Bab 3 Pertemuan Kedua

"Crip crip crip crip." suara burung-burung di pagi hari, gandengnya mereka membangunkan Gaby dari tidur nyenyak nya.

"H o a m..." Gaby menguap sambil merentangkan kedua tangannya keatas, lalu melakukan ter mo untuk mengumpulkan nyawa, sebelum beraktifitas hari ini.

Turun dari atas ranjang, ia menyegarkan dahaganya dahulu dengan segelas air putih. "H u p...1..h u p 2...h u p..3...~." dengan semangat Gaby berolahraga menggunakan barbel kesayangan. Setelah puas berkeringat, ia melakukan ritual mandinya, mengguyur badannya dengan air dingin. Menyetrika baju kerja dan berdandan tipis, ia bersolek untuk menjaga penampilannya sebagai karyawati yang baik.

"Bu..!!! Gaby.....Berangkat kerja dulu ya, bekalnya Gaby bawa ya Bu...~." seru Gaby sambil berlari ke teras rumah menuju motor kesayangan.

"Brrmmm..brrmmm...." Gaby tancap gas. Berangkat ke kantor mengendarai motor, karena ia tidak suka dengan kemacetan.

"Hati-hati di jalan ya Gab...!!!" teriak Jane dari pagar teras rumah.

"H o a m....pagi-pagi udah pada teriak aja." keluh Justin yang baru saja keluar dari kamarnya. Kedua matanya masih setengah tertutup.

"Biasa adikmu si Gaby telat bangun, jadi gak sempet sarapan, langsung berangkat gitu aja ke kantor dengan perut kosong." ujarnya sambil geleng-geleng kepala.

"Yah....Masih baru-baru kerja, jadi masih semangat lah dia." seru Justin.

"Loh kok kamu baru bangun jam segini? nanti telat kerja loh." tanya Jane.

"Minggu ini aku ambil shift siang bu, kalau pagi, aku suka telat terus soalnya." ujar Justin.

"Hadeh..., sama aja kamu sama di Gaby." ledek Jane, ia pun berjalan kembali masuk ke dalam rumah.

"Permisi..., Ibu Jane...Selamat Pagi..!!" tiba-tiba ibu tetangga datang di depan pagar.

"Eh bu Wawan, tumben ada apa datang pagi-pagi gini." tanya Jane, mau tidak mau keluar lagi untuk menyambut kedatangan tetangga.

"Itu loh bu, soal perjodohan anak ibu sama keponakan saya." ujar Bu Wawan dengan raut muka khawatir.

"Eh iya gimana, keponakan ibu jadinya mau lanjut gak sama anak saya?" Jane sangat berharap perjodohan kali ini berhasil.

"Masalahnya gini bu. Keponakan saya, gak ketemu anak ibu disana, dia cari keliling restoran, tanyain sana sini, tapi gak ketemu juga. Apa mungkin anak ibu kabur dari acara perjodohan." tuduh Bu Wawan.

"Masa sih kabur, kemarin anak saya cerita kok kalau dia kencan sama keponakan ibu, anak saya gak pernah bohong sama saya loh." ujar Jane dengan penuh keyakinan.

"Waduh...!? apa dia salah orang ya??" tanya Bu Wawan.

"Masa sih gak mungkin deh kayaknya." ujar Jane.

Kedua ibu-ibu itu pun terus terdiam berdiri di pagar rumah sambil memikirkan kesalahan pahaman apa yang sebenarnya sedang terjadi.

____________

"Pagi...!!!" Gaby menyapa teman-teman kantornya dengan penuh semangat.

"Pagi Gab..." ujar Sofia teman kerja Gaby.

"Hampir aja gua telat, gara-gara kesiangan, hadeh..." Gaby menghempaskan bokongnya di kursi kerja dengan nafas terengah-engah, ia pun membasuh keringatnya.

"Pasti lu belom sarapan kan~, nih udah gua beliin roti." Sofia menawarkan, ia sudah tau kebiasaan buruk teman barunya, yang baru ia kenal selama 3 bulan.

"Sofiaaaa~, kamu memang penyelamat hidupku." Gaby pura-pura terharu.

"Udah ah lebay lu." kekeh Sofia.

"Gab.....lu tau gak gossip yang lagi beredar sekarang di kantor." bisik Sofia.

"Gossip apaan??" tanya Gaby sambil melahap rotinya.

"Katanya putra tunggal pemilik perusahaan bakalan kerja di bagian produksi, berarti di tempat kita hihihi." Sofia cekikikan.

"Terus..??" tanya Gaby dengan santai.

"Ah gak seru lu..." ce bik Sofia kesal, melihat ekspresi cuek Gaby.

"Gaby...Gaby..~ masa sih gak ngerti." ledek Brenda yang mejanya berada persis di depan meja Gaby.

"Gak ngerti apa?" Gaby masih bingung.

"Itu berarti kesempatan buat kita nih para jomblowati, buat dapetin anak konglomerat Kya...~." teriak genit Brenda yang masih jomblowati.

"Brak...!!!" tiba-tiba suara gelas kopi di taruh di atas meja dengan hantaman yang kencang.

Gaby, Sofia, dan Brenda langsung menoleh ke arah suara itu, terlihat seorang wanita berpakaian serba pink dan dandanan menor, sedang duduk dengan anggunnya di depan ruangan manager.

"Kalian gak usah banyak berharap deh, kesempatan besar itu, di sudah pasti aku yang dapatkan." Sabrina berseru dengan ekspresi wajah sombong.

"Cih...!!!" decak Brenda yang kesal.

"Yah....., kita lupa kalau ada si Sabrina yang bakalan jadi sekretarisnya." keluh Sofia merasa tidak ada harapan.

Perang dingin para jomblowati di kantor ini memang sudah sering terjadi, namun Gaby yang cuek hanya duduk di kursinya sambil menghabiskan roti dan kopinya, ia tidak pernah peduli soal cowok ganteng atau hubungan asmara di kantor.

"Guys...!! Pak komisaris dan dewan direksi sedang berjalan menuju kesini..!!!" Teriak karyawan yang duduk dekat pintu ruangan.

Semua karyawan di ruangan langsung berdiri sambil merapihkan baju, meja, dan rambut mereka.

Tidak lama rombongan pak Komisaris pun memasuki ruangan. Kumpulan pria-pria tua dan beruban, memakan setelah jas rapi. Namun di tengah mereka ada satu pria yang masih muda.

"Selamat pagi pak komisaris dan dewan direksi, kami semua merasa terhormat bisa dikunjungi langsung oleh bapak." sapa sang manager menyambut dengan penuh hormat.

"Terima kasih atas sambutannya, hari ini sangatlah spesial, saya secara pribadi mengantarkan putra saya untuk mulai berkerja dibagian produksi hari ini." ujar Harlord.

"Halo semuanya, perkenalkan nama saya Harrisson, mulai hari ini saya akan bergabung dengan kalian semua, mohon kerjasamanya." Harris memberikan salam kepada semua karyawan yang ada di ruangan.

Seisi ruangan bertepuk tangan meriah menyambut Harris untuk mulai bergabung. Setelah pak Komisaris dan dewan direksi pergi meninggalkan ruangan, pak Manager langsung mengantarkan Harris ke ruangannya. Para karyawati terus memandangi Harris yang masih muda, tampan, belum menikah, dan juga anak pemilik perusahaan, semua jomblowati di ruangan itu langsung terpesona padanya.

"Ganteng ya...~." bisik Sofia yang terpesona.

"Beruntungnya kita bisa kerja di divisi produksi bareng dia...~." bisik Brenda yang juga terpesona.

"Mukanya kayak gak asing deh.." celetuk Gaby, mencoba mengingat-ingat, namun memang beneran lupa.

Seharian ini Harris duduk di mejanya terus memeriksa semua catatan data produksi perusahaan. Para karyawan jomblowati di luar ruangan sengaja berlalu lalang melewati ruangan Harris sambil mengintip apa yang sedang Harris lakukan di ruangannya. Sedangkan Sabrina sang sekretaris menunjukan muka garang seperti penjaga gerbang, yang sedang menjaga cowok buruannya agar tidak di caplok karyawati lain.

"Gaby..tolong kasih ini ya ke pak Harrisson, gua mau keluar makan siang dulu." ujar Yoseph salah satu karyawan.

"Loh gak kasih Sabrina aja??" tanya Gaby.

"Tuh liat, orangnya lagi gak ada, kayaknya dia keluar makan siang juga deh, btw lu gak makan di luar?" tanya Yoseph.

"Gua bawa bekal hari ini, maklum udah tengah bulan, lagi ngirit hehe.."

"Ya udah, tolong kasih sekarang dulu aja sebelum lu makan." ujar Yoseph sembari keluar ruangan.

"Oke.."

"Tok...tok...tok..." Gaby pun mengetuk pintu ruangan Harris.

"Masuk." ujar Harris, kedua matanya masih fokus melihat data-data perusahaan di laptopnya.

"Misi pak, ini data yang bapak minta." ucap Gaby sambil menunduk.

"Iya taruh aja di ujung meja saya." jawab Harris, matanya masih saja fokus melihat laptop.

"Oke pak." Gaby segera menaruhnya, lalu berjalan pelan untuk keluar dari ruangan si boss.

"Suaranya kok, kayak gak asing ya." gumam Harris tiba-tiba mencoba mengingat, namun kembali lagi fokus bekerja.

Gaby duduk sendiri, membuka kotak bekalnya, ibunya membawakan nasi goreng petai, telur ceplok, dan sambal terasi. Gaby pun makan dengan lahapnya sambil berharap hari gajian segera tiba.

Harris menutup dokumen yang baru saja ia baca, dan mulai berdiri dari kursinya, meregangkan otot kaki dan tangannya.

"Ya lumayan masih ada waktu buat makan siang." ucap Harris sambil melihat jam tangannya.

Lalu Harris membuka pintu ruangannya untuk keluar makan siang. Betapa kagetnya Harris karena mencium bau yang sangat menyengat di seluruh ruangan, ia spontan menahan nafasnya dengan kedua tangan.

"Uhuk.....uhuk..." Harris merasa mual karena masih mencium bau busuk itu, kepalanya agak pusing, sambil buru-buru, Harris berjalan keluar ruangan, kaki Harris tersandung kursi lalu jatuh tersungkur.

"Gubrak... Gubrak...!!" Harris terjatuh dengan gaya tengkurap. Gaby yang sedang makan langsung kaget mendengar suara gaduh itu. Ia pun segera berlari ke arah suara jatuh.

"Astaga..!! Bapak jatuh rupanya..!" Gaby tercengang, ketika melihat atasannya terkapar di lantai tidak berdaya.

Gaby segera menghampiri dan dengan mudahnya membalikan tubuh Harris. Betapa kagetnya hatinya, setelah melihat wajah Harris dari dekat, ternyata atasannya ini adalah orang yang kemarin dijodohkan oleh ibunya.

"Loh.. Harris..!!! Ternyata anak pemilik perusahaan ini itu elo ya." Gaby mengguncangkan tubuh Harris.

Harris juga kaget saat melihat wajah wanita yang ingin ia temui, ternyata ada di hadapannya sekarang, dan saat ini jarak wajahnya sangat dekat dengan wajah Harris.

"Ga...Gaby.., Syukurlah ketemu lagi sama ka...mu...." ujar Harris dengan lemas.

Harris mau berbicara lebih banyak, tetapi entah kenapa ada bau yang menyengat menusuk indera penciumannya. Bau menyengat itu seperti sedang berada persis di depan wajahnya. Ia pun sangat tidak tahan, dan akhirnya pingsan.

"Woi...Harris, loh kok malah pingsan..!!" Gaby bingung, sekeras itu kah benturan saat terjatuh sampai membuat si boss muda pingsan.

Gaby pun melihat sekeliling ruangan untuk minta tolong, tapi tidak ada satu orang pun di sana. Ia takut Harris kenapa-napa, akhirnya Gaby berusaha membopong tubuh Harris dan membawanya ke ruang kesehatan yang ada perusahaan.

.

.

.

"Hmm...~." suara gumaman Harris yang baru saja sadarkan diri.

"Syukur deh.., akhirnya lu bangun juga." Gaby yang sedang duduk di samping tempat tidur.

"Ini dimana ya??" tanya Harris sambil melihat sekeliling.

"Ruang kesehatan kantor, yang ada di lantai 5, pak." jawab Gaby.

"Hah..!! Siapa yang bawa gua kesini??" tanya Harris bingung.

"Saya pak.. siapa lagi." Gaby tertawaan cengengesan.

Harris langsung terdiam mendengar jawabannya. Ia menatap heran pada Gaby, menunjukkan ekspresi wajah antara percaya dan tidak percaya.

"Masa iya dia yang seorang wanita, menggendongku sampai ke lantai 5..???"

"Apa anda sedang sakit...??, Apa kepala anda pusing sampai pingsan tiba-tiba..." tanya Gaby sambil memberikan segelas air.

"Not sick, cuma tadi sempat cium bau busuk gitu, menyengat banget iiih.."

Gaby yang merasa bingung karena tidak mencium bau apa-apa, tiba-tiba menempelkan keningnya ke kening Harris. Harris langsung terdiam karena dia pikir akan di cium Gaby, ia pun memejamkan mata.

"Sepertinya anda tidak ada demam??, Suhu normal kok." Tanpa merasa enggan, Gaby menempelkan dahinya ke dahi Harris. Membuat jantung Harris serasa mau loncat.

"Uhh..!!!" namun tiba-tiba Harris mencium kembali bau menyengat itu lagi dan langsung menutup hidungnya dengan kedua tangan.

Melihat ekspresi Harris yang menutup hidungnya tiba-tiba, Gaby akhirnya mengerti bau apa yang di cium oleh Harris. "Oohh.. ya ampun sorry.., yang anda maksud ternyata bau petai sama terasi ya." Gaby menjawab tanpa merasa bersalah.

"Petai...?? Terasi..??" Harris tidak tahu dua benda apa itu.

"Sorry saya jauh-jauh dulu deh, hahaha.., Maaf ya pak tadi saya bawa bekal nasi goreng Petai dan sambal Terasi, sorry saya gak tahu kalau anda belum pernah mencium baunya." kekeh Gaby tertawa kecil.

Harris agak kaget, ternyata bau menyengat itu berasal dari Gaby. "Krruukuukk.." tiba-tiba alarm perut berbunyi. Harris belum makan siang.

Mata Gaby mendelik, mau meledek tapi gak berani sama si boss muda, walaupun kemarin sudah baru kenalan.

"Ini kesempatanku...!!"

"Tolong temani aku makan siang." ajak Harris sambil tersenyum ramah

Bersambung~

...****************...

Terpopuler

Comments

♀️Mari_Mar🍀

♀️Mari_Mar🍀

🌹 for you. good job

2024-07-08

0

Hiatus

Hiatus

kayak aku si gabby wktu krja dulu suka baca bekal

2024-07-02

1

Dee Nur

Dee Nur

your'e so amazing writer

2024-06-29

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Permulaan Gaby dan Harris
2 Bab 2 Pertemuan Pertama
3 Bab 3 Pertemuan Kedua
4 Bab 4 Pendekatan
5 Bab 5 Tidak Menyerah
6 Bab 6 Makin Menjauh
7 Bab 7 Pulau Seribu
8 Bab 8 Awal Kedekatan
9 Bab 9 Harus Lembur
10 Bab 10 Pura-pura Sakit
11 Bab 11 Perhatian (Visual Karakter)
12 Bab 12 Jadi Makin Akrab
13 Bab 13 Gara-gara Covid
14 Bab 14 Pindahan
15 Bab 15 Numpang Tinggal
16 Bab 16 Terpesona
17 Bab 17 Marahan
18 Bab 18 Bukti..??
19 Bab 19 Acara Outbound Kantor
20 Bab 20 Ciuman Hangat
21 Bab 21 Sama-sama Egois
22 Bab 22 Impostor
23 Bab 23 Kencan Pertama
24 Bab 24 Kedatangan Theo
25 Bab 25 Kegalauan
26 Bab 26 Pulang ke Rumah
27 Bab 27 Reunian
28 Bab 28 Misi Rahasia
29 Bab 29 Tangisan Sahabat
30 Bab 30 Welcome to Bali
31 Bab 31 Salah Paham
32 Bab 32 Romansa di Bali
33 Bab 33 Jadian di Bali
34 Bab 34 Office Couple
35 Bab 35 Nyamuk Nakal
36 Bab 36 Liburan Bareng
37 Bab 37 Berteduh (21+)
38 Bab 38 Wisata Air Terjun
39 Bab 39 Lamaran Mendadak
40 Bab 40 Pertengkaran
41 Bab 41 Baikkan
42 Bab 42 Janji Setia
43 Bab 43 Menahan Hasrat (21+)
44 Bab 44 Muncul Lagi
45 Bab 45 Kucing-kucingan
46 Bab 46 Kencan Panas (21+)
47 Bab 47 Terhalang Restu
48 Bab 48 Terhalang Restu Lagi
49 Bab 49 Nasihat Theo
50 Bab 50 Permainan di Mulai
51 Bab 51 Memancing
52 Bab 52 Kak Helena
53 Bab 53 Jebakan
54 Bab 54 Kecewa
55 Bab 55 Me and You End
56 Bab 56 Sama-sama Menderita
57 Bab 57 Menahan Rasa Sakit
58 Bab 58 Mengakhiri Cinta Kita
59 Bab 59 Godaan Mantan
60 Bab 60 I Love You (21+)
61 Bab 61 Jadi Selingkuhan
62 Bab 62 Tunangan
63 Bab 63 Orang Ketiga
64 Bab 64 Melarikan Diri
65 Bab 65 Saingan
66 Bab 66 Teman Curhat
67 Bab 67 Meninggalkan Jejak (21+)
68 Bab 68 Kebetulan Dua Kali
69 Bab 69 Kemarahan Herlina
70 Bab 70 Pulang ke Rumah
71 Bab 71 Berkunjung
72 Bab 72 Pelayan Gadungan
73 Bab 73 Menebar Bulu
74 Bab 74 Kepanikan
75 Bab 75 Pertunangan Telah Batal
76 Bab 76 Ada Ujian Lagi
77 Bab 77 Ujian Calon Istri
78 Bab 78 Godaan Calon Istri (21+)
79 Bab 79 Hari Melamar Gaby
80 Bab 80 Calon Mertua Harris
81 Bab 81 Calon Mertua Gaby
82 Bab 82 Perkenalan
83 Bab 83 Cemburu Buta
84 Bab 84 Hukuman (21+)
85 Bab 85 Hari Lamaran
86 Bab 86 Naik Kapal
87 Bab 87 Sebelum Hari H
88 Bab 88 Mengucap Janji
89 Bab 89 Malam Spesial (21+)
90 Bab 90 Buka Kadonya (21+)
91 Bab 91 Pengantin Baru
92 Bab 92 Nyonya Baru
93 Bab 93 Kehidupan Baru Gaby
94 Bab 94 Kelelahan
95 Bab 95 Kesabaran ada Batasnya
96 Bab 96 Keegoisan
97 Bab 97 Amarah
98 Bab 98 Keras Hati
99 Bab 99 Menyesal
100 Bab 100 Hujannya mereda (21+)
101 Bab 101 Rutinitas Baru
102 Bab 102 Perhatian Kecil
103 Bab 103 Berkunjung ke Bali
104 Bab 104 Teman Lama
105 Bab 105 Teman Tapi Mesra
106 Bab 106 Cinta di Masa Lalu
107 Bab 107 Please Love Me Honey (21+)
108 Bab 108 Honeymoon Kedua
109 Bab 109 Mau Punya Anak ??
110 Bab 110 Yakin Mau Punya Anak...??
111 Bab 111 Kecurigaan Harris
112 Bab 112 Ipar yang Meresahkan
113 Bab 113 Suami Versi Bocah
114 Bab 114 Gebuk-gebukkan
115 Bab 115 Please ! Jangan Ribut
116 Bab 116 Kencan Ganda
117 Bab 117 Nostalgia Nakal Pasutri
118 Bab 118 Just Wait Mom
119 Bab 119 Mendambakan Momongan
120 Bab 120 1st Wedding Anniversary (21+)
121 Bab 121 Berdamai Dengan Masa Lalu
122 Bab 122 Akhir Kisah Berdua (End)
Episodes

Updated 122 Episodes

1
Bab 1 Permulaan Gaby dan Harris
2
Bab 2 Pertemuan Pertama
3
Bab 3 Pertemuan Kedua
4
Bab 4 Pendekatan
5
Bab 5 Tidak Menyerah
6
Bab 6 Makin Menjauh
7
Bab 7 Pulau Seribu
8
Bab 8 Awal Kedekatan
9
Bab 9 Harus Lembur
10
Bab 10 Pura-pura Sakit
11
Bab 11 Perhatian (Visual Karakter)
12
Bab 12 Jadi Makin Akrab
13
Bab 13 Gara-gara Covid
14
Bab 14 Pindahan
15
Bab 15 Numpang Tinggal
16
Bab 16 Terpesona
17
Bab 17 Marahan
18
Bab 18 Bukti..??
19
Bab 19 Acara Outbound Kantor
20
Bab 20 Ciuman Hangat
21
Bab 21 Sama-sama Egois
22
Bab 22 Impostor
23
Bab 23 Kencan Pertama
24
Bab 24 Kedatangan Theo
25
Bab 25 Kegalauan
26
Bab 26 Pulang ke Rumah
27
Bab 27 Reunian
28
Bab 28 Misi Rahasia
29
Bab 29 Tangisan Sahabat
30
Bab 30 Welcome to Bali
31
Bab 31 Salah Paham
32
Bab 32 Romansa di Bali
33
Bab 33 Jadian di Bali
34
Bab 34 Office Couple
35
Bab 35 Nyamuk Nakal
36
Bab 36 Liburan Bareng
37
Bab 37 Berteduh (21+)
38
Bab 38 Wisata Air Terjun
39
Bab 39 Lamaran Mendadak
40
Bab 40 Pertengkaran
41
Bab 41 Baikkan
42
Bab 42 Janji Setia
43
Bab 43 Menahan Hasrat (21+)
44
Bab 44 Muncul Lagi
45
Bab 45 Kucing-kucingan
46
Bab 46 Kencan Panas (21+)
47
Bab 47 Terhalang Restu
48
Bab 48 Terhalang Restu Lagi
49
Bab 49 Nasihat Theo
50
Bab 50 Permainan di Mulai
51
Bab 51 Memancing
52
Bab 52 Kak Helena
53
Bab 53 Jebakan
54
Bab 54 Kecewa
55
Bab 55 Me and You End
56
Bab 56 Sama-sama Menderita
57
Bab 57 Menahan Rasa Sakit
58
Bab 58 Mengakhiri Cinta Kita
59
Bab 59 Godaan Mantan
60
Bab 60 I Love You (21+)
61
Bab 61 Jadi Selingkuhan
62
Bab 62 Tunangan
63
Bab 63 Orang Ketiga
64
Bab 64 Melarikan Diri
65
Bab 65 Saingan
66
Bab 66 Teman Curhat
67
Bab 67 Meninggalkan Jejak (21+)
68
Bab 68 Kebetulan Dua Kali
69
Bab 69 Kemarahan Herlina
70
Bab 70 Pulang ke Rumah
71
Bab 71 Berkunjung
72
Bab 72 Pelayan Gadungan
73
Bab 73 Menebar Bulu
74
Bab 74 Kepanikan
75
Bab 75 Pertunangan Telah Batal
76
Bab 76 Ada Ujian Lagi
77
Bab 77 Ujian Calon Istri
78
Bab 78 Godaan Calon Istri (21+)
79
Bab 79 Hari Melamar Gaby
80
Bab 80 Calon Mertua Harris
81
Bab 81 Calon Mertua Gaby
82
Bab 82 Perkenalan
83
Bab 83 Cemburu Buta
84
Bab 84 Hukuman (21+)
85
Bab 85 Hari Lamaran
86
Bab 86 Naik Kapal
87
Bab 87 Sebelum Hari H
88
Bab 88 Mengucap Janji
89
Bab 89 Malam Spesial (21+)
90
Bab 90 Buka Kadonya (21+)
91
Bab 91 Pengantin Baru
92
Bab 92 Nyonya Baru
93
Bab 93 Kehidupan Baru Gaby
94
Bab 94 Kelelahan
95
Bab 95 Kesabaran ada Batasnya
96
Bab 96 Keegoisan
97
Bab 97 Amarah
98
Bab 98 Keras Hati
99
Bab 99 Menyesal
100
Bab 100 Hujannya mereda (21+)
101
Bab 101 Rutinitas Baru
102
Bab 102 Perhatian Kecil
103
Bab 103 Berkunjung ke Bali
104
Bab 104 Teman Lama
105
Bab 105 Teman Tapi Mesra
106
Bab 106 Cinta di Masa Lalu
107
Bab 107 Please Love Me Honey (21+)
108
Bab 108 Honeymoon Kedua
109
Bab 109 Mau Punya Anak ??
110
Bab 110 Yakin Mau Punya Anak...??
111
Bab 111 Kecurigaan Harris
112
Bab 112 Ipar yang Meresahkan
113
Bab 113 Suami Versi Bocah
114
Bab 114 Gebuk-gebukkan
115
Bab 115 Please ! Jangan Ribut
116
Bab 116 Kencan Ganda
117
Bab 117 Nostalgia Nakal Pasutri
118
Bab 118 Just Wait Mom
119
Bab 119 Mendambakan Momongan
120
Bab 120 1st Wedding Anniversary (21+)
121
Bab 121 Berdamai Dengan Masa Lalu
122
Bab 122 Akhir Kisah Berdua (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!