Jakarta kota metropolitan. Banyak orang mencari pekerjaan disana, gedung-gedung perkantoran yang tinggi banyak didirikan di sana, orang-orang memakai baju yang rapih berlalu lalang di pagi hari untuk bekerja setiap harinya.
"Gaby...!!!" panggil seorang manager HRD tempat Gaby melamar kerja.
"I....iya." seru Gaby dengan lantang, ia beranjak dari kursi yang ia duduki di ruang tunggu, wajahnya nampak gugup, walaupun ini bukan wawancara pertamanya. Namun tetap saja hatinya tidak merasa tenang.
Gany melangkah masuk kedalam ruangan, untuk wawancara kerja, ia melihat tiga pria dan satu wanita paruh baya yang duduk di belakang meja, mereka semua tengah sibuk memeriksa berkas-berkas para pelamar kerja.
Gaby menghirup nafas panjang, dalam hati ia melantunkan doa agar bisa diterima bekerja di perusahaan ORCA, perusahaan impiannya.
.
.
"Hiks....Huaaak...!!" Isak tangis Gaby di dalam kamarnya.
"Woi woi, lagi kenapa sih lo?" Jerry (Kakak kedua Gaby) memunculkan kepala dari balik pintu kamar adik perempuannya. Kebetulan kamarnya bersebelahan dengan Gaby.
"Hiks... kayaknya Gaby bakalan gagal lagi kak...." rengek Gaby sambil menangis tersedu-sedu. Sudah 5 kali ia melamar di perusahaan yang berbeda namun di tolak, tadi siang ia melamar di perusahaan ke 6, perusahaan yang menjadi tempat impiannya berkerja, namun saat mengirim surat lamaran, ia sendiri tidak merasa yakin akan di terima disana.
"Loh..., kamu kan baru wawancara hari ini, kepastiannya tiga hari lagi. Jangan pesimis gitu dong." Jerry mencoba menenangkan hati sang adik yang suka emosian.
"Sepertinya saat wawancara, Gaby salah jawab terus...." rengek Gaby yang pesimis, ia merasa putus asa bisa di terima kerja. Dirinya baru saja lulus kuliah tiga bulan yang lalu, setelah puas bersenang-senang, ia memutuskan untuk mulai mencari pekerjaan.
Jerry menghela nafas panjang. "Ya udah..., Kalau memang kali ini gagal lagi, kamu masih bisa coba melamar di tempat lain, kamu kan masih muda dan baru lulus, pasti ada kok perusahaan yang mau terima kamu kerja sebagai fresh Graduate." ujar Jerry menceramahi.
"Iya kak. Oke...., semoga yang terakhir bisa terima Gaby..." Air matanya mulai mengering, hatinya tidak lagi sedih.
"Bagus..., untuk jaga-jaga, kakak sarankan kamu cari alternatif di tempat lain dulu, yah..., buat cadangan aja..." Jerry memberikan saran.
"Oke deh kak." Gaby mengikuti saran kakaknya. Ia mulai berselancar di internet, mengirim CV ke beberapa perusahaan.
Gaby seorang gadis tomboy berusia 23 tahun sifatnya blak-blakan, emosian, dan paling tidak menyukai hal-hal romantis. Sifat tomboy-nya bertumbuh sejak ia kecil, karena ia dibesarkan bersama tiga orang kakak laki-lakinya.
Jeff kakak pertama Gaby beda enam tahun dari Gaby, sifatnya sangat tegas, bagi Gaby kak Jeff seperti pengganti ayahnya yang sudah meninggal, Jeff yang memiliki sifat dewasa selalu memberikan nasihat dan arahan ke adik-adiknya.
Jerry kakak kedua Gaby beda empat tahun dari Gaby, walaupun lebih tua, kak Jerry sudah seperti teman sebaya bagi Gaby makanya paling suka curhat dengan kak Jerry, kadang kak Jerry juga suka membawa Gaby untuk ikut bermain bola atau basket.
Lalu yang ketiga bang Justin, memiliki sifat kekanakan dan suka jahil pada Gaby, mungkin karena hanya lebih tua dua tahun, jadi mereka sering bertengkar saling ledek bahkan rebutan camilan.
Ibu mereka semua bernama Jane, ia seorang janda yang kini sedang menjalankan bisnis restoran dengan adiknya Josua paman Gaby. Perawakan tegas sangat mirip seperti Jeff, namun sangat emosian seperti Gaby.
Kini tiga hari sudah penantian Gaby, sedari pagi ia sudah sangat putus asa, sepertinya memang tidak akan diterima di perusahaan impiannya, dalam keputusasaannya itu, Gaby berbaring rebahan di kasurnya seharian, sambil mendengarkan music Rock yang keras, berharap musik favoritnya bisa menenangkan hatinya yang sedang gundah gulana.
.
.
Tiga hari kemudian.Tiba-tiba Hp Gaby bergetar. Segera ia meraih benda pipih itu, lalu melihat pesan singkat yang masuk. "AAAGGHH...!!!" teriak Gaby.
"Kenapa lagi..!!!" Jerry yang kaget mendengar teriakan histeris adiknya, langsung datang menghampiri.
"Kak Jerry....hikss.. hikss.." Gaby berderai air mata sampai ingusnya berjatuhan ke baju kaos yang sedang ia pakai.
"Gagal lagi ya..." Jerry menampilkan wajah sedih.
"Bukan kak, Ga..Gaby diterima kok." ucap Gaby sambil cengengesan.
"Aaakkhh..!! Bikin deg-degan aja lu...!!" dengus Jerry, adiknya bikin mood swing saja.
_____________
Tiga bulan sudah berlalu semenjak Gaby di terima di perusahaan ORCA. Perusahaan yang bergerak di bidang produksi makanan dan minuman kemasan. Setelah melewati masa magangnya, sekarang Gaby sudah resmi menjadi karyawan tetap di sana, ia bekerja sebagai admin bagian produksi. Perjuangannya selama tiga bulan sebagai karyawan magang, membuahkan hasil, karena ia rajin tidak mengeluh, beberapa kali mau mendatangi pabrik-pabrik, walaupun jaraknya jauh dari rumah.
.
.
_________
"Mr. Harrisson....Mr. Harrisson." suara seorang pria paruh baya, berkemeja batik, memanggil manggil nama orang yang ia cari sambil membawa papan namanya di bandara.
"Yes...That's me." Harris tiba-tiba muncul dari belakang.
Pria paruh baya itu langsung terlonjak kaget, hampir saja jantungnya mau copot. Satu tangan mengelus-elus dada kirinya, matanya menyapu penampilan pria muda yang sedang berdiri ada di depan.
Gaya rambutnya tertata rapi seperti k-pop idol, ia pakai kacamata hitam branded. Jelas-jelas ia memiliki wajah yang tampan. Penampilannya makin bersinar, apalagi memakai pakaian bagus dan jam tangan yang tampaknya sangat mahal. Tidak salah orang. Dia pasti tuan muda Harrisson, yang baru saja pulang dari Amerika sehabis menyelesaikan kuliahnya disana.
"Mr. Harrisson..., Perkenalkan saya Benny yang di tugaskan untuk jemput Anda hari ini." ujar pak Benny sang supir.
"Okay.. pak Ben. Ayo kita langsung menuju mobil, aku ingin segera pulang rumah." Tanpa basa basi Harris ingin segera pulang ke rumah yang sudah lama ia rindukan. Harris berjalan dengan santainya, pak Ben mengikutinya dari belakang sambil menggerek dua koper besar milik si tuan muda.
Dalam perjalanan menuju rumah orangtuanya, Harris memerhatikan sekeliling jalanan kota jakarta melalui jendela mobil. Logo perusahaan keluarganya terpajang dimana-mana, di sepanjang jalanan kota jakarta di penuhi iklan produksi makanan perusahaan milik ayahnya. Tidak terasa sudah dua tahun dia tidak pulang ke Jakarta, namun sudah banyak perubahan dan kemajuan di kota metropolitan yang ia rindukan ini.
Setelah kurang lebih satu jam perjalanan, akhirnya ia sampai di kediaman orangtuanya yang megah, Ibunya sedang menunggu diluar pintu dan langsung menyambut kedatangan putra satu-satunya.
"Harrison... my son" sapa Herlina sang ibu. Sambil tersenyum ia membuka kedua lengannya, menyambut sang putra satu-satunya kedalam pelukannya.
"Mom...!!" Harris langsung memeluk ibunya dengan erat, ia sangat rindu akan kehangatan kasih sayang ibunya. Walaupun Herlina sudah berumur 50 tahun lebih, namun kecantikannya tidak memudar.
"Kamu makin handsome saja nak." Herlina terus memandangi wajah putranya, rindu sekali sudah lama tidak melihat wajah ini secara langsung.
"Yes mom, aku kan mirip mama yang kecantikannya awet muda sekali." kekeh Harris.
Herlina langsung mengecup pipi putranya, dari dulu dirinya dan sang suami selalu memanjakan Harris karena dia adalah anak laki-laki satu-satunya di keluarga Matson. Anak pertama mereka Helena, kedua Jennifer, ketiga Harrisson atau biasa dipanggil Harris, anak keempat Caroline, dan yang terakhir adalah Charlotte.
"Ayo nak kita segera masuk, Papa kamu sudah menunggu dari tadi loh." Herlina menggandeng lengan sang putra, berdua berjalan beriringan memasuki kediaman yang megah.
Setelah ia dan ibunya memasuki ruang keluarga, Langsung terlihat sosok Papanya. Harlord dia langsung berdiri dari sofa dan berjalan menghampiri sang putra.
Harris tersenyum tipis melihat sosok pria berusia setengah abad, namun masih bertubuh tinggi dan gagah.
"Papa senang sekali kamu sudah pulang nak." Harlord memeluknya dengan erat. Jemarinya yang lebar mengacak-acak rambut Harris.
"Astaga..., Harris bukan anak kecil lagi." Dengusnya sembari menata kembali rambut yang sudah di acak.
"Papa harap sekarang kamu sudah siap untuk pimpin perusahaan papa." ujar Harlord dengan tatapan optimis sambil menepuk pundak putranya.
Walaupun kata-kata sang ayah terdengar baik, namun tidak ada rasa senang di hati Harris ketika mendengar ucapan ayahnya ini. Yang ia rasakan hanyalah sebuah beban, sebagai putra satu-satunya dari orang terkaya kelima di Indonesia.
__________
Seminggu sudah berlalu sejak kedatangannya kembali di jakarta, kini Harris sudah mulai terbiasa kembali dengan waktu dan iklim cuaca di Indonesia. Dan hari ini Harris berencana bertemu dengan kedua teman baiknya sejak SMA hingga kuliah pertamanya.
"Hey.. Harris long time no see bro~." sapa Rendy yang sedang duduk di bangku Cafe. Ia berdiri dari kursinya dan memeluk sahabat yang sudah 2 tahun tidak pulang ke jakarta.
"Bro..." Harris pun memeluk Rendy, akhirnya bertemu lagi setelah tiga tahun berpisah karena Harris lanjut kuliah di Amerika.
"Loh kok...., Muka lu gak semangat gitu? Gak seneng liat gua yang tambah ganteng ini." tanya Rendy nyeleneh.
"I d i h....Dasar narsis lu..., Bukan gitu bro, gak tau kenapa gua malah makin capek pas balik kesini, waktu gua tinggal di New York, gua hidup santai banget, cuma kuliah, makan, belajar, tapi pas baru pulang balik jakarta, eh bapak gua langsung suruh gua buat pegang perusahaan besar, dari kemarin gua gak bisa santai bro, tumpukan dokumen dikasih ke gua tiap hari, gua udah harus belajar semuanya dong..." keluh Harris menceritakan uneg-unegnya.
Dia yang terbiasa hidup santai kini diberikan tanggung jawab besar oleh ayahnya.
"Waduh...berat ya jadi lu hahaha, kalau gua sih begitu lulus duku cuma disuruh bantu kakak gua urus pabrik di Cikarang." kekeh Rendy dengan gaya santainya, sambil menyesap kopi hangat.
"Btw kok si Theo belum dateng sih, biasanya dia loh yang paling tepat waktu."
tanya Harris, melipat tangan.
"Dia lagi kasmaran bro, tiap hari jadi supir buat jemput antar pacarnya kesana sini, ngeliatin dia bucin, gua jadi bersyukur belum punya cewek sampai sekarang." ujar Rendy.
"Ooh no.... Jangan bilang dia masih pacaran sama cewek matre itu, i yuh..." decak Harris dengan gaya agak flamboyan-nya.
"Ya.. Susah deh.. kalau udah cinta banget, kita tinggal tunggu undangannya si Theo aja." ujar Rendy sambil meminum kopinya.
Harris walaupun punya wajah tampan dan rupawan, tapi memiliki sisi feminin dalam dirinya. karena ia dibesarkan bersama keempat anak perempuan, sedari kecil Harris sangat di manja oleh ibunya dan kedua kakak perempuannya, tapi terlepas dari gayanya yang agak flamboyan Harris masih laki-laki yang "Normal." hanya saja dia belum pernah berpacaran sama sekali.
"Hei Harris...!!!" sapa Theo yang baru saja datang memasuki pintu Cafe.
"Theo..My friend..~." sapa Harris sambil melambaikan tangannya ke arah Theo, senang sekali bisa bertemu sahabatnya yang bawel ini.
Lengkaplah sudah tiga sekawan saat kuliah di jurusan yang sama, mereka berkumpul kembali, untuk menyambut kepulangan Harris dari Amerika, beberapa saat mereka duduk lalu mengobrol, bercanda, dan bercerita.
Namun tiba-tiba benda pipih milik Harris bergetar diatas meja cafe. "Sorry Guys, nyokap telpon."
Harris pun langsung mengangkat telepon dari ibunya, Theo dan Rendy menutup mulut agar tidak ganggu.
"Yes mom, kenapa?" jawab Harris.
"Harris tadi mama dapat telepon dari teman arisan, kebetulan anak perempuannya yang dulu mama cerita ke kamu, baru aja pulang dari Singapore, sore ini kamu harus ketemuan sama dia, mama kirim lokasi restorannya ya, dah...~." seru Herlina di telepon.
"Wait... mom.., aaakkhh..!!!" pekik Harris kesal, dari kemarin ibunya memang sudah bilang mau menjodohkan dirinya, namun tak disangka akan diatur secepat ini.
"Ada apa bro?" tanya Theo penasaran.
"Nyokap gua gak ada angin, gak ada ujan, tiba-tiba main jodohin gua aja hari ini, gua kan
belum bilang setuju..., Gimana dong..." keluh Harris.
"Udah temuin aja tuh cewek, dari pada nanti ribut sama emak lu." ledek Theo.
"Iya bro, ketemuan aja dulu siapa tau kali ini memang cocok hahaha..." ledek Rendy, yang dari dulu tahu kalau Harris belum pernah pacaran.
"Kalau lu gak temuin, kasian nyokap lu udah susah-susah cariin lu jodoh hahaha...~." ledek Theo.
"Hadeh.... Dasar tega lu pada ama gua.., mana gua lagi pusing mikirin tanggung jawab di perusahaan, sekarang nambah lagi pusing gua.." Harris me n c e bik.
Bukannya ia tidak mau dijodohkan, hanya saja Harris sedang tidak fokus untuk mencari pasangan dan sama sekali tidak memikirkan soal pernikahan, untuk saat ini.
Bersambung~
...****************...
Dengan terpaksa akhirnya Harris mengikuti saran kedua temannya. Setelah dari cafe ia pergi mengendarai mobilnya, menuju ke tempat perjodohan yang sudah ibunya atur. Harris pun sampai lebih dulu disana. Setelah melihat jam tangannya, ternyata ia tiba satu jam lebih awal, kebetulan sekali restoran tempat perjodohan tidak lah jauh dari cafe tempat ia bertemu dengan Theo dan Rendy.
Dengan langkah berat Harris memasuki ruang restoran sky lounge, tempat untuk kencan buta malam ini. Restoran yang terkenal viral akan suasana romantisnya. Berdiri kokoh di lantai 25 gedung hotel bintang lima, banyak orang memilih restoran ini untuk tempat kencan buta, lamaran, dan anniversary. Selain pemandangan kota jakarta dari ketinggian, restoran ini juga menyediakan paket-paket makan malam untuk pasangan.
"Selamat datang, pesanan atas nama siapa tuan?" tanya mba-mba Reception.
"Atas nama Harrisson." ujar Harris dengan nada lesu tidak bersemangat.
"Silahkan sebelah sini." ujar petugas restoran mengantarkan ke tempat duduk.
Restoran sore ini cukup sepi belum banyak orang yang datang, Harris duduk dekat jendela kaca yang mengelilingi seluruh ruangan. Sambil menunggu pasangan kencan buta-nya ia menikmati pemandangan kota jakarta dari lantai 25. Pemandangan kota tempat kelahirannya, jadi mengingatkan dia akan apartemen di kota New York, tempat tinggalnya selama berkuliah disana. Seorang pramusaji menyuguhkannya sekeranjang kecil potongan roti Prancis dan segelas wine. Sembari menunggu Harris bercermin dahulu, merapikan rambut yang tergerai dan juga pakaian. Walaupun tidak niat mengikuti acara perjodohan ini, namun ia tetap ingin memberikan kesan yang baik di pertemuan pertama dengan wanita pilihan ibunya.
.
.
"Maaf nona, anda tidak bisa langsung masuk gitu aja." ujar mba-mba Reception di depan.
"Sorry mbak, saya tuh lupa di pesankan meja atas nama siapa, bolehkah saya duduk sebentar, kaki saya terasa sakit karena tidak terbiasa pakai hal tinggi, saya cuma mau duduk sebentar sambil telepon ibu saya." seorang wanita cantik memaksa masuk ke dalam restoran.
Mendengar perdebatan antara wanita cantik dan mbak-mbak reception, Harris penasaran dan mengintip sedikit. "Apa mungkin..., Dia itu wanita yang mau dijodohkan dengan ku??"
"Excuse me..!!, Miss..!!" teriak Harris dari kejauhan, ia sambil melambaikan tangannya ke arah wanita yang baru datang itu.
"Ahh...!! itu dia orangnya, ternyata sudah datang, syukurlah....~." Wanita itu tampak senang, ia bergegas mendatangi meja Harris, dengan wajah berseri-seri.
Mata Harris langsung membulat, setelah melihat wanita itu lebih dekat. Dia begitu cantik, tubuhnya ramping dan tinggi, rambutnya Hitam lurus panjang, gaya rambutnya berponi rata seperti wanita jepang, kulitnya juga putih dan mulus, riasan wajahnya sederhana tidak menor, sangat terlihat natural, tidak seperti kebanyak wanita yang sering Harris temui di acara-acara.
"Haduh...., Haus banget, gila ini restoran tinggi amat ya, kaki gua pegel banget gara-gara berdiri lama di lift." keluh wanita itu sambil mengibaskan rambutnya yang panjang.
Harris langsung tercengang mendengar ocehannya.
"Btw gua minta minum lu ya." ujar wanita itu blak-blakan tanpa bilang permisi, ia langsung mengambil gelas wine Harris begitu saja. Ia minum dengan sangat haus menegak semua isi dari gelas wine sampai habis dan tidak bersisa.
"Hmm..!! i..iya silakan, waiters...!!!" Harris yang masih syok karena melihat sikap santainya, segera memanggil pramusaji.
Setelah selesai minum, wanita itu, membasuh keringatnya dengan lengan kanannya. "Cantik tapi kok gayanya tomboy..." tanpa berkedip kedua mata Harris terus memerhatikan gaya wanita yang dijodohkan.
"Oh ya...Kamu pasti lapar, aku sudah suruh waiters untuk segera hidangkan makanan pembuka, btw perkenalkan dulu namaku Harris." Harris memberikan isyarat untuk bersalaman.
"Kenalkan nama gua Gaby." ujar Gaby dengan lantang, ia menjabat tangan Harris dengan begitu kencang. Tenaganya tidak main-main.
"A D A W..!!" teriak Harris, tangannya terasa sedang di remukan. Tenaga wanita ini kuat sekali.
"Aduh duh....Sorry kekencangan ya..., Maaf kebiasaan gua buruk ini...hehehe." Gaby cengengesan menjawab santai.
"I...iya...gak apa-apa kok..." Harris terbata-bata.
Sembari mereka berdua menunggu makan malam tiba, tubuh Gaby sedikit membungkuk, ia melepaskan kedua sepatu haknya, lalu memijit kakinya yang pegal. Tanpa merasa malu ia melakukan hal ini di tempat umum.
Melihat tingkah laku Gaby yang sangat santuy dan cuek. Harris terbengong-bengong. Tumben sekali dirinya dijodohkan dengan wanita yang jauh sekali dari kriteria ibunya yang suka dengan wanita tipe-tipe anggun.
Beberapa saat pramusaji tiba-tiba datang membawa hidangan pembuka untuk dua orang. Menu pembuka berupa, Cocktail udang dengan saus Marie Rose. Harris segera mengambil garpu-nya untuk menyantap Cocktail udang ini. Sedangkan Gaby dia langsung menggunakan tangannya untuk memakan udang yang menggantung di gelas berbentuk segitiga itu. Hal itu langsung membuat Harris terdiam membeku, mulutnya menganga idak jadi melahap udang yang sudah ada di garpu-nya.
"Hmm...,Nyam...lumayan enak juga, nyam.. walaupun porsinya undangnya kecil, nyam..nyam..." Gaby berbicara sambil mengunyah.
Harris tidak percaya pada apa yang ia lihat, seorang wanita cantik dengan dress yang elegan, bisa bertingkah konyol seperti ini di depan calon pasangannya.
"Kalau boleh tau, Gaby lagi sibuk apa saat ini?" Tanya Harris basa basi.
"Kebetulan aku baru tiga bulan diterima kerja di perusahaan ternama, jadi masih sibuk sama penyesuaian disana." ujar Gaby sambil memotong steak nya.
"Ooh ya....Bagus dong.., Aku minggu depan baru mau mulai kerja di perusahaan ayahku." ujar Harris.
"Wow..!! Aku pikir kamu cuma karyawan aja di perusahaan, taunya anak pemilik perusahaan juga ya, gak nyangka deh." ujar Gaby sambil memakan steak nya.
"Memang ibu kamu gak cerita tentang aku ya??" tanya Harris.
"Ya... Ada cerita sih, cuma waktu itu aku lagi dengerin music rock di kamar, jadi gak terlalu jelas." jawab Gaby dengan santai.
Harris tercengang mendengar jawaban Gaby, Apa ibunya tau, kalau calon mantu yang dipilih-nya suka dengar music rock. Tiba-tiba banyak pertanyaan yang muncul di pikiran Harris, membuat dirinya terasa sedikit pusing, sambil memijit pelipisnya. Namun sebenarnya ia tidak kecewa melihat Gaby yang bertingkah apa adanya. Harris jadi iri sama Gaby, putri pengusaha minyak yang bisa bertingkah bebas seperti ini, berbeda dengan dirinya yang tidak bisa menjadi diri sendiri di depan banyak orang terutama di depan ayahnya.
"Setelah makan malam ini, apa kamu ada acara lain lagi?" tanya Gaby
"Hmm actually.., Sudah lama aku gak di Jakarta, jadi kurang tau mau lanjut kemana." jawab Harris.
"Begitu ya, kalau gitu gimana kalau kita ke Ancol aja, kebetulan hari ini lagi ada live music disana." ajak Gaby.
"Ancol..?? Aku belum pernah ke Ancol, tapi khusus malam ini, i will try it." Harris setuju.
Setelah selesai makan di restoran, mereka turun dengan lift ke basemen parkiran motor.
"Kenapa kok kita ke parkiran motor?" Harris terlihat bingung.
"Aku tadi kesini naik motor, soalnya aku gak suka kemacetan." tiba-tiba Gaby sambil memberikan Helm ke Harris.
Sebelum menaiki motor, Gaby mengganti sepatu hak-nya dengan sepatu kets, lalu menggunakan jaket kulit kesayangannya. Melihat gaya Gaby yang seperti seorang pembalap, jantung Harris berdebar-debar. "Wah...Kerennya." itu kata yang ada dalam benak Harris saat melihat Gaby.
Ini malam perjodohan yang tak terlupakan bagi Harris, untuk pertama kalinya dia naik motor, dan di bonceng oleh seorang wanita cantik. Harris memegang ransel Gaby dan Gaby mengendarai motornya dengan lihai, melewati mobil-mobil di sekitarnya.
Setelah selesai memarkirkan motornya, Gaby dan Harris memasuki area live music yang ada di tepi pantai jakarta. Ada banyak sekali orang disana sedang berkumpul. ada banyak juga pedagang kaki lima di sekitaran pantai. Harris belum pernah ke tempat yang seramai dan sepenuh ini.
"Jajan dulu yuk kesana." ajak Gaby.
Harris kesulitan melewati banyak orang yang berlalu lalang, saat lagi mengikuti Gaby dari belakang, tiba-tiba salah satu pejalan kaki, menabrak Harris, dan Harris pun mulai terjatuh.
"Hap..!!!" Tangan Gaby refleks memegang tangan Harris agar tidak jatuh.
"Aduh hati-hati, bahaya kalau jatuh di tempat ramai begini." Gaby segera menarik tubuh Harris. Sebagai seorang wanita ia memiliki tenaga uang luar biasa.
"Thank you ya, hampir saja." Harris jadi merasa malu, dirinya malah ditolong seorang wanita.
Gaby memborong beberapa jajanan kaki lima, ada Telur gulung, cumi bakar, dan gorengan.
"Cobain ini enak loh." Gaby memberikan plastik berisi seporsi telur gulung.
Harris bingung itu makanan apa, bentuknya berbeda dengan sate, tapi melihat Gaby yang makan dengan nikmat, Harris jadi ingin mencobanya.
"Nyam..nyam..." Harris mulai memakan telur gulung.
"Gimana suka gak?" tanya Gaby.
"So yummy, aku baru pernah cobain ini." Harris syok baru pernah merasakan jajanan enak dan unik.
"Hahaha...Serius masa sih...., sama sekali belum pernah makan telur gulung, lu tinggal di planet mana bro..." ucap Gaby ia tertawa meledeknya.
"Ya.., Mungkin planet mars..." sikap santai Gaby membuat Harris nyaman.
Selang beberapa waktu, para anggota group band mulai memasuki panggung dan sang vokalis berbicara kata-kata pembuka acara. Orang-orang berteriak sorak gembira, Lagu pun mulai dinyanyikan, Gaby dan Harris melihat panggung dari kejauhan. Mereka duduk di kursi bar tempat mereka memesan minuman sambil duduk menikmati iringan musik.
Harris jarang mendengarkan musik, apalagi musik rock, tapi karena terbawa suasana yang seru, ia jadi ikut menikmatinya juga. Gaby bersemangat ikut bernyanyi riang sambil mengangkat kedua tangannya. Harris sangat senang hari ini, matanya terus memerhatikan Gaby yang bersemangat, ia bersyukur sudah ikut perjodohan hari ini.
Malam pun semakin larut, Gaby mengantarkan kembali Harris ke gedung restoran, tempat Harris memarkirkan mobilnya.
"Thank you ya, benar-benar malam yang tidak akan terlupakan oleh ku." Harris sambil memberikan helm-nya.
"Iya hari ini seru, thank you juga udah bayarin makan malamnya." Gaby menyalakan motornya.
"Btw aku setuju kalau perjodohan ini berlanjut lagi, kalau kamu gak keberatan boleh kita kencan sekali lagi." tanya Harris yang mukanya yang agak memerah karena merasa deg-degan, pertama kali ia merasakan debaran jantung yang tidak karuan ini.
"Hmm.... Kalau soal itu, sorry banget ya, sebenarnya aku datang ke perjodohan hari ini cuma karena gak mau ribut sama ibuku, sebelum kesini aku sudah memutuskan gak mau melanjutkan perjodohan ini, jadi kita sampai disini aja ya, Bye..." kekeh Gaby, lalu pergi melaju dengan motor.
Mendengar perkataan Gaby, Harris jadi merasa sedih, karena baru kali ini ia suka dengan seorang wanita yang ibunya pilih, tapi malah langsung di tolak.
Tiba-tiba hp Harris bergetar, ternyata ibunya menelepon.
"Yes mom.." Harris mengangkat telpon.
"HARRIIISSS....!!! KAMU DIMANA..!!!" terdengar suara ibunya yang sangat marah.
"Slow....mom, Harris baru aja selesai kencan buta hari ini." segera ia menjauhkan Hp dari telinga. Suara teriakan ibunya membuat gendang telinga berdengung.
"Kamu ini bicara apa!! jangan bohong..!!!, Tadi baru saja teman ibu telepon, putrinya sudah dateng ke sky lounge, tapi gak lihat kamu sama sekali, dia udah keliling cariin kamu sampai nangis-nangis, kamu pasti kabur kan..!! Pokoknya jangan banyak alasan lagi, CEPAT PULANG...!!!" titah ibunya dengan marah lalu menutup telepon.
Harris menjadi sangat bingung, setelah mendengar perkataan ibunya tadi, wanita yang ibunya jodohkan tidak bertemu Harris, itu berarti Gaby bukan wanita yang di jodohkan oleh ibunya hari ini, berarti Gaby bukan putri dari pengusaha minyak, pantas saja tingkah Gaby berbeda jauh dari kriteria ibunya.
"Ha..ha...hahaha...." Harris tertawa karena kesalahan pahaman yang sudah terjadi.
"Sayang sekali ya, harusnya aku minta nomor Hp dia tadi." Harris tersenyum sumringah sambil memandangi jalanan yang sudah sepi.
Bersambung~
...****************...
"Crip crip crip crip." suara burung-burung di pagi hari, gandengnya mereka membangunkan Gaby dari tidur nyenyak nya.
"H o a m..." Gaby menguap sambil merentangkan kedua tangannya keatas, lalu melakukan ter mo untuk mengumpulkan nyawa, sebelum beraktifitas hari ini.
Turun dari atas ranjang, ia menyegarkan dahaganya dahulu dengan segelas air putih. "H u p...1..h u p 2...h u p..3...~." dengan semangat Gaby berolahraga menggunakan barbel kesayangan. Setelah puas berkeringat, ia melakukan ritual mandinya, mengguyur badannya dengan air dingin. Menyetrika baju kerja dan berdandan tipis, ia bersolek untuk menjaga penampilannya sebagai karyawati yang baik.
"Bu..!!! Gaby.....Berangkat kerja dulu ya, bekalnya Gaby bawa ya Bu...~." seru Gaby sambil berlari ke teras rumah menuju motor kesayangan.
"Brrmmm..brrmmm...." Gaby tancap gas. Berangkat ke kantor mengendarai motor, karena ia tidak suka dengan kemacetan.
"Hati-hati di jalan ya Gab...!!!" teriak Jane dari pagar teras rumah.
"H o a m....pagi-pagi udah pada teriak aja." keluh Justin yang baru saja keluar dari kamarnya. Kedua matanya masih setengah tertutup.
"Biasa adikmu si Gaby telat bangun, jadi gak sempet sarapan, langsung berangkat gitu aja ke kantor dengan perut kosong." ujarnya sambil geleng-geleng kepala.
"Yah....Masih baru-baru kerja, jadi masih semangat lah dia." seru Justin.
"Loh kok kamu baru bangun jam segini? nanti telat kerja loh." tanya Jane.
"Minggu ini aku ambil shift siang bu, kalau pagi, aku suka telat terus soalnya." ujar Justin.
"Hadeh..., sama aja kamu sama di Gaby." ledek Jane, ia pun berjalan kembali masuk ke dalam rumah.
"Permisi..., Ibu Jane...Selamat Pagi..!!" tiba-tiba ibu tetangga datang di depan pagar.
"Eh bu Wawan, tumben ada apa datang pagi-pagi gini." tanya Jane, mau tidak mau keluar lagi untuk menyambut kedatangan tetangga.
"Itu loh bu, soal perjodohan anak ibu sama keponakan saya." ujar Bu Wawan dengan raut muka khawatir.
"Eh iya gimana, keponakan ibu jadinya mau lanjut gak sama anak saya?" Jane sangat berharap perjodohan kali ini berhasil.
"Masalahnya gini bu. Keponakan saya, gak ketemu anak ibu disana, dia cari keliling restoran, tanyain sana sini, tapi gak ketemu juga. Apa mungkin anak ibu kabur dari acara perjodohan." tuduh Bu Wawan.
"Masa sih kabur, kemarin anak saya cerita kok kalau dia kencan sama keponakan ibu, anak saya gak pernah bohong sama saya loh." ujar Jane dengan penuh keyakinan.
"Waduh...!? apa dia salah orang ya??" tanya Bu Wawan.
"Masa sih gak mungkin deh kayaknya." ujar Jane.
Kedua ibu-ibu itu pun terus terdiam berdiri di pagar rumah sambil memikirkan kesalahan pahaman apa yang sebenarnya sedang terjadi.
____________
"Pagi...!!!" Gaby menyapa teman-teman kantornya dengan penuh semangat.
"Pagi Gab..." ujar Sofia teman kerja Gaby.
"Hampir aja gua telat, gara-gara kesiangan, hadeh..." Gaby menghempaskan bokongnya di kursi kerja dengan nafas terengah-engah, ia pun membasuh keringatnya.
"Pasti lu belom sarapan kan~, nih udah gua beliin roti." Sofia menawarkan, ia sudah tau kebiasaan buruk teman barunya, yang baru ia kenal selama 3 bulan.
"Sofiaaaa~, kamu memang penyelamat hidupku." Gaby pura-pura terharu.
"Udah ah lebay lu." kekeh Sofia.
"Gab.....lu tau gak gossip yang lagi beredar sekarang di kantor." bisik Sofia.
"Gossip apaan??" tanya Gaby sambil melahap rotinya.
"Katanya putra tunggal pemilik perusahaan bakalan kerja di bagian produksi, berarti di tempat kita hihihi." Sofia cekikikan.
"Terus..??" tanya Gaby dengan santai.
"Ah gak seru lu..." ce bik Sofia kesal, melihat ekspresi cuek Gaby.
"Gaby...Gaby..~ masa sih gak ngerti." ledek Brenda yang mejanya berada persis di depan meja Gaby.
"Gak ngerti apa?" Gaby masih bingung.
"Itu berarti kesempatan buat kita nih para jomblowati, buat dapetin anak konglomerat Kya...~." teriak genit Brenda yang masih jomblowati.
"Brak...!!!" tiba-tiba suara gelas kopi di taruh di atas meja dengan hantaman yang kencang.
Gaby, Sofia, dan Brenda langsung menoleh ke arah suara itu, terlihat seorang wanita berpakaian serba pink dan dandanan menor, sedang duduk dengan anggunnya di depan ruangan manager.
"Kalian gak usah banyak berharap deh, kesempatan besar itu, di sudah pasti aku yang dapatkan." Sabrina berseru dengan ekspresi wajah sombong.
"Cih...!!!" decak Brenda yang kesal.
"Yah....., kita lupa kalau ada si Sabrina yang bakalan jadi sekretarisnya." keluh Sofia merasa tidak ada harapan.
Perang dingin para jomblowati di kantor ini memang sudah sering terjadi, namun Gaby yang cuek hanya duduk di kursinya sambil menghabiskan roti dan kopinya, ia tidak pernah peduli soal cowok ganteng atau hubungan asmara di kantor.
"Guys...!! Pak komisaris dan dewan direksi sedang berjalan menuju kesini..!!!" Teriak karyawan yang duduk dekat pintu ruangan.
Semua karyawan di ruangan langsung berdiri sambil merapihkan baju, meja, dan rambut mereka.
Tidak lama rombongan pak Komisaris pun memasuki ruangan. Kumpulan pria-pria tua dan beruban, memakan setelah jas rapi. Namun di tengah mereka ada satu pria yang masih muda.
"Selamat pagi pak komisaris dan dewan direksi, kami semua merasa terhormat bisa dikunjungi langsung oleh bapak." sapa sang manager menyambut dengan penuh hormat.
"Terima kasih atas sambutannya, hari ini sangatlah spesial, saya secara pribadi mengantarkan putra saya untuk mulai berkerja dibagian produksi hari ini." ujar Harlord.
"Halo semuanya, perkenalkan nama saya Harrisson, mulai hari ini saya akan bergabung dengan kalian semua, mohon kerjasamanya." Harris memberikan salam kepada semua karyawan yang ada di ruangan.
Seisi ruangan bertepuk tangan meriah menyambut Harris untuk mulai bergabung. Setelah pak Komisaris dan dewan direksi pergi meninggalkan ruangan, pak Manager langsung mengantarkan Harris ke ruangannya. Para karyawati terus memandangi Harris yang masih muda, tampan, belum menikah, dan juga anak pemilik perusahaan, semua jomblowati di ruangan itu langsung terpesona padanya.
"Ganteng ya...~." bisik Sofia yang terpesona.
"Beruntungnya kita bisa kerja di divisi produksi bareng dia...~." bisik Brenda yang juga terpesona.
"Mukanya kayak gak asing deh.." celetuk Gaby, mencoba mengingat-ingat, namun memang beneran lupa.
Seharian ini Harris duduk di mejanya terus memeriksa semua catatan data produksi perusahaan. Para karyawan jomblowati di luar ruangan sengaja berlalu lalang melewati ruangan Harris sambil mengintip apa yang sedang Harris lakukan di ruangannya. Sedangkan Sabrina sang sekretaris menunjukan muka garang seperti penjaga gerbang, yang sedang menjaga cowok buruannya agar tidak di caplok karyawati lain.
"Gaby..tolong kasih ini ya ke pak Harrisson, gua mau keluar makan siang dulu." ujar Yoseph salah satu karyawan.
"Loh gak kasih Sabrina aja??" tanya Gaby.
"Tuh liat, orangnya lagi gak ada, kayaknya dia keluar makan siang juga deh, btw lu gak makan di luar?" tanya Yoseph.
"Gua bawa bekal hari ini, maklum udah tengah bulan, lagi ngirit hehe.."
"Ya udah, tolong kasih sekarang dulu aja sebelum lu makan." ujar Yoseph sembari keluar ruangan.
"Oke.."
"Tok...tok...tok..." Gaby pun mengetuk pintu ruangan Harris.
"Masuk." ujar Harris, kedua matanya masih fokus melihat data-data perusahaan di laptopnya.
"Misi pak, ini data yang bapak minta." ucap Gaby sambil menunduk.
"Iya taruh aja di ujung meja saya." jawab Harris, matanya masih saja fokus melihat laptop.
"Oke pak." Gaby segera menaruhnya, lalu berjalan pelan untuk keluar dari ruangan si boss.
"Suaranya kok, kayak gak asing ya." gumam Harris tiba-tiba mencoba mengingat, namun kembali lagi fokus bekerja.
Gaby duduk sendiri, membuka kotak bekalnya, ibunya membawakan nasi goreng petai, telur ceplok, dan sambal terasi. Gaby pun makan dengan lahapnya sambil berharap hari gajian segera tiba.
Harris menutup dokumen yang baru saja ia baca, dan mulai berdiri dari kursinya, meregangkan otot kaki dan tangannya.
"Ya lumayan masih ada waktu buat makan siang." ucap Harris sambil melihat jam tangannya.
Lalu Harris membuka pintu ruangannya untuk keluar makan siang. Betapa kagetnya Harris karena mencium bau yang sangat menyengat di seluruh ruangan, ia spontan menahan nafasnya dengan kedua tangan.
"Uhuk.....uhuk..." Harris merasa mual karena masih mencium bau busuk itu, kepalanya agak pusing, sambil buru-buru, Harris berjalan keluar ruangan, kaki Harris tersandung kursi lalu jatuh tersungkur.
"Gubrak... Gubrak...!!" Harris terjatuh dengan gaya tengkurap. Gaby yang sedang makan langsung kaget mendengar suara gaduh itu. Ia pun segera berlari ke arah suara jatuh.
"Astaga..!! Bapak jatuh rupanya..!" Gaby tercengang, ketika melihat atasannya terkapar di lantai tidak berdaya.
Gaby segera menghampiri dan dengan mudahnya membalikan tubuh Harris. Betapa kagetnya hatinya, setelah melihat wajah Harris dari dekat, ternyata atasannya ini adalah orang yang kemarin dijodohkan oleh ibunya.
"Loh.. Harris..!!! Ternyata anak pemilik perusahaan ini itu elo ya." Gaby mengguncangkan tubuh Harris.
Harris juga kaget saat melihat wajah wanita yang ingin ia temui, ternyata ada di hadapannya sekarang, dan saat ini jarak wajahnya sangat dekat dengan wajah Harris.
"Ga...Gaby.., Syukurlah ketemu lagi sama ka...mu...." ujar Harris dengan lemas.
Harris mau berbicara lebih banyak, tetapi entah kenapa ada bau yang menyengat menusuk indera penciumannya. Bau menyengat itu seperti sedang berada persis di depan wajahnya. Ia pun sangat tidak tahan, dan akhirnya pingsan.
"Woi...Harris, loh kok malah pingsan..!!" Gaby bingung, sekeras itu kah benturan saat terjatuh sampai membuat si boss muda pingsan.
Gaby pun melihat sekeliling ruangan untuk minta tolong, tapi tidak ada satu orang pun di sana. Ia takut Harris kenapa-napa, akhirnya Gaby berusaha membopong tubuh Harris dan membawanya ke ruang kesehatan yang ada perusahaan.
.
.
.
"Hmm...~." suara gumaman Harris yang baru saja sadarkan diri.
"Syukur deh.., akhirnya lu bangun juga." Gaby yang sedang duduk di samping tempat tidur.
"Ini dimana ya??" tanya Harris sambil melihat sekeliling.
"Ruang kesehatan kantor, yang ada di lantai 5, pak." jawab Gaby.
"Hah..!! Siapa yang bawa gua kesini??" tanya Harris bingung.
"Saya pak.. siapa lagi." Gaby tertawaan cengengesan.
Harris langsung terdiam mendengar jawabannya. Ia menatap heran pada Gaby, menunjukkan ekspresi wajah antara percaya dan tidak percaya.
"Masa iya dia yang seorang wanita, menggendongku sampai ke lantai 5..???"
"Apa anda sedang sakit...??, Apa kepala anda pusing sampai pingsan tiba-tiba..." tanya Gaby sambil memberikan segelas air.
"Not sick, cuma tadi sempat cium bau busuk gitu, menyengat banget iiih.."
Gaby yang merasa bingung karena tidak mencium bau apa-apa, tiba-tiba menempelkan keningnya ke kening Harris. Harris langsung terdiam karena dia pikir akan di cium Gaby, ia pun memejamkan mata.
"Sepertinya anda tidak ada demam??, Suhu normal kok." Tanpa merasa enggan, Gaby menempelkan dahinya ke dahi Harris. Membuat jantung Harris serasa mau loncat.
"Uhh..!!!" namun tiba-tiba Harris mencium kembali bau menyengat itu lagi dan langsung menutup hidungnya dengan kedua tangan.
Melihat ekspresi Harris yang menutup hidungnya tiba-tiba, Gaby akhirnya mengerti bau apa yang di cium oleh Harris. "Oohh.. ya ampun sorry.., yang anda maksud ternyata bau petai sama terasi ya." Gaby menjawab tanpa merasa bersalah.
"Petai...?? Terasi..??" Harris tidak tahu dua benda apa itu.
"Sorry saya jauh-jauh dulu deh, hahaha.., Maaf ya pak tadi saya bawa bekal nasi goreng Petai dan sambal Terasi, sorry saya gak tahu kalau anda belum pernah mencium baunya." kekeh Gaby tertawa kecil.
Harris agak kaget, ternyata bau menyengat itu berasal dari Gaby. "Krruukuukk.." tiba-tiba alarm perut berbunyi. Harris belum makan siang.
Mata Gaby mendelik, mau meledek tapi gak berani sama si boss muda, walaupun kemarin sudah baru kenalan.
"Ini kesempatanku...!!"
"Tolong temani aku makan siang." ajak Harris sambil tersenyum ramah
Bersambung~
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!