...----------------...
...'Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah menerima perjodohan ini!'...
^^^~ Carlisle Haven^^^
...'Tidak ada alasan bagiku menolak perjodohan ini'...
^^^~ Asha Pervaz^^^
...****************...
*FLASHBACK ON*
'BRAKK!!!'
"Aku menolak perjodohan ini!!!"
Carlisle menggebrak meja makan dengan keras. Wajahnya memerah menahan emosi. Semua orang yang berada di meja makan terlonjak kaget, bahkan nyonya Seraphina sampai tersedak makanan dan terbatuk-batuk, suaminya Tuan Davis dengan cekatan memberikan segelas air minum kepada istrinya. Adiknya, Lian menatapnya dengan kening berkerut.
"Carl! apa-apaan kamu?! Sangat tidak sopan!" Tuan Davis, papa Carlisle murka. Wajahnya memerah dengan urat-urat yang tampak menonjol di lehernya, tangan kanannya masih menepuk-nepuk lembut punggung istrinya yang tersedak.
Carlisle tersentak kaget begitu mendengar bentakan papanya. Iris abunya bergetar dan berkaca-kaca, dia menundukkan kepalanya takut, "Ta... Tapi Carl ga mau di jodohin pa... Carl masih kuliah. Masih 20 tahun."
"Siapa yang menyuruhmu menikah sekarang?! Aku hanya menyuruhmu bertunangan! kalian bisa menikah saat kau siap nanti!" Tuan Davis emosi. Dia bangkit dari kursinya dan menatap tajam putranya.
Carlisle menggeleng kuat. Tidak! Dia tidak mau. sekarang atau nanti, dia tidak mau menikah dengan pilihan keluarganya! Dia tidak mau dijodohkan!
"Tidak mau! Carl tidak mau!"
"Kau–"
Ucapan tuan Davis terpotong ketika lengannya di usap lembut oleh istrinya, dia mengalihkan atensinya pada istrinya, "Sudah. Sayang... Jangan emosi."
Carlisle yang menatap pemandangan itu membuat hatinya terasa nyeri, seolah di iris dengan pisau berkarat, begitu sakit dan perih.
"Pasti wanita itu-kan pa? Pasti wanita itu yang memaksa papa untuk menjodohkan Carl?" Suara Carlisle bergetar. Dia menatap papanya dengan sorot terluka, air matanya meleleh.
"Carlisle Kau!" Tuan Davis berteriak. Carlisle sudah berlari pergi dari hadapannya, "Dasar anak tau tau diri!" Tuan Davis lanjut berteriak dengan emosi. Disampingnya, nyonya Seraphina, istrinya berusaha meredakan amarahnya. Tuan Davis memijat keningnya frustasi. Sudah hampir 7 tahun dirinya menikah dengan Seraphina setelah kematian ibu Carl, tapi putranya itu masih belum bisa menerima Seraphina sebagai ibunya. Davis sungguh tidak tahu harus berbuat apalagi untuk putra keras kepalanya itu.
...****************...
"Eh, lu udah dengar ga bro? Katanya ada mahasiswi pindahan ke fakultas kita!" Erlang berceloteh semangat. Dia membalikan tubuhnya menghadap meja Carlisle yang ada di belakangnya. Carl hanya merotasikan iris abunya malas. Tidak tertarik sama sekali. Sebodoh amat dengan mahasiswa baru, itu tidak ada hubungannya dengannya.
"Hoi Carl? Lu denger gue gak?" Erlang menepuk-nepuk pundak Carlisle sebal, Carl menampik tangan pria itu tak kalah sebal.
"Apaan sih!" Carlisle menatap tajam Erlang, merasa ketenangannya di ganggu. Temannya ini, walau dia laki-laki tapi sangat hobi bergosip seperti para cewek saja, "Lagian apa yang menarik dari mahasiswa pindahan?"
Mampus! Carlisle lupa dia telah memancing hal yang 'tidak seharusnya' dia katakan. Lihat saja sorot temannya itu yang kini berbinar cerah, siap bergosip ria.
"Oh... Jelas menarik bro... Yang ini berbeda. Selain pindah jurusan di semester 5, dia ternyata pindahan dari jurusan Farmasi! Farmasi bro! Gila aja anak farmasi masuk ke jurusan manajemen bisnis!"
"Ohh..." Masih sama seperti tadi, Carlisle hanya membalas tidak berminat. Yah, mungkin mahasiswa itu keren, pindah jurusan di semester 5 dengan jurusan yang bertolak belakang dari jurusan awalnya. Atau mungkin.... Mahasiswa itu... Gila? Apapun itu, tidak ada hubungannya dengan Carlisle.
"Dan lu tau bro... Apa yang bikin heboh?" Erlang masih semangat bergosip, dia bahkan menumpukan dagunya di atas kedua telapak tangannya, "Dia sangat cantik bro!!!" Erlang berseru antusias. Carlisle hanya mengangguk malas. Biarkan saja temannya itu berceloteh, nanti kalau udah capek juga berhenti sendiri.
Saat itu, Carlisle memang belum tau bahwa gosip yang dibawakan temannya ternyata berkaitan denganya, sangat erat.
...****************...
"Kenapa lu duduk di belakang gue? Apa ga ada tempat duduk yang lain? gue nggak suka ada cewek yang deket-deket gue!" Alis Carlisle menukik tajam begitu melihat seorang cewek duduk di belakangnya. Tidak hanya duduk, cewek itu juga mencolek-colek pundaknya dari belakang. Carlisle sungguh merasa terganggu.
Beberapa teman sejurusan menatap sang cewek ngeri. Semua teman Carlisle juga tau kalau cowok itu tidak terlalu menyukai wanita. Sial sekali memang nasib cewek mahasiswa pindahan ini, mungkin karena dia baru, jadi cewek itu belum tau karakter Carlisle. Ya, cewek yang saat ini duduk di belakang Carlisle adalah mahasiswa pindah jurusan yang sedang menjadi trending topik di fakultas Manajemen Bisnis.
"Kenapa ga boleh deket-deket?" Cewek itu mengerjap polos, dia melanjutkan ucapannya yang membuat speechless semua mahasiswa di kelas itu, "Lagipula kamu tunangan aku"
Wowww!
Semua mahasiswa yang ada di dalam kelas berseru heboh dengan kenyataan yang baru saja mereka dengar. Beberapa teman dekat Carlisle bahkan me-melototinya meminta penjelasan lewat isyarat mata, termasuk Erlang yang tak kalah heboh.
"Apa maksudmu?!" Carlisle berdiri, menolehkan wajahnya ke belakang dan mendelik. Apa-apaan cewek ini? Bagaimana bisa cewek itu membuat kebohongan seperti ini? Carlisle bahkan tidak mengenalnya!
Cewek itu berdiri, dia memiringkan kepalanya bingung, "Jangan bilang kamu belum tau?" Carlisle hanya mendelik tajam, menatap tak suka cewek datar di depannya.
"Ah, baiklah kalau begitu." Cewek itu tersenyum tipis, mengulurkan tangan kanannya pada Carlisle, "Kenalin, Aku Asha Pervaz. Om Davis bilang, kita bertunangan."
Berbeda dengan semua mahasiswa jurusan Manajemen Bisnis yang kini bersorak heboh, Carlisle berdiri mematung. Matanya melebar tak percaya dengan iris abunya yang bergetar. Carlisle speechless. Otaknya masih belum bisa menerima hal yang begitu mengejutkan baginya.
Dan itu menjadi awal pertemuan keduanya... Di mana kisah mereka bermula...
*FLASHBACK OFF*
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ruangan itu berantakan, gelap, tidak ada secercah cahaya meskipun diluar matahari sedang terik-teriknya. Di sudut ruangan, tampak sesosok pria berusia 26 tahunan yang tengah duduk meringkuk dengan memeluk kedua lututnya erat. Rambutnya panjang sepunggung tidak terawat, wajahnya pucat dengan bibir pecah-pecah dan pipi tirus , sorot matanya tampak buram dan kosong. Tidak ada semangat hidup yang terpancar dari sorot abu yang dulunya berkilat penuh antusias.
"A–Ashaaa..." Pria itu, Carlisle Haven berucap dengan bibir bergetar. Tangannya meraih udara kosong di depannya. Dalam pandangan Carlisle, Asha tampak menatap datar di depannya.
Ya, setelah setahun Asha Pervaz dinyatakan meninggal di dalam ambulance yang sedang melaju cepat menuju rumah sakit, Carl histeris. Dia tak berhenti meraung dan menyalahkan dirinya sendiri atas kematian tunangannya. Hatinya hancur tercabik-cabik mengetahui bahwa Asha telah meninggalkannya disaat dia akhirnya menyadari perasaannya.
Menyesal?
Tentu saja Carl menyesal luar biasa.
Perasaan bersalah dan menyesal menggerogoti hati dan jiwanya, membuatnya tercebur dalam kubangan rasa bersalah dan rasa sakit tak terperi yang tidak tau dimana ujungnya. Perasaan sakit dan menyesal terus membelenggunya, setiap saat dan setiap detiknya. Bahkan ucapan terakhir tunangannya di detik-detik kematiannya seolah menjadi kutukan yang terus berputar berulangkali di dalam kepalanya tanpa jeda sedetik-pun. Membuat Carl seolah terjebak di dalam lingkaran setan tak berujung. Mengoyak tubuh dan jiwanya tanpa ampun!
Carlisle depresi. Dokter memvonis bahwa pria itu mengalami Skizofrenia dan PTSD tingkat lanjut. Orangtuanya bahkan sudah mengundang psikiater ahli dari berbagai negara untuk menyembuhkan putra sulung mereka, namun nihil, semua psikiater menyerah. Sehebat apapun psikiater dan terapi yang telah digunakan, jika orangnya saja tidak menginginkan kesembuhan, bagaimana psikiater hebat bisa menyembuhkannya?
Tidak hanya para dokter yang menyerah. Bahkan keluarga Haven sudah menyerah atas putra sulung mereka. Yah, tak masalah, setidaknya, mereka masih punya putra kedua untuk mewarisi perusahaan keluarga mereka...
...***To Be Continued***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments