratapi kepergiannya, maka Ibumu tidak akan pernah bahagia di sana," ucap Wisnu mengusap lembut kepalanya.

#Kediamam Ningrum

Ningrum mengerutkan keningnya saat melihat grafik pelanggan pesugihannya mulai menurun.

"Kenapa sekarang jarang orang-orang yang mengikuti ritual pesugihan?" ucap Ningrum gusar

"Orang-orang sekarang lebih tertarik dengan pinjaman online Nyai, selain cepat juga tidak perlu ribet apalagi ngasih tumbal," jawab asistennya

"Bener juga sih. Sepertinya aku harus melakukan inovasi baru, agar semua orang kembali menyukai kekayaan dan berbondong-bondong datang kepadaku!" serunya

"Apa Nyai mau bikin promo besar-besaran di media??"

"Sepertinya face to face lebih ampuh, kalau orang dulu bilang metode jemput bola!" sahutnya

"Ok Nyai semoga sukses!"

"Sekarang saatnya bekerja. Mari kita cari tahu siapa yang sedang membutuhkan uang cepat hari ini!" ucap Niken kemudian berjalan meninggalkan ruang kerjanya

Loro

Semenjak kepergian sang Ibu, Ringgo tampak seperti mayat hidup, ia tak mau keluar dari kamarnya. Ia tak mau makan dan bicara kepada siapapun bahkan sudah tak masuk sekolah selama dua Minggu.

Wisnu berusaha membujuknya. Bahkan mendatangkan seorang psikolog untuk mengembalikan semangat Ringgo. Namun hasilnya nihil. Ringgo tetap saja seperti mayat hidup. Hingga suatu hari sekretaris Wisnu, Nayra mengajukan diri untuk membujuk remaja 18 tahun itu.

"Apa kamu yakin bisa membuat Ringgo bersemangat lagi?" tanya Wisnu

"Percayakan semuanya kepada ku Pak. Aku yakin Ringgo akan mendengarkan aku," ucap Nayra begitu percaya diri

Wanita itu menyemprotkan sesuatu ke mulutnya sebelum menemui Ringgo.

"Semuanya akan beres jika di tangan Nayra,_"

*Krieet!

Nayra berjalan perlahan mendekati Ringgo yang sedang bermain rubik. Ia mengamati sejenak perilaku remaja 18 tahun itu.

"Mas Ringgo gak sekolah lagi?"

Ringgo tampak acuh tak menanggapi ucapan wanita itu. Merasa diacuhkan Nayra pun mulai beraksi, ia menepuk pundak Ringgo dan mendekatkan wajahnya kepada pemuda itu.

"Kalau Mas Ringgo mau ibu bahagia maka Mas Ringgo tidak boleh seperti ini. Tapi kalau kamu tidak mau tetap seperti ini gak mau ngapa-ngapain ya... siap-siap ibumu akan tersiksa di alam kuburnya!" ucap Nayra

Seketika Ringgo berhenti memainkan rubiknya dan menatap wajah wanita di sampingnya.

"Lalu aku harus gimana?" tanya Ringgo

"Jadilah Ringgo yang dulu, tetap bersemangat dan kembali lah ke sekolah. Kasian loh guru kamu bolak-balik datang ke sini tapi kamu cuekin!" jawab Nayra

Ringgo segera bangun dari duduknya dan melangkah pergi.

"Mas Ringgo mau kemana?" tanya Nayra

"Seperti yang kau minta aku akan menjadi Ringgo yang dulu!" jawabnya

Ringgo bergegas keluar menuju ke garasi. Ia kemudian menyalakan sepeda motornya dan bergegas pergi meninggalkan kediamannya.

Wisnu pun buru-buru menyuruh dua orang asistennya untuk mengikuti putranya itu.

Ringgo menghentikan motornya di sebuah barber shop. Sepertinya Ringgo berniat memotong rambutnya.

Selesai potong rambut Ringgo menuju ke sebuah kafe untuk mengisi perutnya yang sudah berhari-hari tak diisi.

Ia memesan begitu banyak makanan. Saat ia hendak kembali ke tempat duduknya tiba-tiba seorang wanita sudah menduduki tempat duduknya.

"Sorry ini bangku gue, jadi silakan cari bangku yang masih kosong," ucap Ringgo

Wanita itu langsung melirik kearahnya.

"Maaf adek tapi aku sudah lebih dulu membooking meja ini," jawab Ningrum kemudian menunjukkan bukti pemesanannya.

Melihat makanannya sudah di sajikan diatas meja membuat Ringgo males untuk pindah.

"Karena makanan ku sudah ada di sini jadi gue gak mungkin pindah dong, gimana kalau gue ganti biaya bookingan lo terus lo bisa pindah ke meja lain. Atau lo tetap di sini saja silakan, gue gak masalah kok," jawab Ringgo

Ningrum mulai terlihat kesal saat mendengar ucapan Ringgo.

"Kamu benar-benar tidak sopan anak muda, apa kau tahu sedang berhadapan dengan siapa?" tanya Ningrum

"Kan tadi gue udah minta maaf, jadi gak salah dong gue. Terus gak sopannya dimana?" tanya Ringgo

"Memang manusia selalu saja merasa paling benar, apa aku perlu ku hisap saja darahnya agar ia tak bertingkah!" gerutu Ningrum

"Hisap darahnya memangnya lo nyamuk apa!" sahut Ringgo membuat Ningrum semakin naik pitam

Ia segera beranjak dari duduknya dan menatap nyalang pemuda itu.

Baiklah, sepertinya tidak ada jalan lain kecuali ku beri dia pelajaran.

Saat Ningrum hendak menjentikkan jarinya tiba-tiba saja seseorang menabraknya hingga ia kehilangan keseimbangan.

Beruntung Ringgo langsung menarik lengannya saat ia hendak jatuh ke lantai.

*Grep!

Ningrum melotot saat bola matanya tiba-tiba beradu pandang dengan anak SMA itu.

"Nyimas Ningrum...."

"Kang Mas Sanjaya?" Ningrum tampak tak percaya saat melihat sosok kekasihnya di depannya

"Maaf Nama saya Ringgo Bramantyo bukan Sanjaya," jawab Ringgo kemudian melepaskan pelukannya

Seketika Ningrum baru sadar jika pria yang dilihatnya adalah Ilusi.

"Ah sial, aku pikir dia benar-benar Kang Mas Sanjaya ternyata cuma halu ku saja," gerutunya

Ia buru-buru merapikan rambutnya sambil mengedarkan pandangannya. Ia buru-buru mengambil tas kecilnya saat melihat seorang pria tua memasuki kafe.

"Tumbalku sudah datang rupanya?"

Ningrum bergegas mendekati pria tua itu. Ia kemudian duduk di hadapan lelaki itu.

"Maaf anda siapa?" tanya pria itu

Ningrum tersenyum mendengar pertanyaan itu.

"Saya adalah teman putra anda, dan bertugas menjemput anda di sini," jawab Ningrum

"Menjemput aku, memangnya kita mau kemana?" tanya pria itu

"Yang jelas kita akan pergi ke tempat yang lebih indah dari pada dunia ini," jawab Ningrum

"Oh begitu, apa boleh aku makan dulu sebelum pergi?" tanya pria itu

"Tentu saja," jawab Ningrum

Ningrum menunggu dengan sabar pria itu menghabiskan makanannya.

"Saya sudah selesai, ayo pergi!" ucap pria itu

Ningrum mengangguk. Ia pun menitikkan jarinya dan semua orang yang ada di sana seketika menjadi patung. Saat itulah Ningrum meletakkan tangannya ke kepala pria itu hingga lelaki itu menghilang menjadi kepulan asap.

"Ah, rasanya segar sekali!" seru Ningrum Saat ia membalikkan badannya ia terkejut melihat Ringgo terlihat menikmati makanannya.

"Bagaimana bisa ia tak berubah menjadi patung??, sebenarnya siapa dia??"

Saat Ningrum mulai penasaran dengan sosok Ringgo asistennya menghubunginya.3

"Nyai, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda!"

"Baiklah, tunggu sebentar!" jawabnya

Ia tidak lupa menjentikkan jarinya untuk mengembalikan orang-orang seperti semula sebelum pergi.

*Tring!!

Semua berjalan normal kembali.

Keesokan harinya Ringgo mulai kembali bersekolah. Pria itu tampak ketakutan saat hendak memasuki kelasnya. Masih ingat di benaknya bagai teman-temannya mengurungnya di toilet sampai Ringgo pingsan.

Setibanya diruang kelas Denis dan teman-temannya langsung menghampirinya.

"Wah kasian anak mamih, sekarang gak punya mamih lagi. Gimana rasanya ditinggal mamih kamu pasti sedih ya, uh kasian!" goda Denis

Seperti biasa Denis menggeledah seisi tas dan mengambil uang Ringgo.

"Sudah lama aku tidak makan sandwich karena gak ada lo yang beliin, gimana kalau sekarang lo beliin gue sandwich dan jus," ucap Denis

"Uangnya mana!" jawab Ringgo

"Pakai uang kamu lah, seperti biasanya besti. Lo kan orang kaya pasti banyak duitnya!" sahut Denis me

"Tapi semua uangku sudah lo ambil,"

"Kalau begitu minta papih lo yang bayarin gih!" jawab Denis di sambut gelak tawa teman-temannya

Ringgo pun bergegas menuju ke kantin. Tidak lama ia kembali dengan membawa sandwich dan jus pesanan Denis. Saat ia hendak meletakkan makanan itu di meja Denis seseorang sengaja menyilangkan kakinya membuat Ringgo jatuh tersungkur dan jus yang di bawanya muncrat mengenai wajah Denis.

*Bruugghhh!!

Tentu saja Denis murka.

"Ringgo, apa kau sengaja melakukan semua ini padaku!" serunya dengan wajah memerah

Semua teman-temannya segera menutup pintu ruang kelas dan berdiri di depannya untuk berjaga-jaga jika ada guru yang datang.

Denjs kemudian menghampiri Ringgo dan menyeretnya. Ia pun meluapkan kemarahannya dengan memukuli Ringgo. Tidak puas membuat pemuda itu babak belur, Denis pun menyeret Ringgo menuju Balkon.

Semua siswa hanya diam melihat kejadian itu tanpa ada yang berani membela Ringgo.

"Tolong maafkan aku Denis, aku janji akan mengganti biaya laundry dan membelikan mu makanan baru tapi tolong jangan bunuh aku!" ucap Ringgo

"Bukankah lo harusnya senang karena jika lo mati maka lo bisa ketemu sama mami lo!" seru Denis

Ringgo menggelengkan kepalanya.

"Jangan Denis, tolong jangan lakukan ini Denis!" seru Ringgo

Namun Denis yang sedang kalap langsung menendang Denis hingga tubuh pria itu jatuh dari lantai 3.

*Tak, tak, tak!

Ningrum mendongakkan wajahnya saat mendengar sesuatu bergerak cepat kearahnya.

"Tolong aku Nyimas!"

Ningrum seketika melompat dan menangkap tubuh Ringgo.

*Grep!

Telu

Slamet asisten Ningrum mengantarkan seorang wanita paruh baya menemui majikannya.

Ia kemudian menyuruh wanita itu untuk duduk bersimpuh di depannya sambil menelungkupkan kedua telapak tangannya di depan wajahnya.

"Apa yang bisa aku bantu?" tanya Ningrum begitu ramah

"Aku ingin melakukan kontrak pesugihan dengan anda Nyai," jawab seorang wanita

"Apa kau sudah tahu syarat untuk melakukan kontrak pesugihan denganku?," tanya Ningrum lagi

Wanita itu mengangguk. Ia kemudian memberikan foto seorang anak SMA kepadanya.

"Daripada ia selalu mendatangkan masalah bagi keluarga kami, lebih baik dia mati untuk membahagiakan keluarga nya," jawab wanita itu.

Ningrum tersenyum melihat photo seorang pemuda tampan di tangannya, "Bagaimana kau bisa menumbalkan putramu yang begitu tampan, apa kau tidak menyesal nantinya?"

"Semuanya sudah ku pikirkan masak-masak Nyai. Sudah bertahun-tahun kami hidup dalam kekurangan. Tanpa suami dan harus bekerja keras menghidupi 5 anak yang semuanya sekolah. Dia adalah anak pertama kami. Jika keempat anak ku yang lainnya mau membantu pekerjaan rumah ku ataupun saat aku sedang mencari nafkah. Tapi dia selalu mendatangkan masalah buat keluarga kami. Berkali-kali aku harus ke sekolah karena kenalannya, belum lagi aku juga kerap di panggil pihak kepolisian karena ia sering terlibat tawuran pelajar. Daripada aku stress menghadapinya lebih baik dia aku jadikan tumbal pesugihan saja," jawab wanita itu

"Ok, deal!"

Ningrum kemudian mengambil sebuah surat kontrak pesugihan dan memberikannya kepada wanita itu.

"Silakan kau baca baik-baik kontrakannya kemudian tanda tangani," jawab Ningrum

"Lalu kapan aku akan mendapatkan uangnya?" tanya wanita itu

"Lihat saja di tempat kau menyimpan beras," jawab Ningrum

Wanita itu segera berpamitan setelah menandatangani kontraknya.

Sementara itu Ningrum bersiap-siap untuk menjemput tumbalnya di sebuah sekolah SMA.

Seperti biasa, Ningrum sengaja berdandan ala putri raja saat hendak menjemput tumbalnya.

"Nyai, apa dandanan anda tidak berlebihan hari ini?" tanya Slamet

"Memangnya kenapa, ini adalah dandanan putri kerajaan Majapahit jadi jangan mengkritik ku," tegas Ningrum

"Tapi jaman sudah berubah Nyai, kau malah kelihatan norak bila berdandan menor seperti ini. Bagaimana jika Nyai berdandan ala Korea saja, pasti Nyai akan terlihat jauh lebih cantik dan elegan?"

Seketika Ningrum langsung menjentikkan jarinya membuat sebuah benda melayang menghantam mulut Slamet.

*Plookk!!

"Aduh, mulutku!" seru lelaki itu memegangi mulutnya

"Makanya punya mulut itu di jaga. Bagaimanapun aku adalah wanita paling cantik di dunia ini. Apapun yang aku pakai tidak akan pernah mengurangi kecantikan ku jadi stop memberikan saran konyol kepada ku!" hardik Ningrum

Hanya dengan menjentikkan jarinya Ningrum sudah tiba di SMA PUTRA BANGSA.

Seorang satpam seketika terpukau melihat kecantikan wajah Ningrum yang melintas di depannya.

"Ada yang bisa saya bantu Mbak?" tanyanya dengan ramah

"Apa di sekolah ini ada siswa yang bernama Denis Arista?"

"Oh Denis, ada mbak. Apa mau saya panggilkan anaknya?"

"Tidak perlu, cukup beritahu dimana kelasnya saja," jawab Ningrum

"Apa dia mencuri dompet mbaknya, atau Denis sudah membuat masalah dengan anda?" tanya sekuriti itu lagi

"Sepertinya itu bukan urusan anda," jawab Ningrum kemudian berlalu pergi

"Denis kelas XI IPS, kelasnya ada dilantai 3 yang paling ujung!" seru pria itu kemudian menoleh kearah Ningrum.

"Lah kemana perginya si Neng cantik, belum sempat kenalan kok sudah ngilang aja, gak bilang makasih lagi. Duh... cantik-cantik kok miskin etika!" gerutu sang petugas keamanan

*Tak, tak, tak!!

Semua mata tertuju kearah wanita yang berjalan mendekati tangga.

Angin berhembus mengibaskan rambut Ningrum yang panjang membuat wanita itu terlihat semakin mempesona. Tentu saja para siswa yang melihatnya seketika terpukau dengan kecantikannya. Bukan hanya kaum adam yang terkesiap dengan pesona kecantikan Ningrum, namun juga para kaum hawa tampak mengagumi keindahan tubuh dan kecantikan wanita itu.

"Andai saja ada murid sekolah ini yang secantik dia pasti aku tidak akan bolos lagi!" seru salah seorang siswa

Ningrum menghentikan langkahnya saat ia mendengar sesuatu bergerak cepat kearahnya. Saat ia mendongakkan wajahnya, Netranya membelalak melihat sosok Sanjaya yang terjatuh dari atas balkon lantai tiga.

"Kang Mas Sanjaya?" seru Ningrum dengan mata membelalak

Ia benar-benar tak mengira akan bertemu dengan sosok Raden Mas Sanjaya di sekolah tersebut

"Tolong aku Nyimas!" seru pria itu menatapnya sendu

Melihat pria yang dicintainya dalam bahaya membuat Ningrum seketika melompat dan menangkap tubuh Ringgo yang sekilas mirip dengan Raden Sanjaya.

*Grep!

Ningrum menatap sendu wajah Ringgo yang dipenuhi luka lebam.

"Bagaimana bisa kau terluka seperti ini, siapa yang melakukannya Kang Mas?" ucapnya Gusar

Sementara itu Denis yang melihat kejadian itu tampak marah.

"Ah sial, siapa lagi yang mau jadi pahlawan kesiangan. Aku harus membungkam mulut mereka berdua agar tidak mengadu kepada guru!" seru Denis

Ia segera berlari menuruni tangga diikuti oleh anak buahnya.

"Oi wanita tua, jangan sok pahlawan lo ya!" seru Denis menghampiri keduanya.

Ningrum tersenyum menatap Denis.

Jadi dia pemuda yang di tumbalkan untukku, sepertinya keputusan ibunya sangat tepat untuk menjadikan ia tumbal. Begundal sepertinya memang pantas mati!

Tiba-tiba langit menjadi gelap dan awan hitam mulai menutupi langit yang tampak biru.

Denis mengambil sebuah batu dan berjalan mendekatinya.

"Awas saja kalau kau berani mengadu kepada guru apalagi kepada kepala sekolah. Aku tidak segan-segan akan merontokkan gigimu dengan batu ini!" ancam Denis

"Lakukan saja anak muda, lakukan saja apa yang kau ingin lakukan sebelum aku menghisap seluruh darahmu!" sahut Ningrum membuat Denis tertawa terbahak-bahak

"Menghisap darah ku memangnya kamu ini vampir apa. Dasar wanita gila, pantas saja kau menolong si bab* itu, ternyata kau sama saja dengannya!"

"Sepertinya aku sudah tidak tahan lagi dengan sikap arogan bocah ini," ucap Ningrum yang muak dengan sikap Denis

Saat ia hendak menjentikkan jarinya tiba-tiba, terjadi gerhana matahari yang membuat suasana menjadi gelap.

Saat itulah Denis menghantamkan batu yang dibawanya kearah Ningrum. Namun Ringgo justru memeluk wanita itu hingga darah segar memercik dari kepalanya.

Ningrum melotot kaget saat darah segar membasahi wajahnya cantiknya.

*Tring!

Seketika matahari kembali bersinar saat wanita itu ambruk bersama dengan Denis.

"Apa yang kau lakukan??" ucap Ningrum saat melihat Ringgo tak sadarkan diri dalam pelukannya.

Denis mengambil kembali batu yang terjatuh dan menghampiri Ningrum.

"Sekarang giliran mu!" seru Denis melemparkan batu itu kearahnya

Ningrum berusaha menjentikkan jarinya namun entah kenapa kekuatannya tidak muncul dan seolah menghilang.

"Apa yang terjadi, kenapa jadi begini!" serunya panik

*Buughhh!!

Seketika Ningrum jatuh ke lantai bersimbah darah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!