"Crip crip crip crip." suara burung-burung di pagi hari, gandengnya mereka membangunkan Gaby dari tidur nyenyak nya.
"H o a m..." Gaby menguap sambil merentangkan kedua tangannya keatas, lalu melakukan ter mo untuk mengumpulkan nyawa, sebelum beraktifitas hari ini.
Turun dari atas ranjang, ia menyegarkan dahaganya dahulu dengan segelas air putih. "H u p...1..h u p 2...h u p..3...~." dengan semangat Gaby berolahraga menggunakan barbel kesayangan. Setelah puas berkeringat, ia melakukan ritual mandinya, mengguyur badannya dengan air dingin. Menyetrika baju kerja dan berdandan tipis, ia bersolek untuk menjaga penampilannya sebagai karyawati yang baik.
"Bu..!!! Gaby.....Berangkat kerja dulu ya, bekalnya Gaby bawa ya Bu...~." seru Gaby sambil berlari ke teras rumah menuju motor kesayangan.
"Brrmmm..brrmmm...." Gaby tancap gas. Berangkat ke kantor mengendarai motor, karena ia tidak suka dengan kemacetan.
"Hati-hati di jalan ya Gab...!!!" teriak Jane dari pagar teras rumah.
"H o a m....pagi-pagi udah pada teriak aja." keluh Justin yang baru saja keluar dari kamarnya. Kedua matanya masih setengah tertutup.
"Biasa adikmu si Gaby telat bangun, jadi gak sempet sarapan, langsung berangkat gitu aja ke kantor dengan perut kosong." ujarnya sambil geleng-geleng kepala.
"Yah....Masih baru-baru kerja, jadi masih semangat lah dia." seru Justin.
"Loh kok kamu baru bangun jam segini? nanti telat kerja loh." tanya Jane.
"Minggu ini aku ambil shift siang bu, kalau pagi, aku suka telat terus soalnya." ujar Justin.
"Hadeh..., sama aja kamu sama di Gaby." ledek Jane, ia pun berjalan kembali masuk ke dalam rumah.
"Permisi..., Ibu Jane...Selamat Pagi..!!" tiba-tiba ibu tetangga datang di depan pagar.
"Eh bu Wawan, tumben ada apa datang pagi-pagi gini." tanya Jane, mau tidak mau keluar lagi untuk menyambut kedatangan tetangga.
"Itu loh bu, soal perjodohan anak ibu sama keponakan saya." ujar Bu Wawan dengan raut muka khawatir.
"Eh iya gimana, keponakan ibu jadinya mau lanjut gak sama anak saya?" Jane sangat berharap perjodohan kali ini berhasil.
"Masalahnya gini bu. Keponakan saya, gak ketemu anak ibu disana, dia cari keliling restoran, tanyain sana sini, tapi gak ketemu juga. Apa mungkin anak ibu kabur dari acara perjodohan." tuduh Bu Wawan.
"Masa sih kabur, kemarin anak saya cerita kok kalau dia kencan sama keponakan ibu, anak saya gak pernah bohong sama saya loh." ujar Jane dengan penuh keyakinan.
"Waduh...!? apa dia salah orang ya??" tanya Bu Wawan.
"Masa sih gak mungkin deh kayaknya." ujar Jane.
Kedua ibu-ibu itu pun terus terdiam berdiri di pagar rumah sambil memikirkan kesalahan pahaman apa yang sebenarnya sedang terjadi.
____________
"Pagi...!!!" Gaby menyapa teman-teman kantornya dengan penuh semangat.
"Pagi Gab..." ujar Sofia teman kerja Gaby.
"Hampir aja gua telat, gara-gara kesiangan, hadeh..." Gaby menghempaskan bokongnya di kursi kerja dengan nafas terengah-engah, ia pun membasuh keringatnya.
"Pasti lu belom sarapan kan~, nih udah gua beliin roti." Sofia menawarkan, ia sudah tau kebiasaan buruk teman barunya, yang baru ia kenal selama 3 bulan.
"Sofiaaaa~, kamu memang penyelamat hidupku." Gaby pura-pura terharu.
"Udah ah lebay lu." kekeh Sofia.
"Gab.....lu tau gak gossip yang lagi beredar sekarang di kantor." bisik Sofia.
"Gossip apaan??" tanya Gaby sambil melahap rotinya.
"Katanya putra tunggal pemilik perusahaan bakalan kerja di bagian produksi, berarti di tempat kita hihihi." Sofia cekikikan.
"Terus..??" tanya Gaby dengan santai.
"Ah gak seru lu..." ce bik Sofia kesal, melihat ekspresi cuek Gaby.
"Gaby...Gaby..~ masa sih gak ngerti." ledek Brenda yang mejanya berada persis di depan meja Gaby.
"Gak ngerti apa?" Gaby masih bingung.
"Itu berarti kesempatan buat kita nih para jomblowati, buat dapetin anak konglomerat Kya...~." teriak genit Brenda yang masih jomblowati.
"Brak...!!!" tiba-tiba suara gelas kopi di taruh di atas meja dengan hantaman yang kencang.
Gaby, Sofia, dan Brenda langsung menoleh ke arah suara itu, terlihat seorang wanita berpakaian serba pink dan dandanan menor, sedang duduk dengan anggunnya di depan ruangan manager.
"Kalian gak usah banyak berharap deh, kesempatan besar itu, di sudah pasti aku yang dapatkan." Sabrina berseru dengan ekspresi wajah sombong.
"Cih...!!!" decak Brenda yang kesal.
"Yah....., kita lupa kalau ada si Sabrina yang bakalan jadi sekretarisnya." keluh Sofia merasa tidak ada harapan.
Perang dingin para jomblowati di kantor ini memang sudah sering terjadi, namun Gaby yang cuek hanya duduk di kursinya sambil menghabiskan roti dan kopinya, ia tidak pernah peduli soal cowok ganteng atau hubungan asmara di kantor.
"Guys...!! Pak komisaris dan dewan direksi sedang berjalan menuju kesini..!!!" Teriak karyawan yang duduk dekat pintu ruangan.
Semua karyawan di ruangan langsung berdiri sambil merapihkan baju, meja, dan rambut mereka.
Tidak lama rombongan pak Komisaris pun memasuki ruangan. Kumpulan pria-pria tua dan beruban, memakan setelah jas rapi. Namun di tengah mereka ada satu pria yang masih muda.
"Selamat pagi pak komisaris dan dewan direksi, kami semua merasa terhormat bisa dikunjungi langsung oleh bapak." sapa sang manager menyambut dengan penuh hormat.
"Terima kasih atas sambutannya, hari ini sangatlah spesial, saya secara pribadi mengantarkan putra saya untuk mulai berkerja dibagian produksi hari ini." ujar Harlord.
"Halo semuanya, perkenalkan nama saya Harrisson, mulai hari ini saya akan bergabung dengan kalian semua, mohon kerjasamanya." Harris memberikan salam kepada semua karyawan yang ada di ruangan.
Seisi ruangan bertepuk tangan meriah menyambut Harris untuk mulai bergabung. Setelah pak Komisaris dan dewan direksi pergi meninggalkan ruangan, pak Manager langsung mengantarkan Harris ke ruangannya. Para karyawati terus memandangi Harris yang masih muda, tampan, belum menikah, dan juga anak pemilik perusahaan, semua jomblowati di ruangan itu langsung terpesona padanya.
"Ganteng ya...~." bisik Sofia yang terpesona.
"Beruntungnya kita bisa kerja di divisi produksi bareng dia...~." bisik Brenda yang juga terpesona.
"Mukanya kayak gak asing deh.." celetuk Gaby, mencoba mengingat-ingat, namun memang beneran lupa.
Seharian ini Harris duduk di mejanya terus memeriksa semua catatan data produksi perusahaan. Para karyawan jomblowati di luar ruangan sengaja berlalu lalang melewati ruangan Harris sambil mengintip apa yang sedang Harris lakukan di ruangannya. Sedangkan Sabrina sang sekretaris menunjukan muka garang seperti penjaga gerbang, yang sedang menjaga cowok buruannya agar tidak di caplok karyawati lain.
"Gaby..tolong kasih ini ya ke pak Harrisson, gua mau keluar makan siang dulu." ujar Yoseph salah satu karyawan.
"Loh gak kasih Sabrina aja??" tanya Gaby.
"Tuh liat, orangnya lagi gak ada, kayaknya dia keluar makan siang juga deh, btw lu gak makan di luar?" tanya Yoseph.
"Gua bawa bekal hari ini, maklum udah tengah bulan, lagi ngirit hehe.."
"Ya udah, tolong kasih sekarang dulu aja sebelum lu makan." ujar Yoseph sembari keluar ruangan.
"Oke.."
"Tok...tok...tok..." Gaby pun mengetuk pintu ruangan Harris.
"Masuk." ujar Harris, kedua matanya masih fokus melihat data-data perusahaan di laptopnya.
"Misi pak, ini data yang bapak minta." ucap Gaby sambil menunduk.
"Iya taruh aja di ujung meja saya." jawab Harris, matanya masih saja fokus melihat laptop.
"Oke pak." Gaby segera menaruhnya, lalu berjalan pelan untuk keluar dari ruangan si boss.
"Suaranya kok, kayak gak asing ya." gumam Harris tiba-tiba mencoba mengingat, namun kembali lagi fokus bekerja.
Gaby duduk sendiri, membuka kotak bekalnya, ibunya membawakan nasi goreng petai, telur ceplok, dan sambal terasi. Gaby pun makan dengan lahapnya sambil berharap hari gajian segera tiba.
Harris menutup dokumen yang baru saja ia baca, dan mulai berdiri dari kursinya, meregangkan otot kaki dan tangannya.
"Ya lumayan masih ada waktu buat makan siang." ucap Harris sambil melihat jam tangannya.
Lalu Harris membuka pintu ruangannya untuk keluar makan siang. Betapa kagetnya Harris karena mencium bau yang sangat menyengat di seluruh ruangan, ia spontan menahan nafasnya dengan kedua tangan.
"Uhuk.....uhuk..." Harris merasa mual karena masih mencium bau busuk itu, kepalanya agak pusing, sambil buru-buru, Harris berjalan keluar ruangan, kaki Harris tersandung kursi lalu jatuh tersungkur.
"Gubrak... Gubrak...!!" Harris terjatuh dengan gaya tengkurap. Gaby yang sedang makan langsung kaget mendengar suara gaduh itu. Ia pun segera berlari ke arah suara jatuh.
"Astaga..!! Bapak jatuh rupanya..!" Gaby tercengang, ketika melihat atasannya terkapar di lantai tidak berdaya.
Gaby segera menghampiri dan dengan mudahnya membalikan tubuh Harris. Betapa kagetnya hatinya, setelah melihat wajah Harris dari dekat, ternyata atasannya ini adalah orang yang kemarin dijodohkan oleh ibunya.
"Loh.. Harris..!!! Ternyata anak pemilik perusahaan ini itu elo ya." Gaby mengguncangkan tubuh Harris.
Harris juga kaget saat melihat wajah wanita yang ingin ia temui, ternyata ada di hadapannya sekarang, dan saat ini jarak wajahnya sangat dekat dengan wajah Harris.
"Ga...Gaby.., Syukurlah ketemu lagi sama ka...mu...." ujar Harris dengan lemas.
Harris mau berbicara lebih banyak, tetapi entah kenapa ada bau yang menyengat menusuk indera penciumannya. Bau menyengat itu seperti sedang berada persis di depan wajahnya. Ia pun sangat tidak tahan, dan akhirnya pingsan.
"Woi...Harris, loh kok malah pingsan..!!" Gaby bingung, sekeras itu kah benturan saat terjatuh sampai membuat si boss muda pingsan.
Gaby pun melihat sekeliling ruangan untuk minta tolong, tapi tidak ada satu orang pun di sana. Ia takut Harris kenapa-napa, akhirnya Gaby berusaha membopong tubuh Harris dan membawanya ke ruang kesehatan yang ada perusahaan.
.
.
.
"Hmm...~." suara gumaman Harris yang baru saja sadarkan diri.
"Syukur deh.., akhirnya lu bangun juga." Gaby yang sedang duduk di samping tempat tidur.
"Ini dimana ya??" tanya Harris sambil melihat sekeliling.
"Ruang kesehatan kantor, yang ada di lantai 5, pak." jawab Gaby.
"Hah..!! Siapa yang bawa gua kesini??" tanya Harris bingung.
"Saya pak.. siapa lagi." Gaby tertawaan cengengesan.
Harris langsung terdiam mendengar jawabannya. Ia menatap heran pada Gaby, menunjukkan ekspresi wajah antara percaya dan tidak percaya.
"Masa iya dia yang seorang wanita, menggendongku sampai ke lantai 5..???"
"Apa anda sedang sakit...??, Apa kepala anda pusing sampai pingsan tiba-tiba..." tanya Gaby sambil memberikan segelas air.
"Not sick, cuma tadi sempat cium bau busuk gitu, menyengat banget iiih.."
Gaby yang merasa bingung karena tidak mencium bau apa-apa, tiba-tiba menempelkan keningnya ke kening Harris. Harris langsung terdiam karena dia pikir akan di cium Gaby, ia pun memejamkan mata.
"Sepertinya anda tidak ada demam??, Suhu normal kok." Tanpa merasa enggan, Gaby menempelkan dahinya ke dahi Harris. Membuat jantung Harris serasa mau loncat.
"Uhh..!!!" namun tiba-tiba Harris mencium kembali bau menyengat itu lagi dan langsung menutup hidungnya dengan kedua tangan.
Melihat ekspresi Harris yang menutup hidungnya tiba-tiba, Gaby akhirnya mengerti bau apa yang di cium oleh Harris. "Oohh.. ya ampun sorry.., yang anda maksud ternyata bau petai sama terasi ya." Gaby menjawab tanpa merasa bersalah.
"Petai...?? Terasi..??" Harris tidak tahu dua benda apa itu.
"Sorry saya jauh-jauh dulu deh, hahaha.., Maaf ya pak tadi saya bawa bekal nasi goreng Petai dan sambal Terasi, sorry saya gak tahu kalau anda belum pernah mencium baunya." kekeh Gaby tertawa kecil.
Harris agak kaget, ternyata bau menyengat itu berasal dari Gaby. "Krruukuukk.." tiba-tiba alarm perut berbunyi. Harris belum makan siang.
Mata Gaby mendelik, mau meledek tapi gak berani sama si boss muda, walaupun kemarin sudah baru kenalan.
"Ini kesempatanku...!!"
"Tolong temani aku makan siang." ajak Harris sambil tersenyum ramah
Bersambung~
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
♀️Mari_Mar🍀
🌹 for you. good job
2024-07-08
0
Hiatus
kayak aku si gabby wktu krja dulu suka baca bekal
2024-07-02
1
Dee Nur
your'e so amazing writer
2024-06-29
1