Please! Love Me Honey
Jakarta kota metropolitan. Banyak orang mencari pekerjaan disana, gedung-gedung perkantoran yang tinggi banyak didirikan di sana, orang-orang memakai baju yang rapih berlalu lalang di pagi hari untuk bekerja setiap harinya.
"Gaby...!!!" panggil seorang manager HRD tempat Gaby melamar kerja.
"I....iya." seru Gaby dengan lantang, ia beranjak dari kursi yang ia duduki di ruang tunggu, wajahnya nampak gugup, walaupun ini bukan wawancara pertamanya. Namun tetap saja hatinya tidak merasa tenang.
Gany melangkah masuk kedalam ruangan, untuk wawancara kerja, ia melihat tiga pria dan satu wanita paruh baya yang duduk di belakang meja, mereka semua tengah sibuk memeriksa berkas-berkas para pelamar kerja.
Gaby menghirup nafas panjang, dalam hati ia melantunkan doa agar bisa diterima bekerja di perusahaan ORCA, perusahaan impiannya.
.
.
"Hiks....Huaaak...!!" Isak tangis Gaby di dalam kamarnya.
"Woi woi, lagi kenapa sih lo?" Jerry (Kakak kedua Gaby) memunculkan kepala dari balik pintu kamar adik perempuannya. Kebetulan kamarnya bersebelahan dengan Gaby.
"Hiks... kayaknya Gaby bakalan gagal lagi kak...." rengek Gaby sambil menangis tersedu-sedu. Sudah 5 kali ia melamar di perusahaan yang berbeda namun di tolak, tadi siang ia melamar di perusahaan ke 6, perusahaan yang menjadi tempat impiannya berkerja, namun saat mengirim surat lamaran, ia sendiri tidak merasa yakin akan di terima disana.
"Loh..., kamu kan baru wawancara hari ini, kepastiannya tiga hari lagi. Jangan pesimis gitu dong." Jerry mencoba menenangkan hati sang adik yang suka emosian.
"Sepertinya saat wawancara, Gaby salah jawab terus...." rengek Gaby yang pesimis, ia merasa putus asa bisa di terima kerja. Dirinya baru saja lulus kuliah tiga bulan yang lalu, setelah puas bersenang-senang, ia memutuskan untuk mulai mencari pekerjaan.
Jerry menghela nafas panjang. "Ya udah..., Kalau memang kali ini gagal lagi, kamu masih bisa coba melamar di tempat lain, kamu kan masih muda dan baru lulus, pasti ada kok perusahaan yang mau terima kamu kerja sebagai fresh Graduate." ujar Jerry menceramahi.
"Iya kak. Oke...., semoga yang terakhir bisa terima Gaby..." Air matanya mulai mengering, hatinya tidak lagi sedih.
"Bagus..., untuk jaga-jaga, kakak sarankan kamu cari alternatif di tempat lain dulu, yah..., buat cadangan aja..." Jerry memberikan saran.
"Oke deh kak." Gaby mengikuti saran kakaknya. Ia mulai berselancar di internet, mengirim CV ke beberapa perusahaan.
Gaby seorang gadis tomboy berusia 23 tahun sifatnya blak-blakan, emosian, dan paling tidak menyukai hal-hal romantis. Sifat tomboy-nya bertumbuh sejak ia kecil, karena ia dibesarkan bersama tiga orang kakak laki-lakinya.
Jeff kakak pertama Gaby beda enam tahun dari Gaby, sifatnya sangat tegas, bagi Gaby kak Jeff seperti pengganti ayahnya yang sudah meninggal, Jeff yang memiliki sifat dewasa selalu memberikan nasihat dan arahan ke adik-adiknya.
Jerry kakak kedua Gaby beda empat tahun dari Gaby, walaupun lebih tua, kak Jerry sudah seperti teman sebaya bagi Gaby makanya paling suka curhat dengan kak Jerry, kadang kak Jerry juga suka membawa Gaby untuk ikut bermain bola atau basket.
Lalu yang ketiga bang Justin, memiliki sifat kekanakan dan suka jahil pada Gaby, mungkin karena hanya lebih tua dua tahun, jadi mereka sering bertengkar saling ledek bahkan rebutan camilan.
Ibu mereka semua bernama Jane, ia seorang janda yang kini sedang menjalankan bisnis restoran dengan adiknya Josua paman Gaby. Perawakan tegas sangat mirip seperti Jeff, namun sangat emosian seperti Gaby.
Kini tiga hari sudah penantian Gaby, sedari pagi ia sudah sangat putus asa, sepertinya memang tidak akan diterima di perusahaan impiannya, dalam keputusasaannya itu, Gaby berbaring rebahan di kasurnya seharian, sambil mendengarkan music Rock yang keras, berharap musik favoritnya bisa menenangkan hatinya yang sedang gundah gulana.
.
.
Tiga hari kemudian.Tiba-tiba Hp Gaby bergetar. Segera ia meraih benda pipih itu, lalu melihat pesan singkat yang masuk. "AAAGGHH...!!!" teriak Gaby.
"Kenapa lagi..!!!" Jerry yang kaget mendengar teriakan histeris adiknya, langsung datang menghampiri.
"Kak Jerry....hikss.. hikss.." Gaby berderai air mata sampai ingusnya berjatuhan ke baju kaos yang sedang ia pakai.
"Gagal lagi ya..." Jerry menampilkan wajah sedih.
"Bukan kak, Ga..Gaby diterima kok." ucap Gaby sambil cengengesan.
"Aaakkhh..!! Bikin deg-degan aja lu...!!" dengus Jerry, adiknya bikin mood swing saja.
_____________
Tiga bulan sudah berlalu semenjak Gaby di terima di perusahaan ORCA. Perusahaan yang bergerak di bidang produksi makanan dan minuman kemasan. Setelah melewati masa magangnya, sekarang Gaby sudah resmi menjadi karyawan tetap di sana, ia bekerja sebagai admin bagian produksi. Perjuangannya selama tiga bulan sebagai karyawan magang, membuahkan hasil, karena ia rajin tidak mengeluh, beberapa kali mau mendatangi pabrik-pabrik, walaupun jaraknya jauh dari rumah.
.
.
_________
"Mr. Harrisson....Mr. Harrisson." suara seorang pria paruh baya, berkemeja batik, memanggil manggil nama orang yang ia cari sambil membawa papan namanya di bandara.
"Yes...That's me." Harris tiba-tiba muncul dari belakang.
Pria paruh baya itu langsung terlonjak kaget, hampir saja jantungnya mau copot. Satu tangan mengelus-elus dada kirinya, matanya menyapu penampilan pria muda yang sedang berdiri ada di depan.
Gaya rambutnya tertata rapi seperti k-pop idol, ia pakai kacamata hitam branded. Jelas-jelas ia memiliki wajah yang tampan. Penampilannya makin bersinar, apalagi memakai pakaian bagus dan jam tangan yang tampaknya sangat mahal. Tidak salah orang. Dia pasti tuan muda Harrisson, yang baru saja pulang dari Amerika sehabis menyelesaikan kuliahnya disana.
"Mr. Harrisson..., Perkenalkan saya Benny yang di tugaskan untuk jemput Anda hari ini." ujar pak Benny sang supir.
"Okay.. pak Ben. Ayo kita langsung menuju mobil, aku ingin segera pulang rumah." Tanpa basa basi Harris ingin segera pulang ke rumah yang sudah lama ia rindukan. Harris berjalan dengan santainya, pak Ben mengikutinya dari belakang sambil menggerek dua koper besar milik si tuan muda.
Dalam perjalanan menuju rumah orangtuanya, Harris memerhatikan sekeliling jalanan kota jakarta melalui jendela mobil. Logo perusahaan keluarganya terpajang dimana-mana, di sepanjang jalanan kota jakarta di penuhi iklan produksi makanan perusahaan milik ayahnya. Tidak terasa sudah dua tahun dia tidak pulang ke Jakarta, namun sudah banyak perubahan dan kemajuan di kota metropolitan yang ia rindukan ini.
Setelah kurang lebih satu jam perjalanan, akhirnya ia sampai di kediaman orangtuanya yang megah, Ibunya sedang menunggu diluar pintu dan langsung menyambut kedatangan putra satu-satunya.
"Harrison... my son" sapa Herlina sang ibu. Sambil tersenyum ia membuka kedua lengannya, menyambut sang putra satu-satunya kedalam pelukannya.
"Mom...!!" Harris langsung memeluk ibunya dengan erat, ia sangat rindu akan kehangatan kasih sayang ibunya. Walaupun Herlina sudah berumur 50 tahun lebih, namun kecantikannya tidak memudar.
"Kamu makin handsome saja nak." Herlina terus memandangi wajah putranya, rindu sekali sudah lama tidak melihat wajah ini secara langsung.
"Yes mom, aku kan mirip mama yang kecantikannya awet muda sekali." kekeh Harris.
Herlina langsung mengecup pipi putranya, dari dulu dirinya dan sang suami selalu memanjakan Harris karena dia adalah anak laki-laki satu-satunya di keluarga Matson. Anak pertama mereka Helena, kedua Jennifer, ketiga Harrisson atau biasa dipanggil Harris, anak keempat Caroline, dan yang terakhir adalah Charlotte.
"Ayo nak kita segera masuk, Papa kamu sudah menunggu dari tadi loh." Herlina menggandeng lengan sang putra, berdua berjalan beriringan memasuki kediaman yang megah.
Setelah ia dan ibunya memasuki ruang keluarga, Langsung terlihat sosok Papanya. Harlord dia langsung berdiri dari sofa dan berjalan menghampiri sang putra.
Harris tersenyum tipis melihat sosok pria berusia setengah abad, namun masih bertubuh tinggi dan gagah.
"Papa senang sekali kamu sudah pulang nak." Harlord memeluknya dengan erat. Jemarinya yang lebar mengacak-acak rambut Harris.
"Astaga..., Harris bukan anak kecil lagi." Dengusnya sembari menata kembali rambut yang sudah di acak.
"Papa harap sekarang kamu sudah siap untuk pimpin perusahaan papa." ujar Harlord dengan tatapan optimis sambil menepuk pundak putranya.
Walaupun kata-kata sang ayah terdengar baik, namun tidak ada rasa senang di hati Harris ketika mendengar ucapan ayahnya ini. Yang ia rasakan hanyalah sebuah beban, sebagai putra satu-satunya dari orang terkaya kelima di Indonesia.
__________
Seminggu sudah berlalu sejak kedatangannya kembali di jakarta, kini Harris sudah mulai terbiasa kembali dengan waktu dan iklim cuaca di Indonesia. Dan hari ini Harris berencana bertemu dengan kedua teman baiknya sejak SMA hingga kuliah pertamanya.
"Hey.. Harris long time no see bro~." sapa Rendy yang sedang duduk di bangku Cafe. Ia berdiri dari kursinya dan memeluk sahabat yang sudah 2 tahun tidak pulang ke jakarta.
"Bro..." Harris pun memeluk Rendy, akhirnya bertemu lagi setelah tiga tahun berpisah karena Harris lanjut kuliah di Amerika.
"Loh kok...., Muka lu gak semangat gitu? Gak seneng liat gua yang tambah ganteng ini." tanya Rendy nyeleneh.
"I d i h....Dasar narsis lu..., Bukan gitu bro, gak tau kenapa gua malah makin capek pas balik kesini, waktu gua tinggal di New York, gua hidup santai banget, cuma kuliah, makan, belajar, tapi pas baru pulang balik jakarta, eh bapak gua langsung suruh gua buat pegang perusahaan besar, dari kemarin gua gak bisa santai bro, tumpukan dokumen dikasih ke gua tiap hari, gua udah harus belajar semuanya dong..." keluh Harris menceritakan uneg-unegnya.
Dia yang terbiasa hidup santai kini diberikan tanggung jawab besar oleh ayahnya.
"Waduh...berat ya jadi lu hahaha, kalau gua sih begitu lulus duku cuma disuruh bantu kakak gua urus pabrik di Cikarang." kekeh Rendy dengan gaya santainya, sambil menyesap kopi hangat.
"Btw kok si Theo belum dateng sih, biasanya dia loh yang paling tepat waktu."
tanya Harris, melipat tangan.
"Dia lagi kasmaran bro, tiap hari jadi supir buat jemput antar pacarnya kesana sini, ngeliatin dia bucin, gua jadi bersyukur belum punya cewek sampai sekarang." ujar Rendy.
"Ooh no.... Jangan bilang dia masih pacaran sama cewek matre itu, i yuh..." decak Harris dengan gaya agak flamboyan-nya.
"Ya.. Susah deh.. kalau udah cinta banget, kita tinggal tunggu undangannya si Theo aja." ujar Rendy sambil meminum kopinya.
Harris walaupun punya wajah tampan dan rupawan, tapi memiliki sisi feminin dalam dirinya. karena ia dibesarkan bersama keempat anak perempuan, sedari kecil Harris sangat di manja oleh ibunya dan kedua kakak perempuannya, tapi terlepas dari gayanya yang agak flamboyan Harris masih laki-laki yang "Normal." hanya saja dia belum pernah berpacaran sama sekali.
"Hei Harris...!!!" sapa Theo yang baru saja datang memasuki pintu Cafe.
"Theo..My friend..~." sapa Harris sambil melambaikan tangannya ke arah Theo, senang sekali bisa bertemu sahabatnya yang bawel ini.
Lengkaplah sudah tiga sekawan saat kuliah di jurusan yang sama, mereka berkumpul kembali, untuk menyambut kepulangan Harris dari Amerika, beberapa saat mereka duduk lalu mengobrol, bercanda, dan bercerita.
Namun tiba-tiba benda pipih milik Harris bergetar diatas meja cafe. "Sorry Guys, nyokap telpon."
Harris pun langsung mengangkat telepon dari ibunya, Theo dan Rendy menutup mulut agar tidak ganggu.
"Yes mom, kenapa?" jawab Harris.
"Harris tadi mama dapat telepon dari teman arisan, kebetulan anak perempuannya yang dulu mama cerita ke kamu, baru aja pulang dari Singapore, sore ini kamu harus ketemuan sama dia, mama kirim lokasi restorannya ya, dah...~." seru Herlina di telepon.
"Wait... mom.., aaakkhh..!!!" pekik Harris kesal, dari kemarin ibunya memang sudah bilang mau menjodohkan dirinya, namun tak disangka akan diatur secepat ini.
"Ada apa bro?" tanya Theo penasaran.
"Nyokap gua gak ada angin, gak ada ujan, tiba-tiba main jodohin gua aja hari ini, gua kan
belum bilang setuju..., Gimana dong..." keluh Harris.
"Udah temuin aja tuh cewek, dari pada nanti ribut sama emak lu." ledek Theo.
"Iya bro, ketemuan aja dulu siapa tau kali ini memang cocok hahaha..." ledek Rendy, yang dari dulu tahu kalau Harris belum pernah pacaran.
"Kalau lu gak temuin, kasian nyokap lu udah susah-susah cariin lu jodoh hahaha...~." ledek Theo.
"Hadeh.... Dasar tega lu pada ama gua.., mana gua lagi pusing mikirin tanggung jawab di perusahaan, sekarang nambah lagi pusing gua.." Harris me n c e bik.
Bukannya ia tidak mau dijodohkan, hanya saja Harris sedang tidak fokus untuk mencari pasangan dan sama sekali tidak memikirkan soal pernikahan, untuk saat ini.
Bersambung~
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
nanti di lanjut lagi tinggalkan jejak dulu🤭😂
2024-07-15
0
ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
duku atau dulu 😂🤧
2024-07-15
1
ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
kakak author ini narasinya kepanjangan deh bis dibuat jadi du atau tiga paragraf kak 🤭
2024-07-15
1