Season 3

Seperti biasa, pagi ini Wibi menghampiriku untuk berangkat kuliah. Kami satu jurusan tapi beda kelas.

"Pulang kuliah jam berapa Win??" tanya Wibi dengan setengah teriak karena kami sedang posisi di motor.

Suara angin dan motor Wibi bersahut-sahutan, hingga aku tidak mendengarkan Wibi bertanya. Wibi menyenggolku yang membuatku langsung refleks menyahut.

"Apaan sih Bi?" sahutku dengan berteriak.

"Kamu tadi nggak denger aku tanya apa?" teriak Wibi.

"Nggaklah. Mana denger!! Suaramu, angin sama motor nimbrung jadi satu gitu. Gimana aku mau denger?" sungutku.

"Apa?? Aku juga nggak denger" Wibi bergantian menulikan pendengaran.

Karena merasa dikerjain Wibi, akhirnya aku menoyor kepala Wibi.

"Wibiiiiiii, rese ya Lu" protesku.

Terdengar Wibi langsung terpingkal-pingkal kemudian motor dilaju dengan kecepatan tinggi. Sementara aku yang duduk di belakang hanya bisa terus-terusan beristigfar.

Sesampainya di kampus, aku seperti biasa langsung merasakan jetlag.

"Bi...." panggilku,"kamu tuh ya kalo naik motor udah kayak mau setor nyawa" cerocosku merasa kesal.

"Ya gimana? Kamu tiap hari yang ciptain telat mulu" jawab Wibi santai.

Aku masih terlihat geregetan dengan Wibi karena Wibi jika membawa motor suka sembarangan.

Aku yang ingin menjewer Wibi tidak jadi karena sahabat kami, Audy datang menghampiriku.

"Untungnya Loe segera dateng Dy, kalo nggak patah telinga Gue" ucap Wibi sembari melirikku.

Audy langsung geleng-geleng kepala sembari menertawakan curhatan Wibi,"Ya kalo patah tinggal disambung lagi lah" jawab Audy dengan santainya.

Aku merasa menang lalu ikut tertawa meledek kearah Wibi, sementara Audy ikutan tertawa geli melihat Wibi tengah memasang ekspresi cemberut.

"Ih, kok betah sih temenan sama cowok tukang ngambek" cibir Audy.

"Entah deh, nemu juga di sekolah" jawabku masih tertawa.

"Heh?! Gini-gini aku pernah jadi cowok limited edition lhoh" sahut Wibi tidak terima.

Aku dan Audy tertawa saat Wibi yang sudah sampai depan kelasnya menyahut obrolan kami.

"Sombongnyaaaa" cebikku sembari berteriak pada Wibi,"mentang-mentang jaman SMP SMA banyak yang naksir gitu" aku melanjutkan protes.

Yang diprotes hanya tertawa,"Kenapa sih Win? Kamu jealous karna aku jadi rebutan cewek-cewek dulunya" goda Wibi meng skak matt-ku.

Aku terkejut saat ucapan Wibi tepat sasaran lalu merasakan degupan dasyat di dada, kemudian mengalihkan pandangan ke sembarang arah.

Audy yang mengetahui gelagat salah tingkahku hanya tersenyum geli.

Kemudian Audy mengajakku untuk segera masuk kelas dan tak lupa berpamitan dengan Wibi sedang menunggu perkuliahan.

Setelah kurang lebih 2,5 jam berlangsung kuliah di mulai. Kami bertiga satu prodi, tapi Wibi beda kelas denganku dan Audy.

"Dosennya gilak deh, doyan curcol" cerocosku yang mulai kelaparan.

"Iya nih, mana perutku udah minta diisi pula" sambung Audy yang mulai kelaparan juga.

"Yaudah yuk, kita ke kantin aja" ajakku sembari menggandeng tangan Audy.

Audy langsung mengangguk semangat.

Aku dan Audy segera keluar kelas, tapi langkah kami terhenti saat Wibi memanggil.

"Ikutan dong" teriak Wibi,"pasti mau ke kantin kan?" tebak Wibi pada kami.

"Iya Bi, aku udah laper berat nih" ucap Audy tampak memegangi perutnya.

"Udah nggak ngambek lagi nih sama kita" aku menyindir Wibi dengan ekspresi geli.

"Kalo masih berisik, aku cium nih" ancam Wibi padaku.

Aku memelototi Wibi yang ternyata mendapatkan balasan dengan tertawa penuh kemenangan.

"Aduh, salah moment ini" protes Audy merasa menjadi obat nyamuk kami berdua.

Wibi membalas dengan ekspresi tertawa,"buruan gih cari gebetan" Wibi berkomentar.

"Belum ada" jawab Audy dengan ekspresi malas.

"Ini mau makan, kenapa malah kalian berantem sih?" ucapku melirik Wibi dan Audy.

Seperti biasa Audy berjalan ditengah-tengah aku dan Wibi.

Kadang aku merasa kasian terhadap Audy yang sering kena cibir orang-orang kampus. Tapi bagiku dan Wibi tidak masalah, menurut kami Audy tetap menjadi sahabat terbaik.

"Nggak usah di dengerin mereka ngomongin tentang Loe. Toh hidup Loe nggak tergantung pada mereka juga kan" bisikku pada Audy.

Audy hanya mengangguk,"Gue udah kebal aja sih" jawab Audy sembari tersenyum kecut.

Kami sengaja mengambil tempat duduk yang masih kosong dan jauh dari orang-orang. Setelah itu, kami memesan semangkok bakso komplit dan es teh.

"Kenyaaaangggg" ucap Audy sembari menepuk-nepuk perutnya yang terlihat besar.

Sementara aku dan Wibi masih ada beberapa suapan lagi untuk dihabiskan.

"Laper berat Buk" kekehku sembari melirik Audy.

Audy hanya membalas dengar nyengir saja. Aku langsung memaklumi sahabatku satu-satunya ini.

Terlihat bakso Wibi sudah habis, padahal ia menuangkan sambal berkali-kali di mangkok baksonya sampai kuahnya memerah. Sedangkan aku menuangkan sedikit saja sudah terasa pedasnya sampai ubun-ubun.

"Kebiasaan, kalo makan suka lamban" cibir Wibi sembari menyeruput es teh porsi jumbo nya tinggal sedikit.

"Pedes Bi, gila Lu" sungutku yang sesekali menyeruput es jeruknya yang tinggal setengah gelas,"kan aku suka pedes, tapi dikit" ucapku sembari menyengir kearah Wibi.

Ekspresi Wibi hanya tersenyum, lalu beranjak dari tempat duduk dan ternyata membeli air mineral.

"Nih minum dulu..." pinta Wibi sembari menyodorkan air mineral yang telah dibukanya tersebut untukku,"biar pedesnya cepet ilang" ucap Wibi lagi.

Aku terkejut dan yang pasti sedang mengumpat senyum,"Eh, makasih ya Bi" cengirku terlihat senang.

"Salah sendiri nggak suka pedes malah ambil sambal" ucap Audy ikut memprotes.

"Biar aku biasa makan pedes lah" jawabku yang ternyata masih mendesis kepedasan.

"Udah buruan deh, dihabiskan baksomu" omel Wibi yang terlihat masih kepedasan.

"Iya iya. Ini juga lagi di habiskan kok" sewotku sembari mengunyah bakso yang terakhir.

Tanpa disadari Wibi tersenyum mendengar Wini sewot pada dirinya,'Andaikan Loe tau Win, dari dulu Gue suka banget sama Loe' batin Wibi yang tanpa sadar jantungnya berdebar kencang sembari mengamati Wini menghabiskan baksonya.

Justru yang diamati tidak menyadari hal tersebut, malah fokus menghabiskan bakso yang tinggal 1 biji sampai habis.

"Sudah kenyangggg" seruku yang memecahkan lamunan Wibi.

Aku melihat Wibi dan Audy sedang sibuk dengan ponselnya mereka masing-masing.

"Eh, kalian sibuk ngapain sih?" aku mengganggu Wibi dan Audy yang sedang memainkan ponselnya.

"Ih, kepo amat" protes Wibi sembari menahan perasaan salah tingkahnya karena wajahku begitu dekat dengan wajah Wibi.

"Ah iya. Win, kita ada kuliah jam segini" seru Audy mengangetkanku dan Wibi.

Aku dengan ekspresi takut-takut melirik jam tangannya dan sudah pukul 14.30 "What? Kenapa bisa lupa kalo jam 14.00 ada kuliah?" kejutku langsung tersadar.

Belum sempat berpamitan dengan Wibi, kami langsung berlari menuju kelas. Sementara Wibi hanya menggelengkan kepala saja melihat kedua cewek itu panik.

Sesampainya di kelas terlihat sepi dan tidak ada teman sekelasnya maupun dosen pengampunya. Audy menunggu di luar kelas.

"Eh, udah kelar kelasnya?" tanyaku pada teman sekelas yang masih duduk di ruangan.

"Hah? Siapa yang bilang hari ini ada kelas. Kan kelas Pak Rido besok siang. Ini masih hari Selasa kaleee" jawab Raya, teman sekelas kami.

Aku mengecek jadwal kuliah melalui notes di ponsel, ternyata salah jadwal.

Langsung saja aku mencari Audy.

"Audyyyyyyy" teriakku dengan perasaan kesal sembari keluar kelas.

Audy terpingkal-pingkal saat aku menghampirinya.

"Sialan Lu, ngerjain Gue yaaa" sungutku sembari mencubit lengan Audy.

"Sorry, sorry... Gue juga kelupaan Win" jawab Audy yang juga baru ingat jadwalnya sekarang.

"Huh, Loe sih heboh sendiri. Gue kan jadi ikutan panik" omelku.

Audy langsung nyengir tanpa dosa,"Iya iyaa. Sorry Win. Gue tadi juga beneran lupa" ucap Audy merasa bersalah.

"Nggak apa deh, Gue masih disini nunggu Wibi selesai kuliah" anggukku mengerti.

"Yaudah, Gue pulang dulu ya. Kalo ada apa-apa kabarin Gue" pamit Audy lalu berpesan padaku.

Aku tertawa,"Tenang, selama ada Wibi semua akan baik-baik saja" ucapku yang masih menunggu Wibi selesai kuliah.

Audy langsung melambaikan tangan kearahku. Lalu kubalas melambaikan tangan juga.

Beberapa jam kemudian, Wibi sudah selesai kuliahnya.

Wibi langsung menghampiri Wini yang sedang memainkan ponselnya.

"Nunggu siapa neng?" tanya Wibi dengan ekspresi jahil.

"Nunggu kang siomay lewat" jawabku ketus.

Wibi langsung terpingkal-pingkal mendengar jawabanku.

"Nggak peka apa, ditungguin dari tadi??" omelku sembari berkacak pinggang.

Wibi semakin tertawa,"Iya iya.... hari ini mau ditemeni kemana?" tanya Wibi sembari menawarkan diri.

"Bi, jidat Loe nggak lagi anget kan?" ucapku sembari memegangi jidat Wibi,"tumben amat. Kesambet apaan?" jawabku dengan ekspresi bengong.

Wibi langsung cemberut,"Cowok emang selalu serba salah" protes Wibi yang membuatku tersenyum geli.

"Sorry Bi, sorry. Bercanda doang. Ayo lah, kita jalan ke mall. Ada yang ingin aku beli" ucapku dengan nada bersemangat.

Wibi mengangguk, tanpa sungkan dirinya menggandeng tanganku. Sementara aku yang digandeng tangannya oleh Wibi langsung salah tingkah dan merasakan debaran dasyat di dada.

Setelah mencari barang yang aku maksud, kami berhenti di deretan stand makanan.

"Mau makan apa?" tanya Wibi sembari melihat jajaran stand makanan tersebut.

"Hmm, apaan ya?" ucapku juga sembari mengitari jajaran stand makanan yang berada di lantai 3.

Tak butuh lama, akhirnya aku berucap"Makan ramen ya Bi."

Wibi tanpa pikir panjang langsung mengangguk dan mengikuti menu yang aku pesan.

Kami masuk ke stand makanan ramen dan sushi.

Tampak waiters langsung menghampiri kami sembari membawakan buku menu resto tersebut.

"Mau pesan apa Kak?" tanya waiters tersebut dengan ramah.

Aku dan Wibi melihat nama menu yang ada list tersebut.

"Kak, aku pesan Chicken Ramen. Terus minumnya ocha ice" ucapku pada sang waiters.

Waiters tersebut mengangguk dan mencatat pesananku.

"Kak, kalo aku pesan seafood ramen, chicken sushi dan minumnya disamakan dengan mbaknya ya" ucap Wibi pada waiters nya.

Waiters tersebut tersenyum lalu mengangguk sekali kali sembari mencatat pesanan Wibi.

"Baik Kak, ditunggu pesanannya ya" ucap waiters tersebut.

Kami langsung kompak mengangguk.

"Bi, lihat deh piyama ini cute ya" ucapku memperlihatkan barang tersebut yang masih ada di keranjang e-comers orange.

Wibi hanya menggelengkan kepala, bahkan dirinya tidak kaget jika Wini memang pecinta piyama dan one sheet berwarna pink. Semua warna telah dimilikinya. Lengkap, tanpa ada satu warna yang tertinggal.

"Itu kan sudah punya warnanya, kenapa beli lagi" omel Wibi.

"Ehh jangan salah. Yang kemarin pink kalem alias peach. Kalo yang mau aku pake warna baby pink" protesku.

Wibi menghembuskan nafas panjang, dibenaknya warna semua warna yang Wini pakai adalah PINK. Tapi menurut Wini sendiri warna pink mempunyai beberapa macam. "Nggak bosen gitu, warna pink lagi. Pink lagi" cibir Wibi.

"Nih ya Bi, biar kamu hafal dan bisa membedakan" aku mulai memberikan penjelasan,"pink itu ada macamnya. Dusty pink, peach, pink calm, pink fanta, baby pink" aku menyebutkan secara detail dan membuat Wibi semakin pusing untuk membedakannya.

Tak menunggu lama, karena pesanan makanan mereka sudah datang. Kami langsung saja menyantap menu yang sudah ada di depan mata sembari bercerita tentang kegiatan masing-masing.

...****************...

"Bi....tungguin kek, main ninggal aja" protes Wini sembari mengejar Wibi yang langkahnya sudah memasuki gerbang sekolah SMP.

Wibi menoleh saat terdengar Wini memprotesnya, langkahnya terhenti.

"Buruan Winnnn" ucap Wibi mulai kesal,"kamu kalo jalan kayak siput. Bahkan siput aja jalannya lebih cepet dari kamu" Wibi melanjutkan ucapannya.

Wini mendengus kesal, langkahnya dipercepat untuk sampai berjalan disebelah Wibi.

"Jangan lari-lari nanti ja...." ucap Wibi terpotong karena Wini sudah terlanjur jatuh,"tuh...." ucap Wibi lagi lalu berlari mengejar Wini yang terjatuh.

Wajah Wini memerah, bukan salah tingkah karena ditolong Wibi melainkan menangis tersedu.

"Bundaaaa, kaki Wini sakit..." teriak Wini yang masih saja menangis.

"Udah, jangan nangis" hibur Wibi sembari mengeluarkan plester dari tas ranselnya, kemudian menempelkan plester tersebut pada luka di kaki Wini,"tenang, ini sudah sembuh kok" ucap Wibi sembari meniup luka di kaki Wini kemudian tersenyum.

Tangisan Wini semakin kencang, dan otomatis membuat Wibi semakin panik.

"Duh, mana nangisnya makin kenceng lagi" gumam Wibi yang masih kebingungan,"cup...cup...udah jangan nangis lagi" kini Wibi menenangkan Wini sembari mengusap lembut rambutnya dan ajaibnya membuat tangisannya Wini mereda.

"Udah ya, jangan nangis lagi" ucap Wibi sembari menggandeng tangan Wini,"lain kali yang hati-hati, biar nggak jatuh lagi" Wibi melanjutkan ucapannya yang dapat anggukkan dari Wini.

Wibi tersentak kaget saat menyadari bahwa tadi sedang flashback ke masa awal-awal pertemanannya dengan Wini saat mereka masih mengenakan seragam SMP. Lalu tersenyum tersipu karena mengingat kenangan masa silam sewaktu sekolah dulu. Memang Wibi akui, walau Wini tergolong cewek yang cerewet, manja dan cengeng tapi Wibi tidak melihat kekurangan itu. Justru Wibi senang jika Wini bersikap seperti itu padanya. Dirinya merasa dibutuhkan.

"Aku juga nggak tau kenapa bisa jatuh hati padanya dari dulu hingga sekarang, perasaan yang tidak pernah berubah" gumam Wibi sembari menatap langit-langit kamarnya dan merasakan hatinya menghangat.

Ditatapnya ponsel dengan wall papper mereka berdua. Tepatnya kumpulan kolase foto mereka dari SMP, SMA hingga saat ini. Wibi refleks tersenyum lagi lalu bergumam"Win, walau kamu cukup cerewet tapi aku senang. Apalagi berdebat denganmu."

Setelah berkata demikian, perasaan Wibi jauh lebih lega. Lalu dia beranjak sebentar untuk mematikan lampu kamarnya kemudian merebahkan tubuhnya dikasur.

Selang beberapa detik kemudian, mata Wibi terpejam. Mungkin bertemu dengan Wini dalam mimpi.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!