Rahim Yang Dikontrak 2

Rahim Yang Dikontrak 2

PERTEMUAN YANG HANGAT

PRAAAAANG!!

Sebuah kaca jendela pecah berantakan ditonjok oleh Tuan Densbosco ketika sampai di rumah tidak ada satu pun yang menyambut kedatangannya.

Satu-satunya istrinya yang masih ada, yakni Wena Ayu Eriyan juga tidak kelihatan.

Seperti telah diketahui sebelumnya bahwa Tuan Densbosco melakukan kasus penembakan dengan motif cemburu. Kasus itu membuat gempar seluruh masyarakat di kota "J".

Sebagian besar orang menyesalkan kenapa dia melakukan penembakan. Sehingga istrinya Meli Aldina tewas seketika. Sedangkan lelaki yang menyelingkuhi, Dermawan Wibisana menderita luka di bagian punggung.

Kini Tuan Densbosco telah selesai menjalani hukuman. Lelaki seram itu keluar dari pintu penjara dengan mulut menyeringai seperti kuda yang lepas dari istal. Badannya yang tambun menyusut sekian kilogram setelah menjalani hukuman beberapa tahun. Matanya tajam memandang semua orang seolah sebagai musuhnya. Langkahnya mantap menuju ke mobil yang sudah stanby membawanya pulang.

"Kenapa dia tidak tinggal di rumah, Jeni!" teriaknya keras menohok jantung semua orang yang mendengarnya.

Kepala asisten rumah tangga yang masih setia bekerja di rumahnya itu buru-buru menunduk menyembunyikan wajahnya karena takut.

"Mengapa tidak kau beritahu bahwa hari ini aku pulang, hah?!"

"Maaf, Tuan. Kami tidak tahu. Tidak ada yang memberitahu kami kalau Tuan pulang hari ini."

"Goblok! Kalian semua memang sudah tidak peduli padaku. Kalian maunya aku terus tinggal di dalam penjara, kan? Terus kalian bisa menikmati hartaku suka-suka, kan?!"

"Tidak, Tuan. Kami senang Tuan pulang kembali ke rumah ini. Kami masih tetap setia kepada Tuan." Jeni mencoba membuat dingin kembali suasana hati lelaki sangar itu.

"Tapi apa nyatanya. Tidak ada satu pun yang menjemput aku! Sopir dan ajudan mungkin juga tidak akan datang kalau tidak aku telepon!"

"Maaf kami salah, Tuan.... Kami minta maaf...." Jeni menunduk sampai duduk di lantai.

"Terus kemana wanita yang telah aku kontrak rahimnya itu. Apakah kamu tahu, Jeni?"

"Dia baru saja keluar dengan ibunya, Tuan. Sejak Tuan tidak ada mereka kadang tinggal di rumah ini, kadang di rumahnya sendiri. Katanya tadi cuma mau jalan-jalan sebentar. Karena jenuh berada di dalam rumah terus."

"Dengan siapa mereka keluar?"

"Selama ini selalu dengan sopir, Tuan. Nyonya Wena tak pernah keluar sendiri tanpa didampingi sopir," papar Jeni.

"Bagus! Mereka berarti menjalankan apa yang aku inginkan."

Tidak ada satu jam setelah Densbosco pulang ke rumah. Wena Ayu Eriyan dan Wigati datang. Mata Densbosco yang sudah kangen dengan istri mudanya itu membulat penuh arti memandang ke arahnya.

Wena dan ibunya yang tidak tahu bila Tuan Densbosco sudah pulang kaget sebentar. Lalu kekakuan sikap mereka memudar seketika melihat Densbosco tersenyum lebar dan membentangkan tangannya menyambut kedatangan dua wanita cantik itu.

Wena tahu apa maksud dari Tuan Densbosco membentangan tangannya. Dia kemudian mendekat dan membiarkan lelaki itu memeluknya penuh kerinduan.

Sedangkan Wigati tak ayal merasa terharu juga melihat anaknya dan menantunya itu saling mendekap erat.

"Ups! Jangan disini, Tuan," ucap Wena melihat Tuan Densbosco akan mencium bibirnya.

Wigati melihat gelagat Densbosco ingin mencurahkan kerinduannya itu tahu diri segera ngeloyor pergi meninggalkan mereka.

"Kamu kok tambah cantik dan wangi, sayang?" tanya Densbosco setelah berada di dalam kamarnya.

"Saya baru dari salon tuan," jawab Wena jujur.

"Pantas kamu kelihatan lebih cantik dan wangi. Saya senang kamu mau menyambut kepulanganku dengan berdandan seperti ini."

Wena ke salon sebenarnya bukan untuk menyambut kedatangan suaminya. Karena dia tidak tahu kalau suaminya bebas dari hukuman penjara hari itu. Tapi karena dia iseng saja karena di rumah merasa jenuh dan bosan.

"Kamu ingat tidak waktu aku ajak main bersama Meli di kamar ini. Waktu itu kamu lari. kanapa waktu itu kamu itu lari?"

"Aku tidak pernah melakukan begituan tiga orang bersama dalam satu ranjang," Wena nyungir mengingat kejadian itu kembali.

"Sudahlah tidak perlu kau ingat lagi kejadian itu. Sekarang di kamar ini cuma ada aku dan kamu istriku yang paling cantik," ucap Debsbosco seraya menyentuh dagu Wena dengan ibu jari dan telunjuknya.

Wena merasa ada perubahan menghadapi Tuan Densbosco kali ini dengan sebelum-sebelumnya. Kali ini Wena merasa ringan, tidak gugup dan hasratnya juga muncul secara normal. Mungkin karena sekarang hanya dia sendiri istrinya. Karena Nyonya Meli Aldina telah meninggal. Sedangkan Queen Santana sudah cerai.

"Kita mulai darimana ya, Sayang? Aneh saya kok merasa seperti menghadapi seorang gadis pertama kalinya," kata Densbosco setengah merayu.

"Terserah, Tuan. Aku sudah siap Tuan perkosa," ucap Wena berani. Ia melihat Densbosco tidak segalak seperti dulu. Padahal dia dipenjara cukup lama. Mestinya orang baru lepas dari penjara kelihatan rakus mencumbu wanita. Tapi ini kok emosinya cukup tertata dengan baik.

"Masa sih aku memperkosamu. Kamu sekarang kan sudah menjadi istriku sepenuhnya. Aku ingin kamu melakukannya dengan kesadaran penuh sebagai istri yang menyenangkan suaminya," kata Densbosco sangat membius hasrat Wena makin naik.

Maka tanpa menunggu lama Wena langsung merangkul tubuh besar yang hanya mengenakan CD itu. Maka kedua CD bertemua karena Wena sudah melepaskan gaunnya.

Wena duduk menantang di atas tubuh Densbosco. Kedua tangannya bertumpu di dada Densbosco yang bidang. Sedangkan kedua kakinya menekuk ke belakang. Lalu ia bergerak seperti orang mendayung sampan. Maju mundur dengan pelan-pelan.

Densbosco merasakan sensasi yang berbeda dengan saat bermain yang pertama kalinya dengan Wena. Kedua matanya memejam. Perasaannya terfokus pada bagian bawah yang mulai merangkak naik dan agak basah dari CD Wena.

"Kamu sudah basah, sayang...." suara Densbosco menggetarkan seluruh sendi tubuhnya dan gerakan sampan itu makin kencang bergerak maju mundur.

"Oooh...Kamu tambah pintar, sayang...," suara serak berat itu terdengar lagi.

Wena lalu merebahkan badannya ke samping. Densbosco tahu apa maksudnya. Apalagi hasratnya itu sudah naik dengan sempurna. Dia kemudian ganti berada di atas.

Wena melenguh sebentar ketika merasakan ada yang menusuk ke dalam. Dia ingat apa yang diinginkan Densbosco terhadap dirinya. Yaitu memiliki seorang anak. Maka seluruh perasaannya ia curahkan kesana. Ia pompa semangatnya agar Densbosco dengan tepat membuahi telur-telur yang sudah meranggas menunggu disirami.

Densbosco juga merasakan hal yang sama dengan Wena. Ia merasa kini sudah semakin tua. Takut apabila keinginannya itu tidak kesampaian. Maka dia pun serius menggarap Wena. Hingga pada detik yang tepat ia curahkan seluruh kekuatannya bersamaan jeritan halus dari mulut Wena yang cantik.

"Hemmmm..., lega rasanya hati ini. Semoga usaha ini akan mewujudkan impian, Tuan," ucap Wena.

"Saya juga berharap yang sama," balas Densbosco.

Pada saat mereka sedang memadu cinta bersama itu, di luar rumah sedang terjadi kekisruhan kecil antara seorang tamu wanita dengan penjaga pintu gerbang.

Siapa dia?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!