Pagi hari di kediaman rumah keluarga Matson. Terlihat sang ibu sedang sibuk menyiapkan hidangan sarapan untuk seluruh anggota keluarganya. Herlina memilih piring dan gelas yang akan digunakan. Lalu menaruh serbet makan, juga mengisi vas bunga dengan bunga segar yang baru di petik. Dua pelayan berlarian bolak balik, dari dapur ke ruang makan.
"Good morning mom." tiba-tiba Harris datang turun dari lantai dua, raut wajahnya terlihat berseri-seri.
"Morning, sayang." Herlina menyapa balik.
"Wah pagi-pagi kamu sudah terlihat tampan, wajah kamu juga cerah sekali." Herlina tersenyum melihat putranya berpakaian rapi dengan setelan jas kerja.
Tidak lama Caroline turun kebawah, ia berjalan sambil menguap. "Iiihh kakak ganti parfum lagi...?? Tiap pagi kok wanginya beda-beda sih...." protes Caroline, sambil mengendus jas kakaknya.
"Of course, parfum ini wanginya lebih fresh dari pada yang kemarin...~." ucap Harris dengan wajah bangga.
"Ih..., baunya sama sekali gak ada yang enak, yang kemarin baunya kayak parfum kakek-kakek, hari ini bau parfum om-om..." ledek Caroline sambil menutup hidung dengan dua jari.
"Cih...., Dasar cewek jomblo gak ngerti selera laki-laki jaman sekarang." decak Harris, meledek balik adiknya.
Caroline tidak terima, ia langsung naik pitam mendengar ledekan kakaknya. "Apa kakak bilang apa...!! Ngatain aku jomblo, kakak sendiri juga sama, perjaka tua...!!" umpatnya tidak kalah pedas.
Harris memekik dan mengerenyitkan dahi, suasana pagi yang cerah malah kian memanas. Keduanya terus saja cekcok saling meledek, Herlina yang sudah terbiasa melihat mereka bertengkar. Harris dan Caroline memang tidak pernah akur sedari kecil, ada saja yang selalu mereka perdebatkan. Tanpa menghiraukan mereka berdua, Herlina tetap fokus, menyiapkan semua hidangan sarapan di meja makan.
"Ada apa ini, pagi-pagi kok sudah ribut...!!" kemunculan suara bariton, membuat keduanya langsung terdiam, ternyata Harlord sang kepala keluarga telah datang bersama Charlotte anak terakhir.
"Pagi Pa..." sapa Harris dan Caroline secara bersamaan, keduanya langsung diam seribu bahasa.
"Suara ribut kakak sampai terdengar ke kamarku loh..." ujar Charlotte terkekeh melihat wajah panas kedua kakaknya.
"Sudah....sudah..., ayo kita semua duduk dan sarapan dulu." ajak Herlina, sembari menarik kursi untuk duduk.
Sebelum duduk Harlord mengecup dahulu dahi sang istri, pemandangan yang sudah sering anak mereka lihat di pagi hari. Kini seluruh anggota keluarga sudah duduk bersama-sama. Herlina menyendok kan nasi goreng ke atas piring suaminya, juga beberapa lauk pelengkap, anak-anak mereka pun segera menyendok menu sarapan ke piring mereka masing-masing.
"Hmm~, la...la..la...la..." Harris bersenandung riang, menyantap nasi goreng dan telur mata sapi di piringnya.
"Tumben kamu kelihatan sangat gembira..., ada apa nih..??" tanya Herlina penasaran, tidak biasanya Harris bersenandung di pagi hari.
"Iya....Bekerja di perusahaan papa kan harus semangat...~." celetuk Harris sembari menyesap kopinya.
"Hmm..., Yakin merasa gembira hanya karena itu..?" tanya Herlina sedikit tidak percaya.
"Yes mom.." ujar Harris, tidak berani menatap mata ibunya, lalu lanjut melahap sarapan paginya.
.
.
Setelah menyelesaikan sarapannya. "Udah ya mom..., Harris berangkat kerja dulu." Harris berpamitan lalu mencium pipi ibunya, ia pun langsung berangkat ke kantor mengendarai mobil SUV.
.
.
Sesampainya di kantor, ia memarkirkan mobilnya di Basemen tempat biasa, Harris pun keluar dari mobilnya.
"Harris.." namun tiba-tiba Gaby datang memanggilnya.
"Hey.. morning Gaby..." seru Harris sambil melambaikan tangannya, senang sekali pagi-pagi sudah di sambut sang wanita pujaan.
Gaby menghampiri dengan ekspresi datar, sambil menggerek dua koper, Harris pun bingung melihatnya.
"Harris.., gua mau balikin semua barang yang lu beliin kemarin malam, semua barangnya aku taruh dalam koper ini." tanpa basa basi Gaby langsung memberikan kedua koper yang ia bawa.
"Oh.. no Gaby..~, Aku senang kok belikan semua buat kamu, tolong jangan tolak pemberianku." Harris merasa bingung, kenapa tiba-tiba barang yang ia belikan kemarin dibalikin semua.
"Sorry boss..., tapi aku gak bisa terima barang-barang semahal ini." ucap Gaby dengan tegas.
"Ooo...Aku ngerti, mungkin kamu masih belum terbiasa dengan semua barang ini, it's okay... kamu bisa simpan aja dulu." ujar Harris yang tidak peka.
Gaby tidak merespon omongan Harris barusan, dengan paksa Gaby merebut kunci mobil Harris. Lalu Gaby membuka paksa bagasi mobil bossnya, dan...
Bruk...
Bruk....
Ia memasukan kedua koper yang ia bawa tadi ke dalam bagasi, semuanya berisi barang-barang yang Harris belikan kemarin.
"Sorry gua gak butuh semua barang itu, jadi gua balikin semuanya pagi ini." Gaby memberikan kunci mobil ke tangan Harris.
"Gaby.. tolong dong, jangan bersikap dingin begini sama aku." Harris nampak kecewa, hatinya pun merasa sedih, kemarin malam baru saja memulai pendekatan, masa paginya di tolak lagi.
"Maaf Harris, tapi pertemuan pertama kita terjadi, karena kesalahanku, perjodohan malam itu cuma salah paham, harusnya aku gak ketemu sama kamu, jadi mulai sekarang lebih baik hubungan kita cuma sebatas Karyawan dan boss saja." Gaby menjelaskan.
"But..., Gaby..., Aku gak peduli itu salah paham atau gak sengaja, aku justru senang bisa kenal sama kamu, aku lakukan semua ini karena mau lebih dekat sama kamu." seru Harris.
Gaby terdiam sejenak, sebelum berkata lebih lanjut. "Maaf tapi, aku gak suka cowok." ujar Gaby dengan tegas dan langsung meninggalkan Harris begitu saja di parkiran basemen mobil.
Harris pun langsung syok mendengarnya, ia berdiri mematung untuk beberapa saat, setelah mendengar perkataan absurd Gaby barusan.
.
.
Di ruangan kerjanya pun Harris duduk di kursi kerja sambil mengarahkan kepalanya, melihat langit-langit ruangan, termenung bingung mengartikan ucapan Gaby tadi pagi. "Aku gak suka cowok." Kata-kata absurd yang terus terbesit di benaknya. "Masa iya dia sukanya cewek, gak masuk akal pasti bohong." rasanya tidak mungkin kalau Gaby itu tipe cewek yang suka sama sesama jenis.
"Tok...tok...tok..." suara pintu membuyarkan lamunan Harris.
"Excuse me, Mr. Horrisson, saya mau mengantarkan kopi." Sabrina masuk ke dalam ruangan si boss.
"Okay makasih " ucap Harris singkat.
"Meja bapak kelihatannya berantakan, saya bantu bereskan ya pak." seru Sabrina memperlihatkan senyuman menggoda.
"Eehh.. Gak usah..!!!" Harris menolak.
Namun Sabrina tidak menyerah begitu saja untuk bisa menggoda bosnya.
"Aduuuhh..!!" tiba-tiba Sabrina pura-pura jatuh.
"Kamu gak apa-apa?" Harris panik, ia langsung menghampiri dan membantu sang sekertaris yang terjatuh tiba-tiba.
"Sepertinya kaki saya terkilir." Sabrina berpura-pura, mengucap dengan nada manja.
"Okay, saya bantu kamu berdiri." Harris memegang kedua tangan Sabrina.
Sabrina tersenyum smirk, rencana Sabrina untuk mendekatkan dirinya pada si boss berhasil, dia pun langsung tancap gas.
"Aahh..!! aduh...." Sabrina dengan sengaja menjatuhkan dirinya ke dada Harris, agar bisa memeluk si bos.
"Maaf ya pak, aku gak sengaja." ujar Sabrina sambil memberikan senyum yang menggoda, dan memperlihatkan belahan dadanya.
Namun betapa Kagetnya dia ketika sedang melihat ekspresi wajah bosnya yang menyeramkan, sorot matanya dipenuhi kemarahan, dan membuat Sabrina jadi gemetar ketakutan.
"Cepat keluar..!!!" pekik Harris.
Sabrina pun langsung keluar ruangan sambil lari ketakutan. "Ada-ada aja, kelakuan cewek jaman sekarang." ucap Harris sambil membersihkan bajunya dari wangi parfum menyengat sang sekretaris centil.
.
.
Hari ini pun cepat berlalu, setelah selesai bekerja, Harris langsung menemui kedua temannya untuk makan malam bareng.
"Harris tumben lu dari tadi diem aja, kayak kurang semangat gitu..., lagi mikirin apa sih?" tanya Rendy sambil memotong daging steak.
"Kalau lagi ada masalah, cerita aja sama kita, siapa tau bisa bantu kasih saran." ujar Theo mengaduk-aduk saladnya.
"Hmm... gimana ya cara jelasin ke kalian" seru Harris yang terlihat sedang galau, makan sambil berpangku tangan, seharian ini sikap Gaby sangat dingin terhadapnya, berbeda saat awal pertemuan dan kemarin saat ia mengajaknya makan malam dan belanja.
Theo dan Rendy yang penasaran terus memaksa Harris untuk cerita, mereka sangat kepo.
Mau gak mau akhirnya ia menceritakan semuanya, dari permulaan ia bertemu dengan Gaby saat perjodohan, sampai dengan kejadian pagi ini.
"Buahaha..hahaha...." Rendy tertawa lepas.
"Pffttt...." Theo menahan tawanya dengan kedua tangan, badannya sampai gemetaran.
"Iiih...!! Katanya mau bantu tapi malah ngetawain gua...!!" celetuk Harris yang kesal.
"Aduh kasian deh lu, belum pernah pacaran, sekalinya tembak cewek, eh...ceweknya gak suka cowok, ahahahaha..." ujar Rendy yang masih tertawa meledek.
"Yah... Gak kaget sih." ujar Theo sambil mengusap air matanya, karena tertawa sampai sakit perut.
"Terus gua mesti gimana, solusinya apa...!!" Harris mencebik.
"Hmm... Lebih baik nyerah aja deh, lagian masih banyak pilihan, cewek kan gak cuma satu di dunia ini kawan." ujar Rendy.
"Iya... dari pada lu makin galau mikirin cewek, mendingan fokus dulu aja ke tanggung jawab lu, sebagai pimpinan di perusahaan, jangan bikin bokap lu kecewa, apalagi usah kuliah jauh-jauh sampai ke amrik." ujar Theo menasehati temannya yang lagi kasmaran.
"Sorry ya, gua gak akan nyerah gitu aja...!!! selama dia masih jomblo, namanya cewek, omongan-nya sama perasaanya kan beda." seru Harris dengan yakin.
Rendy dan Theo terdiam melihat Harris yang keras kepala.
"Hmm.. Gini aja deh, kalian kan satu divisi, coba kamu cari tahu soal dia lewat orang-orang kantor, siapa tahu bisa dapat pencerahan." ujar Theo memberikan saran.
"Pencerahan, supaya lu tau arti kata "menyerah"." ledek Rendy jarinya mengutip.
"Okay I'll try it, kalian lihat saja nanti." ujar Harris yang pantang menyerah.
Bersambung~
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Hiatus
gas wae mas hariss
2024-07-06
1
piyo lika pelicia
1 bunga untuk kakak
2024-06-28
1
piyo lika pelicia
semangat haris /Determined//Determined/
2024-06-28
1