Semenjak kepergian sang Ibu, Ringgo tampak seperti mayat hidup, ia tak mau keluar dari kamarnya. Ia tak mau makan dan bicara kepada siapapun bahkan sudah tak masuk sekolah selama dua Minggu.
Wisnu berusaha membujuknya. Bahkan mendatangkan seorang psikolog untuk mengembalikan semangat Ringgo. Namun hasilnya nihil. Ringgo tetap saja seperti mayat hidup. Hingga suatu hari sekretaris Wisnu, Nayra mengajukan diri untuk membujuk remaja 18 tahun itu.
"Apa kamu yakin bisa membuat Ringgo bersemangat lagi?" tanya Wisnu
"Percayakan semuanya kepada ku Pak. Aku yakin Ringgo akan mendengarkan aku," ucap Nayra begitu percaya diri
Wanita itu menyemprotkan sesuatu ke mulutnya sebelum menemui Ringgo.
"Semuanya akan beres jika di tangan Nayra,_"
*Krieet!
Nayra berjalan perlahan mendekati Ringgo yang sedang bermain rubik. Ia mengamati sejenak perilaku remaja 18 tahun itu.
"Mas Ringgo gak sekolah lagi?"
Ringgo tampak acuh tak menanggapi ucapan wanita itu. Merasa diacuhkan Nayra pun mulai beraksi, ia menepuk pundak Ringgo dan mendekatkan wajahnya kepada pemuda itu.
"Kalau Mas Ringgo mau ibu bahagia maka Mas Ringgo tidak boleh seperti ini. Tapi kalau kamu tidak mau tetap seperti ini gak mau ngapa-ngapain ya... siap-siap ibumu akan tersiksa di alam kuburnya!" ucap Nayra
Seketika Ringgo berhenti memainkan rubiknya dan menatap wajah wanita di sampingnya.
"Lalu aku harus gimana?" tanya Ringgo
"Jadilah Ringgo yang dulu, tetap bersemangat dan kembali lah ke sekolah. Kasian loh guru kamu bolak-balik datang ke sini tapi kamu cuekin!" jawab Nayra
Ringgo segera bangun dari duduknya dan melangkah pergi.
"Mas Ringgo mau kemana?" tanya Nayra
"Seperti yang kau minta aku akan menjadi Ringgo yang dulu!" jawabnya
Ringgo bergegas keluar menuju ke garasi. Ia kemudian menyalakan sepeda motornya dan bergegas pergi meninggalkan kediamannya.
Wisnu pun buru-buru menyuruh dua orang asistennya untuk mengikuti putranya itu.
Ringgo menghentikan motornya di sebuah barber shop. Sepertinya Ringgo berniat memotong rambutnya.
Selesai potong rambut Ringgo menuju ke sebuah kafe untuk mengisi perutnya yang sudah berhari-hari tak diisi.
Ia memesan begitu banyak makanan. Saat ia hendak kembali ke tempat duduknya tiba-tiba seorang wanita sudah menduduki tempat duduknya.
"Sorry ini bangku gue, jadi silakan cari bangku yang masih kosong," ucap Ringgo
Wanita itu langsung melirik kearahnya.
"Maaf adek tapi aku sudah lebih dulu membooking meja ini," jawab Ningrum kemudian menunjukkan bukti pemesanannya.
Melihat makanannya sudah di sajikan diatas meja membuat Ringgo males untuk pindah.
"Karena makanan ku sudah ada di sini jadi gue gak mungkin pindah dong, gimana kalau gue ganti biaya bookingan lo terus lo bisa pindah ke meja lain. Atau lo tetap di sini saja silakan, gue gak masalah kok," jawab Ringgo
Ningrum mulai terlihat kesal saat mendengar ucapan Ringgo.
"Kamu benar-benar tidak sopan anak muda, apa kau tahu sedang berhadapan dengan siapa?" tanya Ningrum
"Kan tadi gue udah minta maaf, jadi gak salah dong gue. Terus gak sopannya dimana?" tanya Ringgo
"Memang manusia selalu saja merasa paling benar, apa aku perlu ku hisap saja darahnya agar ia tak bertingkah!" gerutu Ningrum
"Hisap darahnya memangnya lo nyamuk apa!" sahut Ringgo membuat Ningrum semakin naik pitam
Ia segera beranjak dari duduknya dan menatap nyalang pemuda itu.
Baiklah, sepertinya tidak ada jalan lain kecuali ku beri dia pelajaran.
Saat Ningrum hendak menjentikkan jarinya tiba-tiba saja seseorang menabraknya hingga ia kehilangan keseimbangan.
Beruntung Ringgo langsung menarik lengannya saat ia hendak jatuh ke lantai.
*Grep!
Ningrum melotot saat bola matanya tiba-tiba beradu pandang dengan anak SMA itu.
"Nyimas Ningrum...."
"Kang Mas Sanjaya?" Ningrum tampak tak percaya saat melihat sosok kekasihnya di depannya
"Maaf Nama saya Ringgo Bramantyo bukan Sanjaya," jawab Ringgo kemudian melepaskan pelukannya
Seketika Ningrum baru sadar jika pria yang dilihatnya adalah Ilusi.
"Ah sial, aku pikir dia benar-benar Kang Mas Sanjaya ternyata cuma halu ku saja," gerutunya
Ia buru-buru merapikan rambutnya sambil mengedarkan pandangannya. Ia buru-buru mengambil tas kecilnya saat melihat seorang pria tua memasuki kafe.
"Tumbalku sudah datang rupanya?"
Ningrum bergegas mendekati pria tua itu. Ia kemudian duduk di hadapan lelaki itu.
"Maaf anda siapa?" tanya pria itu
Ningrum tersenyum mendengar pertanyaan itu.
"Saya adalah teman putra anda, dan bertugas menjemput anda di sini," jawab Ningrum
"Menjemput aku, memangnya kita mau kemana?" tanya pria itu
"Yang jelas kita akan pergi ke tempat yang lebih indah dari pada dunia ini," jawab Ningrum
"Oh begitu, apa boleh aku makan dulu sebelum pergi?" tanya pria itu
"Tentu saja," jawab Ningrum
Ningrum menunggu dengan sabar pria itu menghabiskan makanannya.
"Saya sudah selesai, ayo pergi!" ucap pria itu
Ningrum mengangguk. Ia pun menitikkan jarinya dan semua orang yang ada di sana seketika menjadi patung. Saat itulah Ningrum meletakkan tangannya ke kepala pria itu hingga lelaki itu menghilang menjadi kepulan asap.
"Ah, rasanya segar sekali!" seru Ningrum Saat ia membalikkan badannya ia terkejut melihat Ringgo terlihat menikmati makanannya.
"Bagaimana bisa ia tak berubah menjadi patung??, sebenarnya siapa dia??"
Saat Ningrum mulai penasaran dengan sosok Ringgo asistennya menghubunginya.3
"Nyai, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda!"
"Baiklah, tunggu sebentar!" jawabnya
Ia tidak lupa menjentikkan jarinya untuk mengembalikan orang-orang seperti semula sebelum pergi.
*Tring!!
Semua berjalan normal kembali.
Keesokan harinya Ringgo mulai kembali bersekolah. Pria itu tampak ketakutan saat hendak memasuki kelasnya. Masih ingat di benaknya bagai teman-temannya mengurungnya di toilet sampai Ringgo pingsan.
Setibanya diruang kelas Denis dan teman-temannya langsung menghampirinya.
"Wah kasian anak mamih, sekarang gak punya mamih lagi. Gimana rasanya ditinggal mamih kamu pasti sedih ya, uh kasian!" goda Denis
Seperti biasa Denis menggeledah seisi tas dan mengambil uang Ringgo.
"Sudah lama aku tidak makan sandwich karena gak ada lo yang beliin, gimana kalau sekarang lo beliin gue sandwich dan jus," ucap Denis
"Uangnya mana!" jawab Ringgo
"Pakai uang kamu lah, seperti biasanya besti. Lo kan orang kaya pasti banyak duitnya!" sahut Denis me
"Tapi semua uangku sudah lo ambil,"
"Kalau begitu minta papih lo yang bayarin gih!" jawab Denis di sambut gelak tawa teman-temannya
Ringgo pun bergegas menuju ke kantin. Tidak lama ia kembali dengan membawa sandwich dan jus pesanan Denis. Saat ia hendak meletakkan makanan itu di meja Denis seseorang sengaja menyilangkan kakinya membuat Ringgo jatuh tersungkur dan jus yang di bawanya muncrat mengenai wajah Denis.
*Bruugghhh!!
Tentu saja Denis murka.
"Ringgo, apa kau sengaja melakukan semua ini padaku!" serunya dengan wajah memerah
Semua teman-temannya segera menutup pintu ruang kelas dan berdiri di depannya untuk berjaga-jaga jika ada guru yang datang.
Denjs kemudian menghampiri Ringgo dan menyeretnya. Ia pun meluapkan kemarahannya dengan memukuli Ringgo. Tidak puas membuat pemuda itu babak belur, Denis pun menyeret Ringgo menuju Balkon.
Semua siswa hanya diam melihat kejadian itu tanpa ada yang berani membela Ringgo.
"Tolong maafkan aku Denis, aku janji akan mengganti biaya laundry dan membelikan mu makanan baru tapi tolong jangan bunuh aku!" ucap Ringgo
"Bukankah lo harusnya senang karena jika lo mati maka lo bisa ketemu sama mami lo!" seru Denis
Ringgo menggelengkan kepalanya.
"Jangan Denis, tolong jangan lakukan ini Denis!" seru Ringgo
Namun Denis yang sedang kalap langsung menendang Denis hingga tubuh pria itu jatuh dari lantai 3.
*Tak, tak, tak!
Ningrum mendongakkan wajahnya saat mendengar sesuatu bergerak cepat kearahnya.
"Tolong aku Nyimas!"
Ningrum seketika melompat dan menangkap tubuh Ringgo.
*Grep!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
FiaNasa
sekolah apaan ini kok ada tindak kekerasan ya
2024-01-03
0
𝕬𝖗⃠ROS 𝘼𝙯𝙠𝙖
semangat ya Ringgo,masa depanmu masih panjang
2023-12-06
3
𝕬𝖗⃠ROS 𝘼𝙯𝙠𝙖
sedih lah karna kehilangan orang tua terlebih itu adalah seorang ibu. karna biasanya anak2 lebih dekat sama ibunya
2023-12-06
3