Bestie In Love

Bestie In Love

Season 1

"Eh, Loe yang namanya Wini kan?" tanya sang anak lelaki itu sembari menghampiri gadis kecil dikucir kuda tersebut.

Sang anak perempuan yang dipanggil itu menoleh kearah anak lelaki tersebut sembari mengernyitkan dahinya,"Iya, memang kenapa?" sahut si anak perempuan tersebut dengan anggukkan.

Tiba-tiba si anak lelaki tersebut mengulurkan tangannya dan berucap,"Gue Wibisono Adi Pamungkas. Loe bisa panggil Gue dengan nama Wibi."

Ternyata perkenalan itu disambut baik oleh Wini,"Salam kenal yaa" balas Wini dengan senyuman sembari membalas menjabat tangan si anak lelaki tersebut bernama Wibi.

Wibi merespon dengan anggukkan dan tersenyum sangat manis.

Tanpa disadari, jantung Wini berdegup kencang saat melihat senyuman manis itu.

Dari pertemuan singkat itu, aku dan Wibi memutuskan untuk berteman baik.

Dan dari situlah pertemanan kami tercipta dari bangku SMP.

Kami memutuskan bersahabat karena kedua orang tua kami juga berteman dalam satu instansi di kantor yang sama.

Padahal rumah kami berjauhan, tapi karena orangtua Wibi sering bersilaturahmi ke rumah orangtuaku akhirnya kami jadi teman baik. Dan tak sungkan sering bermain bersama.

Maklum, karena kami sama-sama anak tunggal dan kami dipertemukan di kelas yang sama.

Aku merasakan nyaman saat ada di dekat Wibi. Dia bisa sebagai adik atau abang saat aku butuh bercerita. Semua permasalahan aku tumpahkan pada Wibi, aku senang karena Wibi merespon ceritaku baik-baik.

Wibi juga sebaliknya, dia selalu curhat tentang semua permasalahan yang dihadapinya padaku.

Tapi aku memang sejak awal bertemu dengan Wibi di SMP sudah menaruh hati, aku belum berani mengungkapkan perasaannya pada sahabatku cowok ini.

Hatiku menghangat saat mengingat pertemuan manis dengan Wibi di SMP waktu itu.

"Ternyata rasa ke kamu masih ada sampai sekarang Bi" gumamku dengan senyuman sembari memandangi foto kami berdua sedang menggunakan seragam SMP dan SMA.

...****************...

"Winiiiii" panggil Wibi saat pagi-pagi sudah sampai depan rumah.

Seperti biasa, Wibi menghampiri sahabat masa kecilnya untuk berangkat menuju kampus.

Aku terlonjak dari tempat tidur, lalu melihat jam dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul 06.30

"Astagaaaaa" kagetku,"hari ini kuliah jam 07.00 .Kok sampe aku nggak kebangun lebih awal sih" omelku pada dirinya sendiri sembari mempersiapkan diri untuk ke kampus.

Sekitar 20 menit berlalu, aku membuka pintu rumah. Aku melihat Wibi menunggu di atas motor sembari memainkan ponselnya.

"Sorry Bi, aku barusan bangun nih. Ortu udah pada berangkat kerja" ucapku sembari nyengir tanpa dosa.

"It's oke. No problem. Sekarang waktu kita 10 menit lagi untuk kelas" respon Wibi,"sooo, kamu pegangan kenceng banget karna aku mau ngebut" Wibi melanjutkan ucapannya.

'Mampus gueeee' batinku ketakutan sembari menepok jidat.

Di jalan raya, Wibi beneran ngebut se ngebut-ngebutnya. Aku hanya bisa pasrah sembari menahan ketakutannya dengan cara memejamkan matanya.

Wibi melirik dari spion motornya sembari tersenyum melihat ekspresi panikku.

"Makanya, bangunnya jangan siang-siang" omel Wibi.

Motor segera dilaju dengan kecepatan normal hingga sampai kampus.

...****************...

Sore ini seperti biasa aku dan Wibi meluangkan waktu sejenak untuk saling bertukar cerita di kantin kampus yang masih buka.

"Win, ada film bagus lho di bioskop. Nonton yuk" ajak Wibi sembari menggulir layar ponselnya dan sedang membuka aplikasi tiket online.

"Film apaan sih Bi? Bukannya kemarin barusan ke bioskop?" responku yang masih asyik menggulir layar ponsel juga.

"Biasa, Marvel" cengir Wibi menjawab pertanyaanku.

Mendengar jawaban dari Wibi, aku cepat-cepat meletakkan ponsel lalu melirik kearah lawan bicaraku ini dengan keterkejutan, "What? Again?" responku,"kamu udah berapa kali bolak-balik bioskop Bi? Sampe Mbak-Mbak penjaga teaternya hafal sama kamu" cerocosku dengan ekspresi cemberut.

Wibi tertawa melihat ekspresiku yang sedang cemberut. "Kenapa? Kamu cemburu kalo Mbak-Mbak penjaga teater hafal sama mukaku. Takut kalo aku di taksir?" balas Wibi menggodaku.

"Yee, siapa juga yang cemburu" elakku sembari membuang muka.

Wibi langsung tersenyum geli melihat ekspresi wanita yang ada sebelahnya terlihat jealous.

"Nggak.... nggak, aku mau lihat film yang lain" goda Wibi sembari menyolek daguku.

"Perasaan daftar film yang dipajang di pinggir bioskop udah kamu liat semua Bi" ucapku sembari melirik Wibi dengan tatapan sadis,"mau diulangi semuanya?" tanyaku dengan nada kesal.

Wibi hanya meringis sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal,"Ya oke...okeee. Nanti kalo ada film baru lagi aku ngajakin kamu kok" janji Wibi tengah merayuku.

Aku hanya membalas dengan menggelengkan kepala. Heran saja, di era digital yang sudah berkembang pesat. Wibi masih memilih untuk mendatangi bioskop sembari menonton film action kesayangannya.

"Lagian yang nonton di bioskop juga banyak peminatnya" kekeh Wibi yang sedang melirikku tengah menggelengkan kepala.

"Yasudah, lagian ngapain juga aku melarangmu yang sudah maniak film ini" jawabku pasrah.

Wibi hanya tersenyum dan sedang menatap seseorang ada di depannya kini.

Aku tak mengambil pusing dengan keputusan Wibi yang memang dasarnya maniak nonton langsung ke bioskop. Malah menurutnya, Wibi sampai hafal dengan alur jalan cerita sebelum tayang di bioskop.

"Pulang yuk. Udah malem, aku nggak enak sama Om dan Tante di rumah" ajak Wibi saat melihat jam tangannya yang ternyata sudah menunjukkan pukul 20.30

Aku mengangguk dan kali ini menuruti kata Wibi.

Sesampai di rumah, kami terkejut ternyata ada orangtua Wibi sedang berkunjung ke rumahku.

"Itu mereka baru saja datang, panjang umur sekali" seru Pak Tirta saat melihat sang putra pulang bersamaan dengan sahabatnya.

Kami segera turun dari motor lalu menyalami orang tua kami satu persatu dan bergantian.

"Kalian ini memang nggak bisa dipisahkan sedetik pun ya" ucap Bundaku sembari menggodaku dan Wibi.

Langsung kami tampak tersipu malu.

"Kok kalian nggak pacaran aja sih?" sambung Mama Wibi.

"Mama! Tante!" ucap kami serentak.

"Tuh kan, Kalian tuh cocok tau" respon Papaku.

"Wah asyik. Kita besanan" seru Ayah Wibi.

"Wini butuh waktu kalo sampai dijodohkan sama Wibi" ucapku sembari meninggalkan kedua orangtuaku, Wibi dan kedua orangtua Wibi.

Suasana menjadi tegang di ruang tamu. Wibi terdiam seakan memendam rasa kecewanya. Yaa...Wibi memang sudah lama menaruh hati ke Wini sahabatnya. Sebenarnya Wibi juga tidak keberatan jika dijodohkan dengan Wini. Tapi Wibi harus memahami, semua butuh proses. Termasuk perasaan cinta.

Sementara di kamar, aku sedang merenungkan perjodohan dengan sahabatku Wibi. Kedua orangtua kami sudah mengantongi restu. Tapi aku merasa bahwa kami hanya sebatas sahabat, tapi hati kecilku berkata sangat menyukai Wibi. Wibi adalah segalanya.

...****************...

Pagi harinya saat aku sedang menikmati sarapan bersama kedua orangtuaku.

"Nggak sopan dong, masa ada tamu seperti itu" ucap Papaku.

"Iya Wini, kamu kan sebentar lagi juga selesai kuliahnya. Jadi nggak nunggu lama dong waktunya" sambung Bundaku juga.

Jantungku berdetak kencang, bahkan aku juga sedang menyembunyikan perasaan salah tingkahku pagi ini.

"Wini butuh waktu Bund, Pa...." aku berpendapat,"bukannya kata kalian cinta butuh waktu juga untuk tumbuh" aku menyelesaikan pendapat.

"Kan belum tentu rencana menjodohkan di setujui oleh Wibi juga" aku menambahkan.

"Ini yang terbaik Sayang" ucap Papaku.

Bunda mengangguk menyetujui ucapan Papa.

Aku menghembuskan nafas dengan berat. "Wini mau fokus belajar dulu Bund, Pa..." ucapku serius, "maybe nanti akan melanjutkan S2" aku melanjutkan ucapanku lagi.

Belum selesai percakapan kami di ruang makan, terdengar suara dari luar.

"Biar Wini saja yang membuka gerbang dan pintunya" ucapku sembari beranjak dari kursi di ruang meja makan.

Aku membuka pintu dan gerbang rumah, tampak Wibi sudah siap menjemputku pagi ini.

"Masuk lah, kami lagi sarapan di dalam" kataku mempersilakan Wibi masuk rumah.

Yang di suruh masuk rumah langsung memberi cengiran dan mengangguk. Setelah itu Wibi menyalami kedua orangtuaku dengan hormat.

"Eh Wibi, mau berangkat bareng Wini ya" sambut Bunda penuh senyum.

"Iya Tante, kebetulan kelas kami jadi satu" angguk Wibi.

"Iya Bund, mana dosennya galak pulak. Serem" sambungku.

"Serem buat kamu, aku sih nggak" balas Wibi sembari menjulurkan lidah.

"Dih, dibelain napa sih?? Gitu amat sama aku" aku cemberut.

Bunda, Papa dan Wibi tertawa melihat ekspresiku cemberut.

"Yaudah Bund, Pa... Wini berangkat kuliah dulu sama Wibi" pamitku sembari mencium tangan Bunda dan Papa dengan hormat.

Wibi juga melakukan hal yang sama. Kemudian Bunda dan Papa juga bersiap untuk berangkat kerja juga.

"Bi, jaga Wini yaaa. Awas kalo sampe kenapa-kenapa" pesan Papa dengan nada bercanda.

"Siap Om, Wibi selalu jadi pengawal Wini" angguk Wibi sembari tangannya membentuk gerakan hormat.

"Makasih ya Wibi, kamu selalu di repoti Wini terus" ucap Bunda Wini juga penuh senyum.

"Sama-sama Tante. Wibi tidak merasa direpotkan oleh Wini" angguk Wibi sopan.

Setelah itu, mereka melakukan kegiatan pagi ini masing-masing. Sementara aku dan Wibi langsung pergi menuju kampus.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!