Bertemu dengan mas Raka

Mengingat kenangan masa lalu kami masih saja membuatku tertawa bahagia. Ada-ada saja tingkah lucunya kami saat masa kecil dulu. Aku sampai tersenyum sendiri dibuatnya. Begitu banyak kenangan yang telah kami lalui. Setelah puas mengingat masa lalu dengan Alina, akupun melanjutkan pekerjaanku yang tertunda. Ah sudah hampir satu jam saja aku melamunnya. Semua gara-gara Alina nih, masa dia benar-benar marah sih. Siapa juga coba mau jadi yang kedua? Emangnya aku sama seperti para pelakor di luar sana apa? Aku cuma minta dia jadi modelku, eh dia malah minta aku jadi adik madunya. Aku hanya bisa menghela nafas saja setiap kali mengingatnya.

Saat ini aku sedang berada di toko buku yang ada di lantai dasar, yang mana toko buku ini masih berada di bawah naungan perusaan tempat aku bekerja. Kali ini aku sedang mencari referensi buku untuk tulisanku selanjutnya. Memang aku sangat suka berada di toko buku untuk membaca ataupun untuk sekedar menenangkan jiwa. Dan tanpa aku sadari seseorang sudah berdiri disampingku. Mas Raka!

"Assalamu'alaikum Melia!" sapa mas Raka.

Aku cukup terkejut karena mas Raka sudah ada di sampingku saja. Aku yang sedari tadi berjibaku dengan pekerjaanku di toko buku, tak menyadari bahwa mas Raka kini sudah ada di depan mataku.

"Walaikumsalam Mas!" aku membalas salam Ms Raka.

Ah, orang yang menjadi sumber masalahku dengan Alina malah ada dihadapanku saat ini. Aku malah bingung harus bagaimana bersikap. Masa Alina mau aku menikah dengan pria ini sih?

"Ada waktu gak, Mas mau bicara mungkin sekalian jam istirahatmu kita bisa duduk di Cafe sebelah." Ungkap Mas Raka yang berusaha terlihat tenang. Apa yang hendak dibicarakannya akupun tak tahu. Apa jangan-jangan tentang Alina? Mungkin saja, tak ada alasan juga baginya untuk menemuiku. Masa dia sedang mencari buku sih?

"Yasudah Mas tunggu disana saja, aku akan menyusul," jawabku dan mas Raka pun berlalu. Aku menyudahi pekerjaanku lalu kembali ke lantai atas untuk mengambil tas di ruanganku, sekalian pamit pada mbak Rita partner kerjaku.

Gegas akupun turun lagi ke lantai bawah dan menyusul mas Raka yang sudah menungguku di Cafe tepat di sebelah kantorku. Kebetulan daerah sini merupakan pusat perkantoran, jadi begitu banyak cafe ataupun restoran yang juga buka disini. Dari kaca luar dapat ku lihat mas Raka duduk di sudut ruangan yang belum terlalu banyak pengunjungnya.

Aku mendorong pintu kaca dan menuju tempat dimana mas Raka berada. Saat aku berjalan kearahnya, dia segera menyadari bahwa aku sudah datang dan hendak menarik kursi yang ada dihadapannya.

Namun aku segera menyelanya, "biar aku saja Mas!" dan langsung menduduki kursi tersebut. Segan saja rasanya, apalagi kami hanya berdua saja tanpa Alina. Nanti malah ada orang yang mengenal kami melihat ku dan mas Raka yang sedang berdua saja. Takut fitnah jatuhnya. Eh kalau begitu kejadiannya, gawat itu, Alina pasti akan segera menuntut kami untuk segera menikah! Oh no! Ada-ada saja pikiranku ini yang masih sempat-sempatnya untuk berspekulasi.

"Diminum dulu Li, ini baru saja datang." Mas Raka langsung menawarkan minuman segelas jus Alpukat yang sudah tersedia diatas meja. Memang mas Raka juga tahu bahwa aku menyukai jus Alpukat. Hal itu karena kami memang sering bertemu, eits.. tentu saja bersama Alina dan juga Aksa anak mereka. Aku memang sudah seperti saudara bagi Alina, bahkan rumah merekapun sering aku kunjungi. Jadi bukan hal baru jika kami terlihat bersama.

"Iya makasih Mas," aku segera menyeruput jus tersebut begitupun mas Raka meminum kopi yang ada dihadapannya. Lumayan menyegarkan dahaga.

"Mau pesen makan sekalian Li?" lanjut mas Raka setelah kopinya ditaruh lagi diatas meja.

"Gak usah Mas, nanti saja." tolakku. Keadaan ini sebenarnya cukup canggung bagiku, karena ini pertama kalinya kami duduk berdua, tanpa Alina. Padahal kami biasanya juga sering ngobrol, apalagi mas Raka yang seorang arsitek. Dia sangat jago dalam membuat sketsa, tentunya sketsa bangunan. Darinya kadang kala aku mendapat banyak insight baru. Dia memang tak banyak bicara kalau tak ditanya, tapi pembicaraan kami akan selalu mengalir jika itu tentang ilmu.

Apakah perasaan canggung ini karena keinginan Alina untuk menjadikanku Adik madunya? Entahlah, tak pernah aku membayangkan untuk bersanding dengan laki-laki yang ada dihadapanku ini. Apalagi lelaki ini telah beristri. Dan istrinya itu sahabatku sendiri! Aduh pusing kepalaku di buatnya. Alina benar-benar telah meracuni otakku dengan permintaannya itu.

"Hmm.." Aku mendehem agar menarik perhatikan mas Raka.

"Mas mau bicara apa ya?" akupun memulai percakapan setelah kami sama-sama diam sejenak dan hanyut dalam pikiran masing-masing.

Mas Raka meperbaiki duduknya setelah mendengar aku bertanya. Tampak sekali kalau mas Raka juga cukup canggung dengan suasana kami saat ini. Padahal biasanya dia tak begitu. Pasti Alina juga sudah mengutarakan keinginannya itu pada mas Raka. Jika tidak, gak mungkin juga kan mas Raka ingin ngobrol berdua dengan ku saja?

"Begini Li, Mas mau tahu apa Alina belakangan ini ada membicarakan sesuatu kepadamu?" mas Bima pun membuka suaranya dan menatapku lekat. Nah kan sudah bisa ku tebak.

"Maksud Mas gimana?" aku bukannya pura-pura tidak tahu, namun ingin lebih memastikan penjelasannya dari mas Raka. Mana tahu kan ada hal lain yang tak diungkapkan Alina pada suaminya itu. Siapa tahu!

Mas Raka menarik nafas berat dan membuang mukanya kearah jalan. Dia diam sejenak dan kembali memandang kearahku.

"Alin akhir-akhir ini dia selalu meminta sesuatu yang tak masuk akal. Dia sering uring-uringan dan mendiami Mas jika tak menuruti keinginannya. Kami sering bertengkar karena permintaannya itu. Mas tidak mengerti! Awalnya Mas kira dia bercanda ataupun menguji Mas, tapi sepertinya memang tidak. Ada yang berbeda dengan sikap Alina kali ini. Jadi Mas mau tanya sama kamu, mungkin kamu nya tahu, ada apa dengan Alina?!" Mas Raka menjelaskan masalahnya sehingga dia harus menemuiku hari ini. Seperti yang sudah kuduga! Kasihan juga ya mas Raka. Dia saja suaminya di acuhkan oleh Alina, apalagi aku! Pasti mas Raka kelimpungan, kan dia tergantung sekali pada Alina, istrinya itu.

"Entahlah Mas, sebenarnya aku juga bingung dengan sikap nya Alina saat ini," jujurku pada mas Raka dan hanya mampu memandangi jari-jariku yang ada di atas paha.

"Aku juga di diami sama Alina Mas." Aku pun mengadu kan istrinya itu pada mas Raka.

Sejenak kamipun terdiam kembali dan berkutat pada pikiran masing-masing.

"Lia.." panggil mas Raka kemudian.

"Ya.." aku mendongakkan wajahku untuk menatapnya.

"Apa kamu mau menikah..?"

...

Bersambung

Terpopuler

Comments

Frederick

Frederick

Suka banget sama alur ceritanya, semoga thor nggak kehabisan ide!

2023-11-27

1

lihat semua
Episodes
1 Jadilah Adik maduku!
2 Permintaan Alina
3 Berdebat dengan Alina
4 Bertemu dengan mas Raka
5 Ngobrol dengan mas Raka
6 POV Raka
7 POV Raka - Bertemu Melia
8 POV Alina
9 Perjalanan ke rumah sakit
10 Alina sakit...
11 Alina menagih janji
12 Alasan permintaan Alina
13 Menyetujui permintaan Alina
14 Kabar dari Om Aryo
15 Persiapan
16 Menikah
17 Mas Raka datang
18 POV Raka II
19 POV Raka - Menyetujui untuk menikah
20 POV Raka - Menikah
21 Hari pertama
22 Mengacuhkan mas Raka
23 Biopsi
24 Bertemu Rani
25 Bersama Aksa
26 Makan malam bersama
27 Siapa yang datang?
28 Tamu Mas Raka
29 Memperingati Mas Raka
30 Kue Brownies
31 Pandangan Ibu mertua
32 Dag dig dug
33 Perkara adik madu
34 Bubur untuk Alina
35 Siapa sosok itu?
36 Bara
37 Telepon dari Mas Raka
38 Berbalas pesan
39 Tamu pak Gunadi
40 Luna dan Rani
41 Ada apa dengan Alina
42 Hasil biopsi Alina
43 Ingin menemui Alina
44 Membujuk Alina
45 Jalan dalam hujan
46 POV Alina - Awal mula
47 POV Alina - Perjalananku
48 POV Alina - Belajar Ikhlas
49 POV Alina - Melia
50 POV Alina - Hasil biopsi
51 POV Alina - Kesedihanku
52 POV Alina - Hilang semangat
53 POV Alina - Mulai mencari
54 POV Alina - Perlahan mengerti
55 POV Alin - Keputusan
56 POV Alina - Menikmati waktu
57 Pagiku
58 Meeting dengan Pak Bos
59 Ikut bahagia
60 Persiapan Alina
61 Menghindar
62 Proyek
63 Setuju
64 Pertemuan
65 Diskusi
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Jadilah Adik maduku!
2
Permintaan Alina
3
Berdebat dengan Alina
4
Bertemu dengan mas Raka
5
Ngobrol dengan mas Raka
6
POV Raka
7
POV Raka - Bertemu Melia
8
POV Alina
9
Perjalanan ke rumah sakit
10
Alina sakit...
11
Alina menagih janji
12
Alasan permintaan Alina
13
Menyetujui permintaan Alina
14
Kabar dari Om Aryo
15
Persiapan
16
Menikah
17
Mas Raka datang
18
POV Raka II
19
POV Raka - Menyetujui untuk menikah
20
POV Raka - Menikah
21
Hari pertama
22
Mengacuhkan mas Raka
23
Biopsi
24
Bertemu Rani
25
Bersama Aksa
26
Makan malam bersama
27
Siapa yang datang?
28
Tamu Mas Raka
29
Memperingati Mas Raka
30
Kue Brownies
31
Pandangan Ibu mertua
32
Dag dig dug
33
Perkara adik madu
34
Bubur untuk Alina
35
Siapa sosok itu?
36
Bara
37
Telepon dari Mas Raka
38
Berbalas pesan
39
Tamu pak Gunadi
40
Luna dan Rani
41
Ada apa dengan Alina
42
Hasil biopsi Alina
43
Ingin menemui Alina
44
Membujuk Alina
45
Jalan dalam hujan
46
POV Alina - Awal mula
47
POV Alina - Perjalananku
48
POV Alina - Belajar Ikhlas
49
POV Alina - Melia
50
POV Alina - Hasil biopsi
51
POV Alina - Kesedihanku
52
POV Alina - Hilang semangat
53
POV Alina - Mulai mencari
54
POV Alina - Perlahan mengerti
55
POV Alin - Keputusan
56
POV Alina - Menikmati waktu
57
Pagiku
58
Meeting dengan Pak Bos
59
Ikut bahagia
60
Persiapan Alina
61
Menghindar
62
Proyek
63
Setuju
64
Pertemuan
65
Diskusi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!