The Queen's Secret

The Queen's Secret

Prolog

...----------------...

...'Mencintaimu adalah penyesalan terbesar dalam hidupku... '...

^^^~ Asha Pervaz^^^

...'Hal terbodoh dalam hidupku adalah menyia-nyiakan cintamu...'...

^^^~ Carlisle Haven^^^

...****************...

'CKIIITTTT..... BRAAAKKK!!!'

"Ashaaa!!!" Carlisle berteriak. Jantungnya seakan berhenti berdetak begitu melihat sebuah mobil yang melaju kencang menabrak tubuh tunangannya hingga terpental ke belakang. Pria itu berlari menuju tubuh seorang wanita yang kini tergeletak di tengah aspal dengan genangan darah di sekitarnya.

"Ti– tidak!, Ashaaa!!! Buka matamu!", Carlisle panik, dia dengan gemetar meletakkan kepala wanita itu di paha nya hingga darah dari kepala wanita itu membasahi baju dan celananya. Carlisle tak perduli jika bajunya kini telah kotor, dengan tangan gemetar dia mengusap pipi gadis di pangkuannya yang ternoda oleh darah. Air matanya merebak.

Perlahan kelopak mata wanita itu terbuka, begitu berat dan sakit, bahkan pandanganya buram karena darah menghalangi pandangannya, dia meringis sakit. Sedangkan Carl berseru senang, melihat wanita di pangkuannya itu membuka kelopak matanya membuatnya merasa lega, Carl bahkan tidak sadar bahwa air matanya telah mengalir melewati kedua pipinya.

"Ada apa ini?"

"Sepertinya ada kecelakaan!"

"Korbannya seorang wanita!"

"Tabrak lari!"

"Apakah sudah ada yang menghubungi 112?"

"Bukankah kecelakaan lalu lintas itu 122?"

"Kenapa kalian berisik sekali?! Hubungi saja keduanya! Korbannya terluka parah!"

'Cekrek!'

'Cekrek!!'

'Bilizzz!!!'

"Hei! Tidak bisakah kalian berhenti memotret?! Korban harus segera ditangani atau dia akan meninggal!"

"Sudah! Saya sudah menghubungi 112?"

"Benar! Saya juga sudah menghubungi 122! Ambulans sedang dalam perjalanan kesini!"

"Tolong jangan merapat! kasih udara untuk korban!"

Suara berisik itu terdengar. saat ini beberapa orang telah berkerumun di sekitar Carlisle. Carlisle sendiri tidak perduli. Jantungnya berdetak cepat saat darah dari Kepala tunangannya yang kini berada di pangkuannya tidak berhenti mengalir.

"Hiks... Tolong tetap buka matamu... Asha..", Carlisle meratap pilu, dengan tangan gemetar dia mengusap darah yang mengalir di wajah tunangannya. Perasaan takut menyeruak di dalam dirinya.

'Wiu.... Wiu... Wiu.... Wiu....'

Suara sirene ambulance terdengar. Kerumunan orang yang ada disekitar melebar, membuka jalan bagi ambulance untuk mendekat.

Ambulance berhenti. Carlisle memejamkan matanya saat silau dari sinar sorot mobil ambulance menyorotnya. Beberapa paramedis keluar dengan tergesa dari dalam mobil ambulance sambil mendorong brangkar khusus. sedangkan dua orang lagi sudah berada di samping Carlisle, berusaha memberi pertolongan pertama untuk korban.

"Bisakah anda menyingkir sebentar? kami hendak memberikan pertolongan darurat kepada korban", Carlisle tersentak. Dia menatap sendu dua orang paramedis yang ada di depannya. air matanya mengalir.

"Sa... Saya tunangannya.... tidak bisakah saya tetap disini?", Carlisle memohon. Dia meratap sendu kepada dua orang paramedis yang ada di depannya. dua orang paramedis yang ada di depannya menggeleng perlahan, mereka tidak bisa melakukan pertolongan pertama jika pria itu masih bersikukuh memeluk tubuh korban.

"Tolong Tuan... Kami tidak punya banyak waktu atau korban tidak bisa diselamatkan!".

Carlisle tersentak. Otaknya terasa kosong sesaat, dia lupa jika yang terpenting saat ini adalah keselamatan wanita di pelukannya saat ini.

Akhirnya, dengan berat hati, Carlisle kembali menaruh kepala tunangannya dengan perlahan dan membiarkan 2 orang paramedis melakukan pertolongan darurat. Begitu 2 orang paramedis selesai membalut pendarahan korban, mereka ditambah orang paramedis lagi yang datang membawa brangkar mengangkat tubuh korban secara perlahan ke atas brangkar dan mengangkatnya masuk kedalam mobil ambulance. Carlisle tidak mau kalah, dia ikut berlari dibelakang mereka dan ikut masuk ke dalam mobil ambulance. Pihak paramedis tidak melarang, mengingat pria itu mengatakan bahwa dirinya adalah tunangan dari korban, jadi secara otomatis pria itu adalah wali korban.

"Ma..maaf... Hiks... Maaf... Maafkan aku...", Carlisle meratap. Dia memegang erat tangan kanan tunangannya yang berlumur darah. Air matanya mengalir melewati kedua pipinya. Perasaan takut dan sesak membuncah di dalam hatinya. Perasaan bersalah, menyesal dan takut bercampur menjadi satu.

Carlisle tidak pernah menyangka, bahwa di detik ini, dia baru menyadari bahwa selama ini dirinya ternyata mencintai tunangannya ini. Carlisle baru menyadari bahwa hatinya telah jatuh untuk sosok wanita yang kini terkapar di atas brangkar di dalam ambulance yang tengah melaju cepat. Perasaan yang tidak pernah di sadarinya selama ini... detik ini juga membuncah di dalam dadanya, membuatnya merasa sesak.

"Se...begituh... Benci kah... kau... Padaku... Hingga... Ingin aku... Ma...ti?"

Deg!

Carlisle tersentak. Dia menatap lekat wajah tunangannya yang penuh bekas noda darah. Kelopak mata wanita itu sedikit terbuka, raut wajahnya jelas menyiratkan kesakitan yang kentara.

Carlisle menggeleng kuat, dia menggenggam erat tangan tangan tunangannya yang dipenuhi noda darah. Air matanya mengalir deras, "Ti... Tidak... hiks... Aku... Tidak bermaksud... hiks...".

Carlisle terisak, dia mengecupi punggung tangan tunangannya yang bernoda darah berulang kali, "A.. aku... hiks... Tidak ... Sengaja..."

Asha Pervaz terkekeh miris ditengah rasa sakitnya begitu melihat pria itu menangis. kepalanya sangat sakit, pandangannya memburam dan tubuhnya seolah mati rasa. Dia hanya tidak menyangka pria arogan itu akan menangisinya saat ini. Bukankah harusnya pria itu bahagia jika dirinya mati? toh sejak awal, pria itu memang ingin menyingkirkan Asha dari hidupnya.

Asha menatap kosong kedepan, pandangannya semakin memburam, nafasnya kian sesak, dengan susah payah dia berusaha menggerakkan bibirnya, "Bukankah... Kau... Senang... Aku... Ak..hirnya... pergi... dari... Hidupmu... Se...lamanya..."

"TIDAK!!! Tidak Asha! A...aku tidak senang... Hiks.....", Carlisle berseru panik. Air matanya semakin mengalir deras. Dia menggeleng ribut.

Tidak mau! Carl tidak ingin kehilangan wanita di depannya ini setelah mengetahui bahwa ternyata selama ini dia mencintainya...

Asha lagi-lagi tertawa miris. Dia meringis merasakan rasa sakit yang semakin meningkat. Pandangannya mendadak gelap, padahal Asha masih membuka kelopak matanya, nafasnya jika semakin berat. Aahh... Sepertinya dia memang harus pergi dari dunia ini sekarang....

Meninggalkan keluarganya...

Meninggalkan teman-temannya...

Juga meninggalkan pria yang kini menangis di sisinya ini....

Baguslah... toh itu memang harapan pria ini kan? Hanya saja....

"A...Aku... Tidak... Akan... pernah memaafkanmu...", Asha berucap susah payah. Hanya suara isakan yang semakin keras yang bisa dirinya dengar saat ini. Pandangan matanya sudah gelap.

"A...aku salah... Aku memang salah! Tapi aku mohon bertahan hiks..."

Asha tersenyum lembut, dia tau waktunya sebentar lagi tiba, "A...aku menyesal mencintaimu Carl... A..aku... Membencimu...", Akhirnya Asha berhasil mengucapkannya dengan susah payah bersamaan dengan hembusan nafas terakhirnya. Matanya terpejam, kepalanya terkulai. Asha akhirnya benar-benar pergi untuk selamanya....

"TIDAAAAKKKK!!!! ASHAAAAA!!!!! HIKSS.... HU...HU...HU.... JANGAN TINGGALKAN AKU ASHAAAA!!!!!"

Carlisle meraung kuat. Dia bahkan bangkit dari duduknya dan mencoba menepuk-nepuk pipi tunangannya. Air matanya mengalir deras, wajahnya memerah, jantungnya berdetak cepat.

3 orang paramedis yang berada di dalam mobil ambulance dengan cepat berusaha menangani korban, mereka melakukan apapun untuk mengembalikan detak jantung korban, sayangnya... Asha memang telah pergi untuk selamanya.

Carlisle kembali berteriak kuat begitu paramedis menggelengkan kepalanya. Dia kembali mendekati tubuh tunangannya dan menggoyangkannya kuat, "Ti..tidak Asha! BUKA MATAMU ASHA! MAAFKAN AKU!! JANGN TINGGALKAN AKU HIKS...HUHUHU...."

Para medis yang berada di dalam ambulance berusaha menenangkan Carlisle namun Carlisle menolak, dia merengkuh tubuh tunangannya sambil menangis hebat disana. Akhirnya paramedis menyerah. Membiarkan pria itu mengungkapkan perasaannya kehilangannya.

"Kenapa hiks... Kenapa kau tinggalkan aku hiks Ashaaa.... Aku... Hiks... Aku mencintaimu....", Menyesal. Carlisle sungguh menyesal. Kenapa? Kenapa penyesalan selalu datang terlambat? dirinya bahkan tidak bisa mengungkapkan perasaannya yang sesungguhnya bahwa dia mencintai Asha...

Sakit... Perasaan ini....

Sungguh menyakitkan....

...****************...

Main Character

Nama: Carlisle Haven

Pekerjaan: CEO perusahaan parfum

Umur: 25 tahun

Karakteristik: Bad boy, Angkuh, Sombong, semena-mena, Labil, Cengeng.

Kelebihan: Naif!

Nama: Asha Pervaz

Pekerjaan: Guru TK

Umur: 25 Tahun

Karakteristik: Lembut, penyayang, Baik, Sabar, kalem, Dominan.

Kelebihan: Sabar dalam mengahadapi ke kenakalan dan kelabilan tunangannya.

......................

Untuk sementara, karakternya ini dulu ya... Visual ini hanya untuk contoh saja, tidak memaksa. Karena setiap pembaca pasti punya imajinasi yang berbeda-beda...

...*** To Be Continued ***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!