NovelToon NovelToon

Bestie In Love

Season 1

"Eh, Loe yang namanya Wini kan?" tanya sang anak lelaki itu sembari menghampiri gadis kecil dikucir kuda tersebut.

Sang anak perempuan yang dipanggil itu menoleh kearah anak lelaki tersebut sembari mengernyitkan dahinya,"Iya, memang kenapa?" sahut si anak perempuan tersebut dengan anggukkan.

Tiba-tiba si anak lelaki tersebut mengulurkan tangannya dan berucap,"Gue Wibisono Adi Pamungkas. Loe bisa panggil Gue dengan nama Wibi."

Ternyata perkenalan itu disambut baik oleh Wini,"Salam kenal yaa" balas Wini dengan senyuman sembari membalas menjabat tangan si anak lelaki tersebut bernama Wibi.

Wibi merespon dengan anggukkan dan tersenyum sangat manis.

Tanpa disadari, jantung Wini berdegup kencang saat melihat senyuman manis itu.

Dari pertemuan singkat itu, aku dan Wibi memutuskan untuk berteman baik.

Dan dari situlah pertemanan kami tercipta dari bangku SMP.

Kami memutuskan bersahabat karena kedua orang tua kami juga berteman dalam satu instansi di kantor yang sama.

Padahal rumah kami berjauhan, tapi karena orangtua Wibi sering bersilaturahmi ke rumah orangtuaku akhirnya kami jadi teman baik. Dan tak sungkan sering bermain bersama.

Maklum, karena kami sama-sama anak tunggal dan kami dipertemukan di kelas yang sama.

Aku merasakan nyaman saat ada di dekat Wibi. Dia bisa sebagai adik atau abang saat aku butuh bercerita. Semua permasalahan aku tumpahkan pada Wibi, aku senang karena Wibi merespon ceritaku baik-baik.

Wibi juga sebaliknya, dia selalu curhat tentang semua permasalahan yang dihadapinya padaku.

Tapi aku memang sejak awal bertemu dengan Wibi di SMP sudah menaruh hati, aku belum berani mengungkapkan perasaannya pada sahabatku cowok ini.

Hatiku menghangat saat mengingat pertemuan manis dengan Wibi di SMP waktu itu.

"Ternyata rasa ke kamu masih ada sampai sekarang Bi" gumamku dengan senyuman sembari memandangi foto kami berdua sedang menggunakan seragam SMP dan SMA.

...****************...

"Winiiiii" panggil Wibi saat pagi-pagi sudah sampai depan rumah.

Seperti biasa, Wibi menghampiri sahabat masa kecilnya untuk berangkat menuju kampus.

Aku terlonjak dari tempat tidur, lalu melihat jam dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul 06.30

"Astagaaaaa" kagetku,"hari ini kuliah jam 07.00 .Kok sampe aku nggak kebangun lebih awal sih" omelku pada dirinya sendiri sembari mempersiapkan diri untuk ke kampus.

Sekitar 20 menit berlalu, aku membuka pintu rumah. Aku melihat Wibi menunggu di atas motor sembari memainkan ponselnya.

"Sorry Bi, aku barusan bangun nih. Ortu udah pada berangkat kerja" ucapku sembari nyengir tanpa dosa.

"It's oke. No problem. Sekarang waktu kita 10 menit lagi untuk kelas" respon Wibi,"sooo, kamu pegangan kenceng banget karna aku mau ngebut" Wibi melanjutkan ucapannya.

'Mampus gueeee' batinku ketakutan sembari menepok jidat.

Di jalan raya, Wibi beneran ngebut se ngebut-ngebutnya. Aku hanya bisa pasrah sembari menahan ketakutannya dengan cara memejamkan matanya.

Wibi melirik dari spion motornya sembari tersenyum melihat ekspresi panikku.

"Makanya, bangunnya jangan siang-siang" omel Wibi.

Motor segera dilaju dengan kecepatan normal hingga sampai kampus.

...****************...

Sore ini seperti biasa aku dan Wibi meluangkan waktu sejenak untuk saling bertukar cerita di kantin kampus yang masih buka.

"Win, ada film bagus lho di bioskop. Nonton yuk" ajak Wibi sembari menggulir layar ponselnya dan sedang membuka aplikasi tiket online.

"Film apaan sih Bi? Bukannya kemarin barusan ke bioskop?" responku yang masih asyik menggulir layar ponsel juga.

"Biasa, Marvel" cengir Wibi menjawab pertanyaanku.

Mendengar jawaban dari Wibi, aku cepat-cepat meletakkan ponsel lalu melirik kearah lawan bicaraku ini dengan keterkejutan, "What? Again?" responku,"kamu udah berapa kali bolak-balik bioskop Bi? Sampe Mbak-Mbak penjaga teaternya hafal sama kamu" cerocosku dengan ekspresi cemberut.

Wibi tertawa melihat ekspresiku yang sedang cemberut. "Kenapa? Kamu cemburu kalo Mbak-Mbak penjaga teater hafal sama mukaku. Takut kalo aku di taksir?" balas Wibi menggodaku.

"Yee, siapa juga yang cemburu" elakku sembari membuang muka.

Wibi langsung tersenyum geli melihat ekspresi wanita yang ada sebelahnya terlihat jealous.

"Nggak.... nggak, aku mau lihat film yang lain" goda Wibi sembari menyolek daguku.

"Perasaan daftar film yang dipajang di pinggir bioskop udah kamu liat semua Bi" ucapku sembari melirik Wibi dengan tatapan sadis,"mau diulangi semuanya?" tanyaku dengan nada kesal.

Wibi hanya meringis sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal,"Ya oke...okeee. Nanti kalo ada film baru lagi aku ngajakin kamu kok" janji Wibi tengah merayuku.

Aku hanya membalas dengan menggelengkan kepala. Heran saja, di era digital yang sudah berkembang pesat. Wibi masih memilih untuk mendatangi bioskop sembari menonton film action kesayangannya.

"Lagian yang nonton di bioskop juga banyak peminatnya" kekeh Wibi yang sedang melirikku tengah menggelengkan kepala.

"Yasudah, lagian ngapain juga aku melarangmu yang sudah maniak film ini" jawabku pasrah.

Wibi hanya tersenyum dan sedang menatap seseorang ada di depannya kini.

Aku tak mengambil pusing dengan keputusan Wibi yang memang dasarnya maniak nonton langsung ke bioskop. Malah menurutnya, Wibi sampai hafal dengan alur jalan cerita sebelum tayang di bioskop.

"Pulang yuk. Udah malem, aku nggak enak sama Om dan Tante di rumah" ajak Wibi saat melihat jam tangannya yang ternyata sudah menunjukkan pukul 20.30

Aku mengangguk dan kali ini menuruti kata Wibi.

Sesampai di rumah, kami terkejut ternyata ada orangtua Wibi sedang berkunjung ke rumahku.

"Itu mereka baru saja datang, panjang umur sekali" seru Pak Tirta saat melihat sang putra pulang bersamaan dengan sahabatnya.

Kami segera turun dari motor lalu menyalami orang tua kami satu persatu dan bergantian.

"Kalian ini memang nggak bisa dipisahkan sedetik pun ya" ucap Bundaku sembari menggodaku dan Wibi.

Langsung kami tampak tersipu malu.

"Kok kalian nggak pacaran aja sih?" sambung Mama Wibi.

"Mama! Tante!" ucap kami serentak.

"Tuh kan, Kalian tuh cocok tau" respon Papaku.

"Wah asyik. Kita besanan" seru Ayah Wibi.

"Wini butuh waktu kalo sampai dijodohkan sama Wibi" ucapku sembari meninggalkan kedua orangtuaku, Wibi dan kedua orangtua Wibi.

Suasana menjadi tegang di ruang tamu. Wibi terdiam seakan memendam rasa kecewanya. Yaa...Wibi memang sudah lama menaruh hati ke Wini sahabatnya. Sebenarnya Wibi juga tidak keberatan jika dijodohkan dengan Wini. Tapi Wibi harus memahami, semua butuh proses. Termasuk perasaan cinta.

Sementara di kamar, aku sedang merenungkan perjodohan dengan sahabatku Wibi. Kedua orangtua kami sudah mengantongi restu. Tapi aku merasa bahwa kami hanya sebatas sahabat, tapi hati kecilku berkata sangat menyukai Wibi. Wibi adalah segalanya.

...****************...

Pagi harinya saat aku sedang menikmati sarapan bersama kedua orangtuaku.

"Nggak sopan dong, masa ada tamu seperti itu" ucap Papaku.

"Iya Wini, kamu kan sebentar lagi juga selesai kuliahnya. Jadi nggak nunggu lama dong waktunya" sambung Bundaku juga.

Jantungku berdetak kencang, bahkan aku juga sedang menyembunyikan perasaan salah tingkahku pagi ini.

"Wini butuh waktu Bund, Pa...." aku berpendapat,"bukannya kata kalian cinta butuh waktu juga untuk tumbuh" aku menyelesaikan pendapat.

"Kan belum tentu rencana menjodohkan di setujui oleh Wibi juga" aku menambahkan.

"Ini yang terbaik Sayang" ucap Papaku.

Bunda mengangguk menyetujui ucapan Papa.

Aku menghembuskan nafas dengan berat. "Wini mau fokus belajar dulu Bund, Pa..." ucapku serius, "maybe nanti akan melanjutkan S2" aku melanjutkan ucapanku lagi.

Belum selesai percakapan kami di ruang makan, terdengar suara dari luar.

"Biar Wini saja yang membuka gerbang dan pintunya" ucapku sembari beranjak dari kursi di ruang meja makan.

Aku membuka pintu dan gerbang rumah, tampak Wibi sudah siap menjemputku pagi ini.

"Masuk lah, kami lagi sarapan di dalam" kataku mempersilakan Wibi masuk rumah.

Yang di suruh masuk rumah langsung memberi cengiran dan mengangguk. Setelah itu Wibi menyalami kedua orangtuaku dengan hormat.

"Eh Wibi, mau berangkat bareng Wini ya" sambut Bunda penuh senyum.

"Iya Tante, kebetulan kelas kami jadi satu" angguk Wibi.

"Iya Bund, mana dosennya galak pulak. Serem" sambungku.

"Serem buat kamu, aku sih nggak" balas Wibi sembari menjulurkan lidah.

"Dih, dibelain napa sih?? Gitu amat sama aku" aku cemberut.

Bunda, Papa dan Wibi tertawa melihat ekspresiku cemberut.

"Yaudah Bund, Pa... Wini berangkat kuliah dulu sama Wibi" pamitku sembari mencium tangan Bunda dan Papa dengan hormat.

Wibi juga melakukan hal yang sama. Kemudian Bunda dan Papa juga bersiap untuk berangkat kerja juga.

"Bi, jaga Wini yaaa. Awas kalo sampe kenapa-kenapa" pesan Papa dengan nada bercanda.

"Siap Om, Wibi selalu jadi pengawal Wini" angguk Wibi sembari tangannya membentuk gerakan hormat.

"Makasih ya Wibi, kamu selalu di repoti Wini terus" ucap Bunda Wini juga penuh senyum.

"Sama-sama Tante. Wibi tidak merasa direpotkan oleh Wini" angguk Wibi sopan.

Setelah itu, mereka melakukan kegiatan pagi ini masing-masing. Sementara aku dan Wibi langsung pergi menuju kampus.

...****************...

Season 2

"Cieeee, mesra banget Loe sama Wibi" seru Audy melihatku dan Wibi menyusul ke kantin kampus.

""Apaan sih?" cibirku yang tidak bisa menyembunyikan salah tingkah di depan Audy.

Wibi mendekatiku sembari mengamit tangannya,"Gini maksudnya?"

Audy langsung terpingkal-pingkal melihat gaya Wibi yang kaku saat mengamit lenganku "Kebalik Bi, harusnya Wini yang mengamit lenganmu" ucap Audy masih tertawa.

Wibi tersenyum canggung, kemudian melepaskan posisi mengamit lenganku. Aku tampak tersenyum geli melihat Wibi juga merasakan salah tingkah.

"Gue nggak pernah gandeng tangan cewek selain Wini" Wibi mengakui.

"OMG!! Loe cewek pertama Win yang di gandeng Wibi" heboh Audy.

"Sstt, Gue juga gitu kok" ungkapku malu-malu.

Audy semakin heboh saat aku membuat pengakuan tersebut,"Nggak sabar ngawal kalian sampai halal."

"Diem deh Dy, suara Loe jelek kalo lagi teriak heboh gitu" ucap Wibi blak-blakan.

Aku reflek tertawa saat mendengar Wibi langsung menjawab ceplas-ceplos kearah Audy,"Jangan begitu sama Audy Bi. Dia temen kita lhoh" belaku yang masih terdengar geli.

"Wibi memang rese" Audy mendengus kesal.

Aku dan Wibi semakin tertawa melihat ekspresi kesal pada Audy.

"Kalian memang nyebelin" omel Audy lagi.

"Memang enak jadi obat nyamuk kami" ucap Wibi tanpa sadar dan masih tertawa.

"Apa Bi? Obat nyamuk kami??" dengusku sembari memelototi Wibi dengan ekspresi pura-pura ngambek.

"Nggak Win, nggak..Aku cuman bercanda" Wibi menyengir sembari melempar tanda V padaku.

Audy bergantian menertawakan Wibi sampai terpingkal-pingkal.

Sementara jantung ku langsung berdegup kencang dan merasakan salah tingkah.

"Jangan marah lah Win"ucap Wibi sembari membujuk,"nanti kalo kamu ngambek, siapa yang bonceng aku?" tanya Wibi merasa bersalah padaku.

"Pulang sendiri!!!" jawabku asal yang masih memasang ekspresi pura-pura ngambek.

"Hayo loh Wibi, Loe salah ngomong sama Wini resikonya gede lho" Audy menakut-nakuti Wibi.

Wibi jadi semakin merasa bersalah,"Jangan ngambek deh. Serius. Tadi beneran aku ngomongnya nggak sengaja" bujuk Wibi sekali lagi, padahal dirinya sedang menahan perasaan salah tingkah.

Tak tahan berpura-pura ngambek, aku tertawa terpingkal-pingkal. Karena sudah tidak tahan melihat ekspresi bersalah pada Wibi.

"Yaelah Bi, kayak baru kenal aku aja sih" ucapku disela-sela tawa.

Kini Wibi yang bergantian ngambek, aku geli melihat ekspresi Wibi saat sedang ngambek. Menurutku, Wibi semakin lucu saat memasang ekspresi demikian. Pesonanya berkali-kali lipat. Tanpa disadari, jantungku berdegup kencang.'Sial!! Kenapa sih deg-deg-annya tidak kenal waktu dan tempat' aku membatin sembari meruntukki diriku sendiri. Kemudian terdiam sesaat.

Sementara Audy melihat kejahilan 2 sejoli sahabat ini hanya menggelengkan kepala heran"Kalian ini seharian nggak berantem aja rasanya udah sepi" ucap Audy.

"Susah bujuk Wini kalo lagi ngambek" cibir Wibi yang dapat tatapan tajam dariku.

"Ya habis kamu duluan yang mulai" protesku tidak terima untuk menyembunyikan salah tingkahnya.

"Bercanda Win, astagaaaaa" ucap Wibi merasa bersalah.

Audy terkekeh,"Tuh kan, mulai lagi ramenya."

"AUDYYYYY!!!!!" teriakku dan Wibi serentak

Audy langsung terpingkal-pingkal saat melihat kami beradu mulut lagi.

...****************...

Siang hari saat Audy mampir ke rumahku untuk mengerjakan tugas. Lagi dan lagi Audy tak berhentinya berdecak kagum melihat sekeliling rumahku.

"Win, Loe betah gitu tinggal di rumah segede ini sendirian?" tanya Audy.

"Buktinya Gue aman kan disini" jawabku dengan nada santai sembari membuka pintu rumah menggunakan finger print.

Melihat sahabatku yang terkagum-kagum dengan segala isi rumahnya, aku langsung tersenyum geli.

"Perabotan rumah disini ya nggak beda jauh lah dari rumah-rumah lainnya" terangku yang masih saja geli melihat ekspresi Audy.

"Ya bedalah Win, perabotan rumah Loe udah tergolong mewah pake banget. Gilak sih ini, supermewah sekali rumah Loe Win" ucap Audy yang masih terheran-heran.

Aku tertawa mendengarkan Audy sangat berlebihan menilai perabotan rumahnya yang terlalu mewah.

"Lebay Loe..." ucapku dengan tawa sembari merespon pujian dari Audy,"udah...udah...mau sampe belakang rumah pun nggak bakal kelar kalo satu persatu perabotnya di nilai" aku melanjutkan ucapanku.

Mendengar hal itu, Audy langsung meringis kearahku. Kemudian langkahnya menyusulku untuk masuk kamar.

Aku tengah menyiapkan laptop yang ada di meja belajar dan mempersiapkan beberapa buku yang tadi sempat aku pinjam di perpustakaan.

"Gue bantuin cari materinya ya" ucap Audy sembari membolak-balikkan buku yang telah aku siapkan.

Aku mengangguk sembari mengeklik microsoft word untuk memulai mengerjakan tugas.

Baru akan memulai, ponselku berdering. Aku langsung mengangkat teleponnya tanpa melihat layar ponselnya.

"Wiiiiiinnnn!! astagaaa!!! Buruan bukain gerbang rumah yaaa" teriak seseorang tersebut dari dalam ponselnya yang pastinya aku sudah mengetahui itu suara siapa.

Aku terlonjak kaget saat mengetahui Wibi sudah ada di depan rumahku, cepat-cepat langkahku langsung menuruni anak tangga untuk menuju depan rumah.

Setelah sampai depan rumah, aku langsung terengah-engah."Sumpah Lu ye, rese nya kagak ilang-ilang Bi..." dengusku sembari menjitak pelan kepala Wibi,"ngabarin dulu kek kalo mau kesini" cerocosku sembari membukakan gerbang rumah.

Wibi terpingkal-pingkal saat mendengarkanku protes.

"Kamu kalo lagi ngomel makin cantik, pengen aku cium rasanya" ucap Wibi menggodaku.

"Aku tampol mulutmu Bi, kalo macem-macem" ancamku yang membuat Wibi semakin terpingkal-pingkal.

Wibi segera masuk ke halaman rumahku, lalu mengikuti langkahku ke dalam rumah.

"Kamu kalo mau minum, ambil ditempat biasa ya" pesanku sembari meninggalkan Wibi seorang diri dan kembali ke kamarku.

"Busyet dah, suara Loe sampe sini" ucap Audy sembari menggelengkan kepala.

"Ada tamu nggak ada akhlak sampe sini" jawabku asal dan mulai mengetik tugasnya.

Dahi Audy berkerut,"Siapa Win?" tanya Audy masih tidak paham maksudku.

"Liat aja siapa yang ada dibawah" jawabku lagi yang masih fokus pada layar laptop.

Audy penasaran lalu keluar dari kamarku. Kemudian melihat seseorang sedang menuangkan minuman dingin dari kulkas di gelas.

"Oh, Loe ternyata Bi" seru Audy yang membuat Wibi langsung menoleh kearah sumber suara.

Mendapati itu, Wibi langsung meringis kearah Audy.

"Loe kesini cuman minta minum doang?" tanya Audy saat melihat Wibi sedang duduk di meja makan.

Lagi-lagi Wibi hanya membalas dengan meringis saja, kemudian bertanya"Tumben amat main kesini?" tanya Wibi bergantian.

"Mengerjakan Bi, biasa tugas kelompok dari Bu Arlin" jawab Audy sembari membawa gelas beserta botol satu liter ke kamar atas.

"Ohh..." respon Wibi,"Gue ikutan naik..." teriak Wibi yang masih di ruangan bawah.

Wibi langsung menyusul Audy ke kamarku.

Setelah itu aku dan Audy membahas tugas yang akan dikerjakan, Wibi sesekali membantu mencarikan materi.

...****************...

Season 3

Seperti biasa, pagi ini Wibi menghampiriku untuk berangkat kuliah. Kami satu jurusan tapi beda kelas.

"Pulang kuliah jam berapa Win??" tanya Wibi dengan setengah teriak karena kami sedang posisi di motor.

Suara angin dan motor Wibi bersahut-sahutan, hingga aku tidak mendengarkan Wibi bertanya. Wibi menyenggolku yang membuatku langsung refleks menyahut.

"Apaan sih Bi?" sahutku dengan berteriak.

"Kamu tadi nggak denger aku tanya apa?" teriak Wibi.

"Nggaklah. Mana denger!! Suaramu, angin sama motor nimbrung jadi satu gitu. Gimana aku mau denger?" sungutku.

"Apa?? Aku juga nggak denger" Wibi bergantian menulikan pendengaran.

Karena merasa dikerjain Wibi, akhirnya aku menoyor kepala Wibi.

"Wibiiiiiii, rese ya Lu" protesku.

Terdengar Wibi langsung terpingkal-pingkal kemudian motor dilaju dengan kecepatan tinggi. Sementara aku yang duduk di belakang hanya bisa terus-terusan beristigfar.

Sesampainya di kampus, aku seperti biasa langsung merasakan jetlag.

"Bi...." panggilku,"kamu tuh ya kalo naik motor udah kayak mau setor nyawa" cerocosku merasa kesal.

"Ya gimana? Kamu tiap hari yang ciptain telat mulu" jawab Wibi santai.

Aku masih terlihat geregetan dengan Wibi karena Wibi jika membawa motor suka sembarangan.

Aku yang ingin menjewer Wibi tidak jadi karena sahabat kami, Audy datang menghampiriku.

"Untungnya Loe segera dateng Dy, kalo nggak patah telinga Gue" ucap Wibi sembari melirikku.

Audy langsung geleng-geleng kepala sembari menertawakan curhatan Wibi,"Ya kalo patah tinggal disambung lagi lah" jawab Audy dengan santainya.

Aku merasa menang lalu ikut tertawa meledek kearah Wibi, sementara Audy ikutan tertawa geli melihat Wibi tengah memasang ekspresi cemberut.

"Ih, kok betah sih temenan sama cowok tukang ngambek" cibir Audy.

"Entah deh, nemu juga di sekolah" jawabku masih tertawa.

"Heh?! Gini-gini aku pernah jadi cowok limited edition lhoh" sahut Wibi tidak terima.

Aku dan Audy tertawa saat Wibi yang sudah sampai depan kelasnya menyahut obrolan kami.

"Sombongnyaaaa" cebikku sembari berteriak pada Wibi,"mentang-mentang jaman SMP SMA banyak yang naksir gitu" aku melanjutkan protes.

Yang diprotes hanya tertawa,"Kenapa sih Win? Kamu jealous karna aku jadi rebutan cewek-cewek dulunya" goda Wibi meng skak matt-ku.

Aku terkejut saat ucapan Wibi tepat sasaran lalu merasakan degupan dasyat di dada, kemudian mengalihkan pandangan ke sembarang arah.

Audy yang mengetahui gelagat salah tingkahku hanya tersenyum geli.

Kemudian Audy mengajakku untuk segera masuk kelas dan tak lupa berpamitan dengan Wibi sedang menunggu perkuliahan.

Setelah kurang lebih 2,5 jam berlangsung kuliah di mulai. Kami bertiga satu prodi, tapi Wibi beda kelas denganku dan Audy.

"Dosennya gilak deh, doyan curcol" cerocosku yang mulai kelaparan.

"Iya nih, mana perutku udah minta diisi pula" sambung Audy yang mulai kelaparan juga.

"Yaudah yuk, kita ke kantin aja" ajakku sembari menggandeng tangan Audy.

Audy langsung mengangguk semangat.

Aku dan Audy segera keluar kelas, tapi langkah kami terhenti saat Wibi memanggil.

"Ikutan dong" teriak Wibi,"pasti mau ke kantin kan?" tebak Wibi pada kami.

"Iya Bi, aku udah laper berat nih" ucap Audy tampak memegangi perutnya.

"Udah nggak ngambek lagi nih sama kita" aku menyindir Wibi dengan ekspresi geli.

"Kalo masih berisik, aku cium nih" ancam Wibi padaku.

Aku memelototi Wibi yang ternyata mendapatkan balasan dengan tertawa penuh kemenangan.

"Aduh, salah moment ini" protes Audy merasa menjadi obat nyamuk kami berdua.

Wibi membalas dengan ekspresi tertawa,"buruan gih cari gebetan" Wibi berkomentar.

"Belum ada" jawab Audy dengan ekspresi malas.

"Ini mau makan, kenapa malah kalian berantem sih?" ucapku melirik Wibi dan Audy.

Seperti biasa Audy berjalan ditengah-tengah aku dan Wibi.

Kadang aku merasa kasian terhadap Audy yang sering kena cibir orang-orang kampus. Tapi bagiku dan Wibi tidak masalah, menurut kami Audy tetap menjadi sahabat terbaik.

"Nggak usah di dengerin mereka ngomongin tentang Loe. Toh hidup Loe nggak tergantung pada mereka juga kan" bisikku pada Audy.

Audy hanya mengangguk,"Gue udah kebal aja sih" jawab Audy sembari tersenyum kecut.

Kami sengaja mengambil tempat duduk yang masih kosong dan jauh dari orang-orang. Setelah itu, kami memesan semangkok bakso komplit dan es teh.

"Kenyaaaangggg" ucap Audy sembari menepuk-nepuk perutnya yang terlihat besar.

Sementara aku dan Wibi masih ada beberapa suapan lagi untuk dihabiskan.

"Laper berat Buk" kekehku sembari melirik Audy.

Audy hanya membalas dengar nyengir saja. Aku langsung memaklumi sahabatku satu-satunya ini.

Terlihat bakso Wibi sudah habis, padahal ia menuangkan sambal berkali-kali di mangkok baksonya sampai kuahnya memerah. Sedangkan aku menuangkan sedikit saja sudah terasa pedasnya sampai ubun-ubun.

"Kebiasaan, kalo makan suka lamban" cibir Wibi sembari menyeruput es teh porsi jumbo nya tinggal sedikit.

"Pedes Bi, gila Lu" sungutku yang sesekali menyeruput es jeruknya yang tinggal setengah gelas,"kan aku suka pedes, tapi dikit" ucapku sembari menyengir kearah Wibi.

Ekspresi Wibi hanya tersenyum, lalu beranjak dari tempat duduk dan ternyata membeli air mineral.

"Nih minum dulu..." pinta Wibi sembari menyodorkan air mineral yang telah dibukanya tersebut untukku,"biar pedesnya cepet ilang" ucap Wibi lagi.

Aku terkejut dan yang pasti sedang mengumpat senyum,"Eh, makasih ya Bi" cengirku terlihat senang.

"Salah sendiri nggak suka pedes malah ambil sambal" ucap Audy ikut memprotes.

"Biar aku biasa makan pedes lah" jawabku yang ternyata masih mendesis kepedasan.

"Udah buruan deh, dihabiskan baksomu" omel Wibi yang terlihat masih kepedasan.

"Iya iya. Ini juga lagi di habiskan kok" sewotku sembari mengunyah bakso yang terakhir.

Tanpa disadari Wibi tersenyum mendengar Wini sewot pada dirinya,'Andaikan Loe tau Win, dari dulu Gue suka banget sama Loe' batin Wibi yang tanpa sadar jantungnya berdebar kencang sembari mengamati Wini menghabiskan baksonya.

Justru yang diamati tidak menyadari hal tersebut, malah fokus menghabiskan bakso yang tinggal 1 biji sampai habis.

"Sudah kenyangggg" seruku yang memecahkan lamunan Wibi.

Aku melihat Wibi dan Audy sedang sibuk dengan ponselnya mereka masing-masing.

"Eh, kalian sibuk ngapain sih?" aku mengganggu Wibi dan Audy yang sedang memainkan ponselnya.

"Ih, kepo amat" protes Wibi sembari menahan perasaan salah tingkahnya karena wajahku begitu dekat dengan wajah Wibi.

"Ah iya. Win, kita ada kuliah jam segini" seru Audy mengangetkanku dan Wibi.

Aku dengan ekspresi takut-takut melirik jam tangannya dan sudah pukul 14.30 "What? Kenapa bisa lupa kalo jam 14.00 ada kuliah?" kejutku langsung tersadar.

Belum sempat berpamitan dengan Wibi, kami langsung berlari menuju kelas. Sementara Wibi hanya menggelengkan kepala saja melihat kedua cewek itu panik.

Sesampainya di kelas terlihat sepi dan tidak ada teman sekelasnya maupun dosen pengampunya. Audy menunggu di luar kelas.

"Eh, udah kelar kelasnya?" tanyaku pada teman sekelas yang masih duduk di ruangan.

"Hah? Siapa yang bilang hari ini ada kelas. Kan kelas Pak Rido besok siang. Ini masih hari Selasa kaleee" jawab Raya, teman sekelas kami.

Aku mengecek jadwal kuliah melalui notes di ponsel, ternyata salah jadwal.

Langsung saja aku mencari Audy.

"Audyyyyyyy" teriakku dengan perasaan kesal sembari keluar kelas.

Audy terpingkal-pingkal saat aku menghampirinya.

"Sialan Lu, ngerjain Gue yaaa" sungutku sembari mencubit lengan Audy.

"Sorry, sorry... Gue juga kelupaan Win" jawab Audy yang juga baru ingat jadwalnya sekarang.

"Huh, Loe sih heboh sendiri. Gue kan jadi ikutan panik" omelku.

Audy langsung nyengir tanpa dosa,"Iya iyaa. Sorry Win. Gue tadi juga beneran lupa" ucap Audy merasa bersalah.

"Nggak apa deh, Gue masih disini nunggu Wibi selesai kuliah" anggukku mengerti.

"Yaudah, Gue pulang dulu ya. Kalo ada apa-apa kabarin Gue" pamit Audy lalu berpesan padaku.

Aku tertawa,"Tenang, selama ada Wibi semua akan baik-baik saja" ucapku yang masih menunggu Wibi selesai kuliah.

Audy langsung melambaikan tangan kearahku. Lalu kubalas melambaikan tangan juga.

Beberapa jam kemudian, Wibi sudah selesai kuliahnya.

Wibi langsung menghampiri Wini yang sedang memainkan ponselnya.

"Nunggu siapa neng?" tanya Wibi dengan ekspresi jahil.

"Nunggu kang siomay lewat" jawabku ketus.

Wibi langsung terpingkal-pingkal mendengar jawabanku.

"Nggak peka apa, ditungguin dari tadi??" omelku sembari berkacak pinggang.

Wibi semakin tertawa,"Iya iya.... hari ini mau ditemeni kemana?" tanya Wibi sembari menawarkan diri.

"Bi, jidat Loe nggak lagi anget kan?" ucapku sembari memegangi jidat Wibi,"tumben amat. Kesambet apaan?" jawabku dengan ekspresi bengong.

Wibi langsung cemberut,"Cowok emang selalu serba salah" protes Wibi yang membuatku tersenyum geli.

"Sorry Bi, sorry. Bercanda doang. Ayo lah, kita jalan ke mall. Ada yang ingin aku beli" ucapku dengan nada bersemangat.

Wibi mengangguk, tanpa sungkan dirinya menggandeng tanganku. Sementara aku yang digandeng tangannya oleh Wibi langsung salah tingkah dan merasakan debaran dasyat di dada.

Setelah mencari barang yang aku maksud, kami berhenti di deretan stand makanan.

"Mau makan apa?" tanya Wibi sembari melihat jajaran stand makanan tersebut.

"Hmm, apaan ya?" ucapku juga sembari mengitari jajaran stand makanan yang berada di lantai 3.

Tak butuh lama, akhirnya aku berucap"Makan ramen ya Bi."

Wibi tanpa pikir panjang langsung mengangguk dan mengikuti menu yang aku pesan.

Kami masuk ke stand makanan ramen dan sushi.

Tampak waiters langsung menghampiri kami sembari membawakan buku menu resto tersebut.

"Mau pesan apa Kak?" tanya waiters tersebut dengan ramah.

Aku dan Wibi melihat nama menu yang ada list tersebut.

"Kak, aku pesan Chicken Ramen. Terus minumnya ocha ice" ucapku pada sang waiters.

Waiters tersebut mengangguk dan mencatat pesananku.

"Kak, kalo aku pesan seafood ramen, chicken sushi dan minumnya disamakan dengan mbaknya ya" ucap Wibi pada waiters nya.

Waiters tersebut tersenyum lalu mengangguk sekali kali sembari mencatat pesanan Wibi.

"Baik Kak, ditunggu pesanannya ya" ucap waiters tersebut.

Kami langsung kompak mengangguk.

"Bi, lihat deh piyama ini cute ya" ucapku memperlihatkan barang tersebut yang masih ada di keranjang e-comers orange.

Wibi hanya menggelengkan kepala, bahkan dirinya tidak kaget jika Wini memang pecinta piyama dan one sheet berwarna pink. Semua warna telah dimilikinya. Lengkap, tanpa ada satu warna yang tertinggal.

"Itu kan sudah punya warnanya, kenapa beli lagi" omel Wibi.

"Ehh jangan salah. Yang kemarin pink kalem alias peach. Kalo yang mau aku pake warna baby pink" protesku.

Wibi menghembuskan nafas panjang, dibenaknya warna semua warna yang Wini pakai adalah PINK. Tapi menurut Wini sendiri warna pink mempunyai beberapa macam. "Nggak bosen gitu, warna pink lagi. Pink lagi" cibir Wibi.

"Nih ya Bi, biar kamu hafal dan bisa membedakan" aku mulai memberikan penjelasan,"pink itu ada macamnya. Dusty pink, peach, pink calm, pink fanta, baby pink" aku menyebutkan secara detail dan membuat Wibi semakin pusing untuk membedakannya.

Tak menunggu lama, karena pesanan makanan mereka sudah datang. Kami langsung saja menyantap menu yang sudah ada di depan mata sembari bercerita tentang kegiatan masing-masing.

...****************...

"Bi....tungguin kek, main ninggal aja" protes Wini sembari mengejar Wibi yang langkahnya sudah memasuki gerbang sekolah SMP.

Wibi menoleh saat terdengar Wini memprotesnya, langkahnya terhenti.

"Buruan Winnnn" ucap Wibi mulai kesal,"kamu kalo jalan kayak siput. Bahkan siput aja jalannya lebih cepet dari kamu" Wibi melanjutkan ucapannya.

Wini mendengus kesal, langkahnya dipercepat untuk sampai berjalan disebelah Wibi.

"Jangan lari-lari nanti ja...." ucap Wibi terpotong karena Wini sudah terlanjur jatuh,"tuh...." ucap Wibi lagi lalu berlari mengejar Wini yang terjatuh.

Wajah Wini memerah, bukan salah tingkah karena ditolong Wibi melainkan menangis tersedu.

"Bundaaaa, kaki Wini sakit..." teriak Wini yang masih saja menangis.

"Udah, jangan nangis" hibur Wibi sembari mengeluarkan plester dari tas ranselnya, kemudian menempelkan plester tersebut pada luka di kaki Wini,"tenang, ini sudah sembuh kok" ucap Wibi sembari meniup luka di kaki Wini kemudian tersenyum.

Tangisan Wini semakin kencang, dan otomatis membuat Wibi semakin panik.

"Duh, mana nangisnya makin kenceng lagi" gumam Wibi yang masih kebingungan,"cup...cup...udah jangan nangis lagi" kini Wibi menenangkan Wini sembari mengusap lembut rambutnya dan ajaibnya membuat tangisannya Wini mereda.

"Udah ya, jangan nangis lagi" ucap Wibi sembari menggandeng tangan Wini,"lain kali yang hati-hati, biar nggak jatuh lagi" Wibi melanjutkan ucapannya yang dapat anggukkan dari Wini.

Wibi tersentak kaget saat menyadari bahwa tadi sedang flashback ke masa awal-awal pertemanannya dengan Wini saat mereka masih mengenakan seragam SMP. Lalu tersenyum tersipu karena mengingat kenangan masa silam sewaktu sekolah dulu. Memang Wibi akui, walau Wini tergolong cewek yang cerewet, manja dan cengeng tapi Wibi tidak melihat kekurangan itu. Justru Wibi senang jika Wini bersikap seperti itu padanya. Dirinya merasa dibutuhkan.

"Aku juga nggak tau kenapa bisa jatuh hati padanya dari dulu hingga sekarang, perasaan yang tidak pernah berubah" gumam Wibi sembari menatap langit-langit kamarnya dan merasakan hatinya menghangat.

Ditatapnya ponsel dengan wall papper mereka berdua. Tepatnya kumpulan kolase foto mereka dari SMP, SMA hingga saat ini. Wibi refleks tersenyum lagi lalu bergumam"Win, walau kamu cukup cerewet tapi aku senang. Apalagi berdebat denganmu."

Setelah berkata demikian, perasaan Wibi jauh lebih lega. Lalu dia beranjak sebentar untuk mematikan lampu kamarnya kemudian merebahkan tubuhnya dikasur.

Selang beberapa detik kemudian, mata Wibi terpejam. Mungkin bertemu dengan Wini dalam mimpi.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!